Seindah Pelangi (6)

Aku hanya merasa kami punya hobi yang sama tentang lingkungan sejalan dengan pekerjaan kami mengurus lingkungnan.

Apakah aku memberikan sinyal yang salah sehingga Aditya mengira aku memberikan sinyal – sinyal cinta?

Jam sudah menunjukkan pukul 24.10 ketika aku melihat jam dinding di kamarku, ada apa dengan diriku. Aku tidak pernah berjaga sampai jam segini pikirku. Ku paksakan diri untuk tidur, aku tidak mau besok aku terlambat bagun sholat subuh.

Aku memejamkan mata sambil berulang kali membaca doa mau tidur , surat ikhlas, surat An-nas, surat …, akhirnya aku tertidur tapi aku tidak pasti jam berapa aku baru tertidur pulas.

 

 

***

Aku mendengar suara air dari kamar mandi, dengan sangat malas aku membuka mata, melihat ke jam dinding sudah jam 05.05 berarti sebentar lagi subuh. Tapi mataku masih terasa pedih untuk dibuka, berarti aku kurang tidur semalam. Tapi aku tidak mau sampai ibu memanggilku untuk sholat subuh berjamah. Ku angkat badanku dari ranjang, berjalan malas menuju kekamar mandi untuk mengambil wudhu, menyusul ke ruang tengah untuk bergabung sholat subuh bersama ibu dan ayah.

Selesai sholat subuh, aku meminta izin kepada ibu untuk tidak ikut jalan pagi minggu ini. Sekalian memberitahukan kepada ibu dan ayah, jam 9.30 nanti aku akan menjemput teman yang datang dari Tanjung Pinang dan mengantarnya ke tempat penginapan.

Ibu meliha ke arahku “ kamu kurang tidur Aisyah, lihat matamu merah. Pergilah istirahat, tapi jangan tidur. Karena tidur di pagi hari akan mengundang sakit.” Ibu mengingatkanku.

‘ Iya ibu, Aisyah hanya mau berbaring saja. sambil berbenah belakang dan membuatkan sarapan untuk ibu dan ayah.” Kataku.

***

Jam 09.10 aku pamit kepada ibu dan ayah untuk kepelabuhan, aku terbiasa dengan tepat waktu jika berjanji. Lebih baik aku yang menunggu daripada aku yang ditunggu.

Ternyata karena angin laut kuat, kapal terlambat sampai di Karimun . Aku harus menunggu agak lama, aku dan Aditya sudah berjanji untuk berjumpa di depan pintu masjid pelabuhan.

Jam 9.50 aku melihat Aditya berjalan menuju kearahku, sambil melambaikan tangan kearahku. Aku hanya tersenyum memandang kearah Aditya.

“ Assalamualaikum,” aku meyapa Aditya setelah dia cukup dekat dengan ku. Lama Aditya memandangku, baru ku dengar suaranya menjawab salamku “ Walaikumsalam.

“ Pasti Aisyah kesalkan karena harus menunggu lama, tapi ini bukan salahku,” kata Aditya, yang salah anginnya kenapa pakai kuat anginnya sehingga kapal tidak bisa berjalan laju.” Lanjut Aditya.

Aku hanya tersenyum, ternyata Aditya tahu aku tidak suka dengan orang yang terlambat.

“ Boleh kita sarapan dulu,” ajak Aditya.

Sebelum aku menjawab aku mendengar suara Aditya “ bukan sarapan, lebih kemakan siang sudah jam 10, sampai tempat makan, nunggu pasti sampai jam 11.”

Kami berjalan menuju motorku, aku memberikan kunci motor kepada Aditya menunjukkan arah rumah makan terdekat dengan pelabuhan. Lurus saja kataku setelah Aditya menyalakan motorku.

Setelah sampai di rumah makan, Aditya mengajak aku duduk di pojokan rumah makan yang masih kosong.

“ Aditya menginap dimana malan ini, besokkan baru acara seminarnya? Tanyaku.

“ Menginap di rumah Aisyah, boleh?” aku terkejut mendengar perkataan Aditya. Belum sempat aku menjawab, Aditya melambaikan tangannya di wajahku sambil berkata “ Aditya main – main saja Aisyah, ekspresi wajahmu menakutkan,” kata Aditya.

“ Aku menginap dirumah kakakku,” jawab Aditya santai.

Aku kaget mendengar jawaban Aditya, ternyata Aditya punya saudara di Karimun.

“ Kenapa Aditya meminta Aisyah yang menjemput? Tanyaku.

“ Aditya rindu sama Aisyah,” katanya pendek.

Hampir tersedak jus alpukat yang sedang aku minum mendengar perkataan Aditya.(bersambung)

Tinggalkan Balasan