Belajar bisnis dari penjual roti dan makanan ringan

Berita60 Dilihat

Belajar bisnis dari tukang roti dan makanan ringan.

Pagi ini saya berjalan kaki ke pasar Andir Bandung. Niatnya mau berolahraga pagi sambil silahturahim ke kang Asep Surya dan Teh Ucu. Mereka berdagang makanan ringan di pasir Andir Bandung. Tepatnya di dekat pertigaan jalan Jamika dan jalan Jenderal Sudirman Bandung.

Saya berjalan kaki mulai dari apotik jamika hingga jalan Jenderal Sudirman. Sebuah jalan yang penuh dengan kenangan. Saya melewati sekolah modern islamic school dan sekolah Budha terang di kota Bandung yang masih sepi. Biasanya sekolah sekolah tersebut ramai sekali di pagi hari. Wabah Corona merubah kondisinya.

Kalau mendengar lagu sepanjang jalan kenangan karya Lis Haryanto ini membawa saya ke masa silam. Sebuah masa dimana saya berjalan kaki dengan kekasih hati. Alhamdulillah sekarang sudah resmi menjadi istri yang setia menemani sampai ajal menjemput nanti.

Banyak orang menjemput rezeki di pagi hari. Saya melihatnya disepanjang Jalan Jamika – Đ’andung . Ada tukang bubur ayam, nasi Kuning, martabak, KUPAT TAHU dan pedagang lainnya.

Sampailah saya di tempat jualan kang Asep dan Teh Ucu. Katanya sekarang sepi pembeli akibat apndemi. Corona membuat suasana pasar yang tadinya ramai menjadi sepi pembeli. Begitulah cerita dari teh ucu yang saya wawancarai di pagi hari.

Teh Ucu dan Kang Asep berjualan makanan ringan sudah lebih dari 15 tahun. Suami istri ini sudah mulai menyiapkan dagangannya mulai pukul 02.00 pagi. Kang Asep sering sholat tahajud di dekat tempat dagangnya. Kemudian sholat subuh di masjid terdekat.

Saya melihat banyak yang membeli dagangannya. Lumayan juga pembelinya. Tapi tidak seramai sebelum wabah Corona. Sekarang ini yang membeli makanan ringan rata rata untuk dijual lagi. Untungnya tidak banyak tapi cukuplah untuk menghidupi kami sekeluarga. Kata kang Asep bercerita kepada saya. Dari hasil berdagang, kang Asep yang lulusan SMK bisa membangun rumah dan membeli mobil serta motor untuk mendukung usahanya.

Saat asyik ngobrol, teh Ucu menawari roti yang enak sekali. Saya memakannya satu buah dengan rasa keju. Kemudian kang Asep memberi saya segelas aqua tapi mereknya bukan aqua. Kalau di Bandung merknya Ron 88. Tapi rasanya tidak jauh beda dengan merk Aqua. Nikmat sekali rasa airnya. Sejuk dan dingin di tenggorokan ini.

Kami mengobrol tak terasa lama. Tahu-tahu mereka sudah siap membereskan dagangannya. Cepat sekali membereskannya. Semu barang dagangan sudah rapih tertata di dalam mobil dan gerobak.

Sambil menunggu Kang Asep dan Teh Ucu merapihkan dagangannya, saya ngobrol dengan Kang Dani penjual roti. Katanya sekarang sepi pembeli. Biasanya jam segini sudah banyak yang beli rotinya. Kang Dani membawa 5 rantang roti yang isinya sekitar 30 buah dengan berbagai rasa.

Pabrik rotinya di jalan kepatihan belakang Yogya katanya. Pulang dari berdagang roti di pasar andir beliau kembali ke pabrik untuk menyetorkan hasil roti yang terjual. Semakin banyak roti yang terjual, maka semakin banyak pemasukannya.

Saya membelinya 2 roti lagi. Dari teh ucu sudah dikasih 2 buah. Saya makan 1 buah dan 3 buah saya bawa pulang ke rumah kakak di Bandung.

Kang Asep mengajak saya pulang dengan mobilnya. Sementara teh Ucu naik motor. Sampai rumah saya langsung membeli kupat tahu untuk sarapan pagi. Sementara kang asep dan teh ucu kembali lagi ke pasar mengambil gerobaknya.

Saya belajar bisnis dari tukang roti dan penjual makanan ringan pagi ini. Siapa yang fokus dengan profesi yang ditekuninya pasti akan sukses. Rezeki manusia tidak ada yang tertukar. Mari kita jemput rezeki masing masing.

Salam Blogger persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com

Tinggalkan Balasan