Sumber gambar
https://pin.it/4Qj6aci
Surat Cinta untuk Mantan Pacar
Dear
💗 Belahan jiwa tersayang 💗
Bulan Februari penuh cinta. Seperti halnya kisah cinta kita diabadikan tepat tanggal 25 Februari. Hal yang kebetulan sayang. Dua menjadi satu. Di hadapan Allah disaksikan jemaat.
Sebentar lagi janji pernikahan kita genap 11 tahun. Cinta yang kita miliki tetap wangi seperti bunga melati. Tiada badai yang sanggup memisahkan kecuali maut.
Aku menyebutmu mantan pacar. Kenapa mesti itu kekasihku. Karena aku masih menganggapmu pacar. Pacaran itu selalu berbunga-bunga, meletup-letup seperti gunung Sinabung menyemburkan laharnya. Dahsyatkan?
Suamiku, aku ingin kita selalu berpacaran biar pernikahan ini awet muda. Langgeng terus sepanjang masa.
Aku tuliskan surat ini buat belahan jiwa terkasih dan tersayang. Yang sedang berada jauh di negeri seberang.
Berat nian rasanya bila sehari tidak berjumpa denganmu. Sepertinya bumi rasanya runtuh. Kaki ini terasa tidak memijak bumi. Aku benci ditinggal, suamiku. Aku benci sendirian. Aku benci berperan ganda.
Duhai kekasihku
Kembali lagi, aku sendiri tanpa hadirmu di sisiku. Engkau pergi berlayar mencari penghasilan demi aku dan buah hatimu. Tapi bila ditanya hatiku, aku tidak sanggup sendiri. Rasanya hidup ini timpang. Setiap sudut ruangan sepi dan sepi selalu.
Malam-malam dingin apalagi saat ini hujan setiap hari. Hampa rasanya tanpa kehangatan darimu. Entah sampai kapan waktu berpihak padaku. Tetapi yakin suatu hari nanti, engkau tidak jauh lagi dariku.
Aku berdoa siang dan malam. Biar jarak ini segera pupus kekasihku. Tiada lagi yang aku inginkan. Hanya pelukan hangatmu, dekapanmu hadir setiap waktu. Suamiku, dupa-dupa setiap waktu pasti suatu hari nanti digenapi oleh-Nya. Kita bergandengan tangan lagi mengarungi bahtera rumah tangga.
Jarak ini kelak pupus. Kita bersama lagi. Berpacaran lagi. Aku tidak malu-malu selalu bergelayut di lenganmu bila kita berjalan berduaan. Ke pasar berduaan dari dulu mulai kita menikah hingga sekarang. Aku suka itu. Engkau menjagaku seperti porselin. Takut pecah dan rapuh.
Suamiku terima kasih telah setia dan sabar menghadapi aku. Tetaplah setia sampai nanti maut memisahkan kita. Bila saatnya tiba nanti, aku memohon kepada-Nya kita tetap bersama. Aku tidak mau ditinggal sendiri. Doa dan harapanku, engkau baik-baik saja dan sehat selalu walaupun jauh dari sisiku.
Salam sayang untukmu suamiku. Aku tunggu kehadiranmu di akhir pekan. Peluk cium hanya untukmu.
Bekasi, 04022021
Sudah ditulis di Kaskus
Menulis ke-17
Aamiin
Terimakasih Bu Yati, salam literasi