Bagi orang Bali yang hidup aman dan tenteram, tapi dengan pernyataan Cawapres Nomor Urut 2 Sandiaga Uno justru membuat warga “Pulau Dewata” itu gempar bak disambar petir di siang bolong.
Maklum, Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno ingin Bali mengembangkan pariwisata halal. Menurut Sandiaga, banyak pasar wisatawan asing untuk pariwisata halal di Pulau Dewata.
Tidak kurang dari Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Yuniartha, yang menolak mentah-mentah usul Sandi itu. “Ya nggak mungkinlah, kita sudah mengiklankan sebagai pariwisata budaya sesuai Perda Nomor 2 Tahun 2012,” kata Yuniartha.
Pertama, Cawapres Sandi rupanya tidak paham dengan otonomi daerah (Otda) yang sudah dijalankan sejak tahun 1999. Itu artinya pemerintah, dalam hal ini presiden dan menteri, tidak punya wewenang mengatur pariwisata sebuah daerah karena yang diatur oleh pemerintah (pusat) sejak Otda hanya moneter, luar negeri dan hankam.
Kedua, Pemprov Bali sudah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali yang disahkan tanggal 15 Maret 2012.
Dalam Perda ini jelas disebutkan pada Pasal 3 ayat a: Kepariwisataan budaya Bali bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Bali yang dijiwai oleh nilai-nilai Agama Hindu.
Dengan mengubah arah pariwisata Bali itu artinya mematikan Bali sebagai daerah tujuan wisata (DTW) kelas dunia karena wisatawan mancanegara (Wisman) akan membatalkan niat berlibur ke Bali. Masih kental dalam ingatan Raja Arab Saudi, Raja Salman pun memilih Bali sebagai tempat berlibur bahkan memperpanjang liburannya (Maret 2017). Mengapa Raja Salman tidak berlibur di DTW halal?
Kalau soal makanan halal sudah banyak negara yang menjalankannya. Pengalaman penulis ketika mengikuti sebuah pelatihan terkait HIV/AIDS di Pattaya, Thailand (2004), saya dan beberapa peserta yang beragama Islam, al. dari Malaysia, ditempatkan di satu meja dan dijaga oleh 4 karyawan hotel.
“Untuk apa kalian menjaga kami?”
“Agar Tuan tidak salah ambil makanan,” kata salah seorang karyawan hotel berbintang 4 itu. Mereka mengikuti ke meja-meja tempat makanan dan memberikan pilihan makanan halal. Menurut Yuniartha di Bali sudah lama dikembangkan warung dan restoran yang menyediakan makanan halal.
Nah, itu jelas konteksnya. Tidak sembarang mengatakan wisata halal. Dengan menerapkan wisata halal tentulah berbagai aspek akan diatur dengan hukum syariah. Maka, Pantai Kuta pun tinggal hamparan pasir karena Wisman tidak lagi bisa berjemur dengan hanya memakai cawat dan kutang.
Padahal, Wisman dari Eropa Barat, Australia dan Amerika memanfaatkan Pantai Kuta untuk berjemur, kalau boleh bugil, tapi mereka tetap memakai pakaian ala kadarnya yaitu kutang dan cawat.
Begitu juga dengan 10 DTW baru yang dikembangkan pemerintah, ada kekhawatiran akan diatur dengan perda moral yang ujung-ujungnya mematikan DTW yang baru mulai mekar itu.
Baca juga: Wisata Danau Toba, Semoga Tidak (Pernah) Diatur dengan Perda Bermuatan Moral
“Aduh, Pak, kami hanya mengandalkan wisatawan nusantara (Wisnus-pen.),” keluh seorang perajin barang-barang souvenir di dekat sebuah mal di Kota Mataram. Kegiatan di kota itu sepi di malam hari karena wisman memilih menghabiskan liburan di Senggigi, pantai arah utara Kota Mataram.
Di Senggigi suasana persis seperti di Pantai Kuta. Mengapa Wisman memilih langsung ke Senggigi setelah menyeberang dengan feri dari Padang Bai (Bali) ke Pelabuhan Lembar (Lombok) dan dari Bandara Lombok?
Rupanya, di Kota Mataram dengan julukan “Kota Seribu Masjid” ada aturan yang melarang Wisman hanya pakai cawat dan kutang di tempat umum.
Maka, mereka memilih Senggigi. Akibatnya, ternyata friksi sosial karena daerah itu dikuasai kalangan tertentu sehingga perajin lokal kelabakan.
Celakanya, isu agama pun dipakai al. dengan melarang pendirian tempat ibadah Hindu di Senggigi (Kompasiana, 26 Februari 2019). *
Komentar:
Blasius Mengkaka (27 Februari 2019) Jangan anda menyalahkan Sandiaga. Ingatlah Sandiaga orang masih energik. sandi lebih disukai sebagai cawapres. Jadi Sandi lebih bagus
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) @Blasius Mengkaka …. saya tdk menyalahkan pribadi tapi pandangannya yg tdk sejalan dng Otda …. apakah orang energik otomatis bisa jadi pemimpin yg mumpuni?
Usman Thamrin (27 Februari 2019) Sayangnya energiknya tidak diimbangi dengan implementasi yg mumpuni, jadi bisa dikatakan ya pincang sebelah.
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) @Usman Thamrin …. ya itu benar …. seharusnya energik tapi memakai nalar tdk sekedar otak ….
Mbah Ukik (28 Februari 2019) Apa ada kalimat atau pernyataan yang menyalahkan?
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) @Mbah Ukik …. mrk memakai cara2 yg mendorong friksi sosial yg juga dibuat di Suriah ….
Mbah Ukik (27 Februari 2019) Sandiaga ngomong seperti kan meniru pemimpin koalisi yang asal njeplak. Ucapannya enak di bibir dengan nada nyinyir tanpa pikir. Dia lupa pernah kerja dengan pakain gowes seenaknya.
Hala Santama (28 Februari 2019) sandy pas jadi olahragawan karena energik: jogging renang, silat, gulat….karate…
Mbah Ukik (28 Februari 2019) Mungkin kehabisan ide bahan kampanye lalu asal njeplak!
Leya Cattleya (27 Februari 2019) Bali yang merupakan pulau mendunia. Konteks budaya hindu metropolis. Lalu konteks halal dalam perspektif agama Islamkah? Tentu ini tabrakan di sana sini. Bukan urusan normanya, tetapi urusan standar standar yang dipakai. Maunya kreatif tapi kok mumet ya
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) @Leya Cattleya … lagi pula masih banyak pulau yg bisa dijadikan DTW halal, mengapa harus Bali?
Leya Cattleya (28 Februari 2019) Itulah.
Hala Santama (27 Februari 2019) Sandiaga Uno ini kok bodoh sekali sih???
Almizan Ulfa (27 Februari 2019) Halal dan Syariah sering dikaitkan dengan usaha bisnis… Mungkin Sandi sudah tau bahwa usul itu pasti ditolak… Semakin keras penolakan semakin nyaring isu agama Paslon 02…semakin ditunggu oleh Kubu 02.
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) @Almizan Ulfa …. terima kasih … tapi itu jadi siasat busuk yg bisa membawa kita ke kancah ‘the killing fields’ seperti di Suriah …. Apa itu yg ‘Kubu 02’ harapkan? Hanya Allah yg maha tahu …. smg tdk terjadi di Indonesia ….
Hala Santama (27 Februari 2019) Ah, dasar emang dungu tuh orang satu,
Usman Thamrin (27 Februari 2019) Saya kira belum tentu ampuh jika dibentur dgn isu agama khususnya di Bali, buktinya sejak teror Bom Bali sejak 17 tahun yg lalu masih adem ayem saja hubungan antar umat beragama khususnya Hindu & Islam.
Almizan Ulfa (27 Februari 2019) ok
oyesubchan (26 Februari 2019) memang kalau saya perhatikan sandiaga ini seringkali gagasanya asal njeplak saja tidak memahami kondisi masyarakat secara mendalam, mungkin dirinya membuat target di setiap kunjungan kampanyenya harus keluar gagasan yang menurut dia baru dan beda dari yang lain sehingga orang melihat dia kaya dengan ide ide yang keren, sekitar tahun 2002 hingga 2008 saya bekerja di bali, saya perhatikan kalau hanya makanan halal untuk wisatawan muslim relatif mudah ditemui karena pada kenyataanya pelaku pariwisata di bali banyak juga yang muslim
Syaiful W. HARAHAP (26 Februari 2019) @oyesubchan, ….. terima kasih … itu yg kita sayangkan dia tdk melihat realitas sosial terkait dng ucapannya. Eks kombatan GAM sdh melaporkan Sandi ke Polda Aceh atas dugaan fitnah …..
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) Hans Panjaitan … kita tdk tahu apa yg ada di benaknya, tapi langkah2 yg mrk lakukan seperti yg jadi pemicu perang saudara di Suriah …..
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) @Hans Panjaitan …. masalahnya adalah mrk sll memaka agama sbg benteng sehingga tdk ribut …. umat Islam di Indonesia caci-maki Yahudi, tapi keturunan Yahudi mrk puja2 …
Syaiful W. HARAHAP (28 Februari 2019) @Hans Panjaitan …. terima kasih …. ya itu benar tapi ketika ada peluang seperti di Suriah akan lain masalahnya krn cara2 yg mrk lakukan merupakan bibit perang saudara ….