Novel | Gadis Bukan Perawan #2

Pagi yang Na’as

Oh ya, di samping bekerja aku juga kadang nyambi ikut shooting Sinetron. Itu aku lakukan atas izin perusahaan tempat aku bekerja. Pekerjaan itu aku lakukan menyesuaikan dengan situasi pekerjaan aku di kantor.

Sebagai sekretaris direksi, aku selalu datang lebih pagi dari atasanku. Tapi entah angin apa yang membuat bosku datang lebih awal dari aku. Saat itu kantor masih sepi, apa lagi dilantai khusus direksi. Hanya ada aku dan bosku di lantai itu, tidak ada perasaan curiga saat itu.

Aku biasa memanggil Bosku dengan Mister Yo, nama panjangya Yonathan (bukan nama sebenarnya). Dia seorang pria berumur sekitar 35 tahun, wajahnya biasa saja, tapi tubuhnya tinggi, tegap dan atletis.

Dia termasuk lelaki beruntung, menjadi direktur utama sebuah perusahaan manufaktur, karena menikahi anak seorang konglomerat. Isterinya tidak cantik, tubuhnya sangat tidak proporsional.

Mister Yo menikahi isterinya semata karena harta, bukan karena cinta, karena isterinya tidak menarik sama sekali. Mister Yo sangat baik dan perhatian sama aku, sehingga aku tidak pernah tahu kalau dia punya niat jahat terhadap aku. Semua kebutuhan keluarga aku di kampung di tanggung mister Yo, begitu juga dengan kebutuhan aku.

Sebagai sekretaris, aku di kasih fasilitas kendaraan, dan apartemen yang cukup memadai. Aku sama sekali tidak berpikir kalau semua yang dia berikan itu ada imbalannya.

Aku tidak pernah berpikir, kalau semua kebaikan mister Yo itu akan menjadi petaka dalam hidupku, yang di kemudian hari mengancam masa depanku. Aku terlalu naif dalam menerima setiap kebaikan, karena aku memang tidak pernah diajarkan untuk berprasangka buruk pada orang lain.

Di pagi yang na’as itu, saat aku sedang berada di ruangannya, menyiapkan berbagai berkas yang harus di tandatanganinya, tiba-tiba dia menyergapku dari belakang, dan langsung membekap mukaku dengan sapu tangan yang sudah ada obat biusnya. Cuma itu yang aku ingat, selebihnya aku tidak tahu lagi.

Saat aku terbagun di sofa, di ruangan kerjanya, kondisi semua pakaianku sudah berantakan, dan badanku sakit semua, sehingga tubuhku sangat lemas tidak berdaya. Rupanya dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Aku seperti orang yang sudah terjatuh, tertimpa tangga pula.

Kehormatan yang sangat aku jaga itu sudah dirampas secara paksa oleh mister Yo, orang yang selama ini sangat baik dengan aku, dan peduli dengan kehidupan keluargaku. Pandanganku nanar, aku baru tersadar kalau aku baru saja di perkosa setelah aku merasa perih dibagian intimku.

Mister Yo menyiapkan surat perjanjian yang harus aku tandatangani, isinya antara lain; aku tidak boleh melaporkan peristiwa yang barusan aku alami, kalau sampai itu terjadi maka dia akan cabut semua fasilitasnya. Yang parahnya lagi, aku tidak boleh menikah dengan lelaki lain, selama dalam masa perjanjian tersebut.

“Kamu harus patuh pada perjanjian ini, itu kalau kamu tidak ingin susah. Saya bisa saja habisi kamu Dis!!” Ancamnya saat itu

“Kenapa saya harus mematuhi semua itu? Sementara saya sendiri sudah menjadi korban?” Tanyaku saat itu

“Kamu tidak ada pilihan Dis, silahkan kalau kamu mau coba melanggarnya.” Ancam Mister Yo

“Okey, saya tidak akan memperkarakan masalah ini, tapi saya akan keluar dari perusahaan ini.” Ucapku dengan tegas

“Gak masalah, kalau memang itu pilihannya, saya akan tetap bantu kamu dan keluarga kamu, asal kamu patuh dengan perjanjian itu.” Katanya lagi

“Saya kembalikan fasilitas kendaraan dan apartemen, saya bisa hidup sendiri cukup dengan nge-kost.” Itu yang aku katakan padanya.

Aku tidak ingin tinggal di apartemen, yang akan memudahkan dia untuk mendatangiku setiap saat, dan aku cuma menerima bantuan finansialnya, sampai aku bisa hidup sendiri dengan layak. Itu semua tidak pernah aku minta, dia sendiri yang transfer setiap bulannya.

Dengan perasaan benci dan dendam, aku mencoba menjauhkan diri dari mister Yo, uang bantuannya aku nikmati setiap bulan untuk bersenang-senang, demi melupakan trauma perkosaan tersebut. Mister Yo sempat bilang,

“Dis … saya sebetulnya mau menikah kamu, tapi saya tidak bisa, kalau isteri saya tahu, maka saya akan kehilangan semuanya.” Ujarnya

Ternyata mister Yo itu benar-benar laki-laki yang senang menikmati kekayaan isterinya tanpa mau bersusah payah. Sehingga dia memilih patuh pada isterinya, ketimbang memenuhi seleranya pribadi. Dia terima isterinya semata demi uang dan jabatan.

Kehidupan aku selalu dimata-matai oleh mister Yo, dia membolehkan aku dekat dengan lelaki, asal tidak untuk menikah. Rasta adalah lelaki yang sangat ingin menikahi dan membahagiakanku, tapi dia belum pernah tahu seperti apa hidup yang aku jalani.

Aku dan Rasta hanya berteman, tidak ada ikatan hubungan kekasih, tapi kami bisa melakukan apa pun layaknya sepasang kekasih. Itulah yang membuat Rasta sangat ingin mengajak aku menikah, agar kami tidak terus berbuat dosa.

Di dunia entertainment, aku benar-benar bisa terhibur, aku bisa menyalurkan hobby aktingku, dan sering aku dapat peran yang bagus, sehingga aku sering muncul di TV. Mister Yo tahu itu, dia berusaha untuk mencariku, dia bangga bisa kencan dengan aku, karena aku dianggapnya sebagai seorang artis.

Bukan sekali dua kali dia mengajakku kencan, bahkan kadang dia mengajakku keluar negeri. Dia sangat pandai menutupi hubungan itu, tapi aku berusaha membatasi diri. Aku tidak ingin terjebak sebagai perempuan pelakor, aku tolak semua keinginannya.

Di dunia entertainment aku mulai bisa menapak hidup, dan memperbaiki hidup. Aku sudah bisa hidup dengan wajar, mengikuti rutinitas shooting yang sangat menghibur diriku. Pelan-pelan aku mulai melepaskan ketergantungan bantuan mister Yo.

Sebetulnya bisa saja aku perkarakan mister Yo, tapi aib aku sendiri akan terbuka, dan akan banyak orang yang menderita. Bagi aku selama dia tidak bertindak jahat pada aku, aku pun tidak terlalu peduli dengan dia.

Aku tidak ingin kejadian itu menghancurkan masa depanku, aku harus menghidupi ibu dan adik-adikku di kampung. Aku mencoba bangkit dari keterpurukan masa lalu. Dunia entertainment yang aku tekuni sangat menjanjikan, tapi juga banyak godaan.

Aku banyak kenal lelaki, dari yang buruk perangainya sampai yang baik. Semua aku anggap bersahabat, aku tidak ingin terikat dalam ikatan emosional. Aku bisa pilih mau bersama siapa saja, tanpa ada ikatan apa pun. Citra inilah yang membuatku terkesan jalang.

Hanya Rasta yang mau mengungkapkan cintanya yang tulus, tapi aku tidak ingin mengecewakannya. Aku yakin, Rasta bisa menerimaku apa adanya, tapi aku tidak tega memperlakukan lelaki sebaik Rasta, hanya menjadi pendamping wanita yang sudah nista seperti aku.

Suatu saat, mister Yo menemuiku di lokasi shooting, dia sangat ingin mengajakku pergi, namun aku tolak keinginannya, karena aku tahu kalau dia hanya ingin merasa bangga bisa berakrab-akrab dengan artis.

“Dis … kamu sekarang sudah terkenal, saya senang lihat kamu selalu muncul di TV.” Ujar Mister Yo saat itu

“Ya semua berkat Tuhan mister Yo, Tuhan kasihan sama nasib saya.” Jawabku

“Saya mau ajak kamu jalan Dis … tolonglah kamu mau ya?” Pinta mister Yo

“Gak bisa mister Yo … saya tidak mau dianggap pelakor nanti, cukuplah hidup saya pernah hancur.” Jawabku lagi

Berbagai rayuan dan imbalan dia tawarkan, namun semua aku tolak. Aku membayangkan kalau terus memanfaatkan fasilitasnya, bisa-bisa seenaknya dia memanfaatkan aku, bahkan mungkin aku masih di bawah kekuasaannya.

Terlalu getir aku membayangkan apa yang sudah dilakukan mister Yo terhadapku, dan aku tidak ingin kegetiran itu aku alami lagi. Aku sudah menemukan duniaku yang baru, yang sangat membahagiakanku, dan memberikan harapan pada masa depanku.

Bersambung..

Tinggalkan Balasan