Titik Balik: Jelajah Lombok (Bag. 3)

Cerpen70 Dilihat

3 | Rumah Tahan Gempa Milik Kakek

Opin membuka mata ketika mereka telah tiba di rumah kakek. Mereka pun masuk ke dalam rumah yang baru saja dibangun kembali setelah terkena bencana gempa bumi. Pandangan mata Opin tidak lepas dari rumah kakeknya itu. Dia melihat dengan jelas kalau rumah kakeknya sekarang jauh berbeda dengan sebelumnya. Rumah kakeknya sekarang lebih sederhana dari sebelumnya. Setelah beristirahat sementara, Opin pun mencari kakeknya. Dia ingin tahu lebih banyak lagi tentang rumah baru kakeknya.

“Opin kaget lihat rumah Kakek? Beda, ya, sama yang dulu?” tanya kakek saat keduanya duduk berugak.

Keduanya duduk santai di gazebo dari kayu jati itu. Dengan khusyuk keduanya berbincang tentang rumah baru itu.

“Ini rumah apa sih namanya, Kek?” Opin bertanya sambil menunjuk arah belakang rumah Kakek.

Kakek Opin tersenyum lalu berkata, “Ini namanya rumah tahan gempa.”

“Kenapa disebut rumah tahan gempa, Kek? Apa benar bisa tahan gempa tidak seperti rumah yang dulu, Kek?”

Kakek menunjuk rumah lalu berkata, “Lihatlah, Opin. Rumah Kakek masih berdiri tegak meskipun ada gempa lagi beberapa minggu yang lalu. Sedangkan rumah lain yang dibangun dengan teknik lama ambruk lagi.”

Opin menganggukkan kepala kemudian bertanya, “Memangnya apa kelebihan rumah Kakek?”

Dengan sabar Kakek pun menjelaskan kepada Opin, “Rumah Kakek dibangun dengan menggunakan teknologi Risha. Sebuah teknologi yang menggunakan konsep menggabungkan panel-panel, sehingga pada saat gempa hanya sekadar bergoyang, bukan roboh. Begitu.”

Opin mengganggukkan kepalanya kembali dan bertanya, “Oya, Kek. Teknologi Risha itu apa, sih?”

Kakek pun menjelaskan dengan sabar tentang teknologi Risha yang diterapkan pada rumah warga korban gempa. Penjelasan itu disampaikan dengan sedetail-detailnya untuk menjawab rasa penasaran cucunya.

“Teknologi Risha itu singkatan dari Rumah Instan Sederhana Sehat. Dengan teknologi ini rumah dapat dibangun dengan cepat dan kuat. Teknologi ini menggunakan panel beton sebagai bahan utama dan bukan batu bata serta semen. Panel-panel ini dipasang dengan baut secara kuat. Inilah yang membuat rumah yang dibangun dengan teknologi Risha menjadi tahan gempa.”

“Opin paham sekarang, Kek. Meskipun teknologinya berbeda, tetapi bentuk rumah bisa dibuat seperti rumah pada umumnya,” jawab Opin bersemangat.

Lelaki tua berpeci putih itu tersenyum lalu berkata, “Betul itu! Desainnya bisa diatur sesuai kebutuhan dan keinginan. Opin bisa membuat desain rumah tidak?”

Opin tidak menjawab pertanyaan kakeknya. Dia berlari masuk ke dalam rumah dan mengambil peralatan menggambarnya. Dengan teliti dia duduk menghadap rumah kakeknya. Jari-jari mungilnya mulai membuat sketsa rumah dengan pensil. Dia pun melanjutkan aktivitasnya membuat garis lurus, menghapusnya, membuat garis lagi dan seterusnya. Dengan bangga dia menunjukkan hasil coretannya pada kakeknya.

Wah, bagus sekali gambarmu, Opin! Kamu mau jadi pelukis?”

Opin tersenyum sambil menjawab, “Tidak, Kek. Opin pengin menjadi arsitek. He he he.”

Kakek menepuk-nepuk pundak Opin. Dalam hati lelaki berkacamata itu berdoa semoga cita-cita cucunya bisa terwujud. Kebanggaan jelas terpancar dari wajahnya.

“Iya sudah. Sekarang kita istirahat dulu. Nanti sore Kakek ajak kamu melihat bangunan juga yang tahan gempa. Mau?”

Opin berteriak kegirangan. Dia memeluk kakeknya erat kemudian melepaskannya. Mereka berdua pun berjalan menuju teras depan. Di sana kedua orang tuanya sedang berbincang dengan neneknya.

 

***

Tinggalkan Balasan