Memoar Pramuka #22 : Ambalan sebuah Miniatur Masyarakat

Terbaru787 Dilihat

Penerimaan Tamu Ambalan adalah acara “penyambutan” bagi para anggota ambalan. Uniknya, acara PTA ini wajib di ikuti oleh seluruh siswa baru di MAN Pacet. Hal ini dikarenakan Pramuka adalah ekstrakurikuler wajib dan penggunaan seragam yang lengkap dengan atribut ambalan pun diwajibkan. Setidaknya itu aturan yang berlaku saat saya masuk sebagai siswa baru di MAN Pacet. Penyambutan ini adalah pintu gerbang menuju miniatur masyarakat bernama Ambalan.

Selain untuk melaksanakan penyambutan, juga sekaligus memperkenalkan identitas pangkalan lengkap dengan berbagai adat yang ada didalamnya. Ya, satu kata yang akan terbiasa dan kami harus menghormatinya adalah tentang adat ambalan. Saking pentingnya dalam struktur kepengurusan ambalan atau juga disebut dengan dewan ambalan terdapat posisi penting bernama Juru Adat.

Adat Ambalan : Miniatur Tata Krama Masyarakat

Dulu, seringkali saya merasa kalau adat ini adalah sesuatu yang merepotkan. Segala tindakan kita harus sesuai dengan adat, terkadang juga ada larangan-larangan yang tidak masuk akal. Salah satu adat misalnya, selain Pengurus Dewan Ambalan tidak boleh masuk ke ruang sekretariat. Jangankan masuk, mengintip saja adalah sesuatu yang tabu bagi kami pada saat itu.

Tetapi setelah dipikir-pikir, memang pengenalan dan “kepatuhan” kita terhadap adat ini sangat penting khususnya di masyarakat. Bagaimana untuk diterima dilingkungan masyarakat, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan adat istiadat setempat, mampu menerimanya sekalipun tidak masuk akal. Apalagi di Indonesia yang kental dengan budaya timurnya, Adat istiadat adalah sesuatu hal yang sangat dihormati.

Membiasakan diri untuk hidup dengan adat istiadat setempat adalah jalan menuju kedewasaan berikutnya. Kita dilatih agar tidak egois dengan hanya memikirkan tentang diri sendiri, mengabaikan orang lain, menghiraukan norma dan kesopanan. Dewasa mampu memposisikan diri menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan.

Satu lagi adat di ambalan sebagai miniatur masyarakat yang sangat bermanfaat bagi saya nantinya adalah tentang argumentasi. Tiada hari dalam pertemuan ambalan baik secara formal maupun non formal, semuanya dilatih tentang kecakapan berargumen. Lagi-lagi awalnya saya tidak nyaman, dengan menganggap semua hal dijadikan masalah yang harus kita pertanggung jawabkan argumentasinya.

Namun lagi-lagi, setelah hidup bermasyarakat dan berkarir di dunia kerja, argumentasi ini menjadi hal yang sangat penting. Apalagi dalam melaksanakan perintah agama, agar bernilai, sekecil apapun amal kita harus berdasar pada argumentasi (dalil) yang tepat.

“Argumen-nya mana kak..??”

<<Bersambung>>

<<Selengkapnya>>

Abdullah Alhadad, S.T

Guru Informatika SMP IT Baitul Ilmi

 

Tinggalkan Balasan