“…semua orang bisa menulis…. Artinya ketika Anda bisa berbicara, … bertutur, ngomong dengan orang, maka otomatis Anda bisa menulis.”
Demikian penggalan-penggalan kalimat motivasi bernada provokatif yang terdengar dari Bapak Thamrin Dahlan (Founder YPTD) saat memberikan materi pada kegiatan yang bertajuk Road Blog to Book Attribute. Kegiatan daring bertemakan Sinergi IGI-YPTD dalam menulis Blog tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional tahun 2021.
Jika Anda pernah mengira bahwa menulis itu sulit sehingga tidak semua orang jadi penulis, maka Anda salah. Karena sejatinya menulis itu mudah semudah berbicara. Setidaknya begitu pesan yang dapat ditangkap dari apa yang disampaikan oleh pemateri sebagaimana tercermin dalam kutipan pembuka tulisan ini.
Di tengah suara gemercik air hujan yang jatuh di atap rumah di saat saya terpaku di depan laptop memelototi aplikasi zoom, saya seolah merasakan siraman pengetahuan baru nan bergizi. Betapa tidak, melalui bahasa yang sangat sederhana dan tidak njelimet, dari kejauhan via daring Ayah Thamrin -demikian moderator memanggilnya- menyampaikan motivasi menulis plus metode yang sangat praktis bahkan bagi saya sangat menarik. Kita tidak merasa dijejali teori-teori kepenulisan yang rumit. Karena baginya menulis itu sederhana, sesederhana memindahkan apa yang diucapkan ke dalam peralatan tulis menulis.
Lebih lanjut, ketika mengemukakan poin-poin terkait metode menulis, Beliau memberikan penekanan bahwa “upayakan tidak meninggalkan tulisan, selesaikan.” Ketika mendengar poin ini, saya jadi teringat komentar salah seorang teman saya ketika memberi apresiasi pada salah satu tulisan saya di facebook. Dengan mengutip pernyataan gurunya soal kepenulisan, teman saya itu mangatakan bahwa “tulisan yang baik itu adalah tulisan yang selesai.” Benar saja, pengalamanku yang memulai beberapa tulisan kemudian meninggalkannya dalam kondisi belum selesai menyebabkan tulisan-tulisan itu tidak pernah selesai hingga kini.
Memang, pada kenyataannya saya sendiri bukan hanya sekali dua kali memulai tulisan. Akan tetapi karena meninggalkannya di saat tulisan itu belum selesai, maka nasib tulisan-tulisan itu tidak pernah selesai hingga kini. Mungkin karena itulah, Pak Thamrin ketika menyampaikan metode menulis praktis sangat menekankan agar tidak meninggalkan tulisan.
Tak hanya itu, dengan rendah hati pak Thamrin membeberkan suatu rahasia bahwa setiap tulisan itu ternyata memiliki Roh. Roh dalam artian tulisan hidup dengan syarat ketika di syi’arkan ke media sosial. Ia meyakinkan bahwa ketika tulisan kita dibaca apalagi diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka kita sudah berhasil menjadi penulis. Karena itulah, tulisan ini hadir di hadapan pembaca.
Cara bertutur di tulisan ini memikat. Kesederhanaan dan keluguan adalah kekuatan menulis. Mampu menterjemahkan apa yang diterima dalam bahasa sendiri sungguh suatu kemampuan literasi.penulis.
Semangat Literasi sahabat Guru Bapak Karnain
YPTD
Masyaallah. Terima kasih banyak apresiasinya Bapak. Sungguh ini merupakan suplemen luar biasa untuk kami
Panjang umur dan sehat selalu Bapak