Teknologi Tebu (4) : Penanganan Limbah Kimia dari Laboratorium Lingkungan

Teknologi21 Dilihat

Kegiatan produksi gula pasir wajib memperhatikan pelestarian lingkungan yang selalu diterapkan mengikuti arahan Kementerian Lingkungan Hidup. Sejauh ini pabrik-pabrik gula di Indonesia sangat mematuhi segala aturan yang ada termasuk pengelolaan linkungan yang terpadu.

Pengelolaan lingkungan selalu melibatkan aktivitas laboratorium sebagai sarana untuk pengujian dan pemeriksaan pencemar yang ada dalam sampel uji.

Ada dua komponen penting yang terdapat di laboratorium yaitu sumber daya manusia itu sendiri dan sumber daya laboratorium berupa piranti laboratorium dan bahan kimia.

Efektivitas dan efisiensi laboratorium sangat ditentukan  oleh interaksi yang harmonis diantara kedua komponen tersebut.

Interaksi ini dihubungkan oleh suatu prosedur laboratorium yang sistematis dan salah satu faktor di dalamnya adalah prosedur keselamatan kerja.

Memahami filososfi keselamatan kerja di laboratorium merupakan cermin dari budaya keselamatan yang mapan dan dengan sendirinya akan terjadi keteraturan interaksi antara perilaku para karyawan dengan sumber daya laboratorium.

Keteraturan ini akan menimbulkan keterjaminan dan keamanan dari ancaman pencemaran lingkungan.

Mengenal bahan kimia beracun sangat penting, baik secara fisik, khemis maupun bahaya toksiknya.

Hal tersebut merupakan suatu upaya agar sedini mungkin dapat dihindari terjadinya kondisi yang berbahaya.

Sehingga bisa diantisipasi lebih awal kondisi terburuk yang merusak hubungan harmonis antara laboratorium kimia dan lingkungannya.

Di laboratorium, keselamatan dan kesehatan adalah dua aspek penting yang selalu dikaitkan erat dengan bahan kimia.

Dengan kata lain upaya pengenalan terhadap bahan-bahan kimia yang mengancam keselamatan dan kesehatan adalah mutlak jika laboratorium kimia ingin hidup berdampingan dengan lingkungannya.

Bahan Kimia Sisa dari Laboratorium

Kegiatan penelitian di laboratorium akan melibatkan pemakaian bahan-bahan kimia.

Maka dari itu sikap hemat dalam penggunaan bahan-bahan kimia merupakan tindakan yang sangat terpuji.

Hal ini karena dapat mengakibatkan keuntungan dan penghematan biaya pengeluaran dan dapat dihindari terjadinya bahan kimia sisa pakai dalam jumlah besar.

Sebenarnya penghematan penggunaan bahan kimia sangat ditentukan oleh terselenggaranya manajemen laboratorium yang baik.

Adanya gudang bahan kimia merupakan salah satu cara untuk dapat mempermudah pengawasan pemakaian bahan kimia secara periodik melalui penanganan administratif yang teratur.

Selain itu pemahaman budaya keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting yang dapat dilakukan melalui dedikasi dan tanggung jawab terhadap segala aktivitas laboratorium yang berkaitan langsung dengan lingkungan.

Mengamati kegiatan laboratorium dan pemakaian bahan kimia di dalamnya maka dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu :

Bahan kimia korosif.

Bahan kimia mudah terbakar.

Bahan kimia beracun.

Bahan kimia korosif.

Jenis bahan kimia ini adalah bahan kimia yang dapat mengakibatkan korosif. Beberapa bahan kimia jenis ini adalah berupa asam-asaman organik seperti H2SO4, HNO3, HCl, H3PO4, HClO4 dan basa-basa kuat seperti NaOH dan KOH.

Bahan kimia mudah terbakar.

Bahan kimia mudah terbakar yaitu jenis bahan kimia berupa pelarut organik seperti etanol, metanol, aseton, benzena, asetonitril, asetaldehid dan lain-lain.

Bahan kimia beracun.

Bahan kimia beracun berupa logam-logam berat seperti merkuri, perak dan tembaga.

Selain ketiga jenis bahan kimia tersebut juga diketahui ada beberapa bahan kimia yang bersifat inkompatibel satu sama lain.

Pengelolaan Bahan Kimia Sisa Analisis

Secara garis besar, pengelolaan bahan kimia sisa analisis dari laboratorium dapat dilakukan dengan cara (1) Netralisasi, (2) Pengendapan, (3) Pembakaran terbuka, (4) Pembakaran dalam insenerator dan (5) Peenguburan dalam tanah (Imamkhasani, 1989).

Netralisasi.

Metode ini dilakukan terutama untuk menangani bebagai sisa asam seperti H2SO4, HNO3, HCl atau basa kuat seperti NaOH. Sisa-sisa asam dan basa tersebut tidak disarankan untuk dibuang langsung ke saluran karena biota air sangat sensitif terhadap pH lingkungan.

Selain itu sisa asam/basa sangat korosif terhadap pipa pipa saluran yang terbuat dari besi. Untuk menghindari hal tersebut maka asam/basa harus dinetralkan terlebih dulu.

Asam dapat dinetralkan dengan basa sedangkan basa penetralnya adalah asam. Reaksi penetralan ini dikatakan ideal jika pH larutan berkisar antara pH 6-8. Salah satu contoh reaksi penetralan adalah sebagai berikut:

H2SO4  +  NaOH —————->  Na2SO4    +   H2O

(asam)     (basa)                     (garam)        (air)

Pengendapan

Metode pengendapan dilakukan untuk menangani sisa sisa logam berat (beracun). Merkuri, perak, timbal dan tembaga adalah logam berat yang harus ditangani secara bijaksana karena sangat beracun bagi mahluk hidup.

Ion-ion logam tersebut dapat diendapkan dengan penambahan larutan basa (NaOH, KOH) hingga mencapai pH 10-12.

Endapan yang terbentuk dapat dipisahkan kemudian dikumpulkan dan dibuang di tempat tertutup (khusus) yang kedap air sehingga dijamin tidak akan mencemari tanah. Sedangkan cairannya dinetralkan dulu sebelum dibuang.

Pembakaran Terbuka

Walaupun metode pembakaran ini dilakukan secara terbuka namun t etap harus memperhatikan faktor-faktor keselamatan dan kesehatan.

Misalnya asap hasil pembakaran yang mungkin mengandung zat toksik atau senyawa yang bersifat iritant yang dapat mengganggu kesehatan.

Beberapa solvent organik seperti benzene, asetaldehida, aseton dapat dimusnahkan dengan cara ini.

Pembakaran dalam insenerator

Alat insenerator dirancang untuk keperluan pembakaran bahan-bahan kimia secara tertutup terutama diperuntukkan bagi zat-zat kimia beracun seperti pestisida.

Kondisi pembakaran dilakukan pada temperatur 1000 derajat Celcius sehingga diharapkan pembakaran akan berlangsung sempurna.

Penguburan dalam tanah

Metode ini harus diterapkan secara hati-hati, diperlukan pertimbangan yang seksama terhadap kemungkinan adanya senyawa yang bersifat eksplosif atau zat-zat kimia  yang larut dalam air dan akan mencemari mata air dan sumur. 

Daftar Pustaka :

  1. Imamkhasani, S. 1989. Pembuangan Bahan Kimia Sisa Pakai dari Laboratorium. Warta Kimia Analitik No.7 Tahun VII. LIPI Bandung : 28
  2. Imamkhasani, s. 1991. Penyimpanan Bahan Kimia dalam Laboratorium. Warta Kimia Analitik No.9 : 21-33. LIPI Bandung.
  3. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 1995. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL). P3GI
  4. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 1995. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). P3GI

@hensa

Tinggalkan Balasan