Ilustrasi cover novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren (Foto by Ajinatha).
Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren ini ditulis khusus dalam rangka mengikuti program KMAB yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan mulai 7 Juli 2022 – 17 Agustus 2022.
Episode 17
Gereja Katedral Santo Petrus megah berdiri dengan bangunan berarsitektur Eropa. Perancangnya adalah Ir. C.P. Wolff Schoemaker, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Pada misa Minggu pagi ini, Mikayla Angela masih khusyu mengikuti kegiatan rohani itu.
Sementara aku dengan sabar menunggu gadis cantik itu mengikuti misa hingga selesai. Cuaca pagi Kota Bandung yang sejuk dan cerah dengan berkas cahaya Matahari, membuat kehangatan jiwa membawa semangat kehidupan.
Duduk di kursi Taman yang asri di depan Gereja yang dibangun pada zaman Belanda itu, aku termangu memikirkan seberapa jauh aku merasakan cinta untuk Mikayla.
Meskipin cinta itu belum terucap dari bibirku, namun setiap tindakanku kepada Mikayla sudah menunjukkan hal tersebut. Aku yakin Mikayla pasti merasakannya.
Asyik melamun tanpa sadar di depanku sudah berdiri Mikayla menyapaku dengan senyum ramahnya. Aku sempat terkejut karena baru saja tersadar dari lamunan.
“Selamat Pagi Mas Hen! Lama menunggu ya?” Sapa gadis cantik ini sambil duduk di sampingku.
“Tidak juga Kayla. Bagaimana misa pagi ini?”
“Aku baru kembali lagi mengikuti misa di gereja ini. Sudah terlalu lama aku meninggalkan Tuhan. Rasanya terharu sekali.”
“Begitulah. Kadang kita kok tega-teganya meninggalkan Tuhan. Padahal Tuhan sendiri selalu setia bersama kita. Dia dekat lebih dekat dari urat leher kita.”
“Iya Mas benar. Aku sungguh merasa malu dihadapanNya ketika berdoa untuk memohon ampun. Aku tidak tahu apakah Tuhan mengampuniku.”
“Tentu saja mengampunimu, Kayla. Salah satu sifat Tuhan itu Maha Pengampun. Dia lah sebaik tempat untuk memohon ampun.”
“Iya Mas,” suara Kayla pelan.
“Sudahlah, kamu jangan menangis lagi,” kataku sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya.
“Terimakasih Mas Hen. Sudah dengan sabar mau membimbingku kembali mendapatkan kedamaian dalam hidupku. Aku sangat bersyukur bisa mengenalmu.” Suara Kaila sambil menatapku.
Sorot matanya yang indah, seakan tajam menembus relung hatiku. Aku sangat tersentuh dan merasakan getaran cinta ini semakin jelas.
“Tidak Kayla. Itu buka aku, tapi Tuhanlah yang sudah membukakakn hati kita untuk menerima cahaya kebenaran.” Kataku harus menjelaskan hal yang sangat peka ini dalam tingkat keyakinan seseorang bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu.
Penjelasanku sudah cukup dipahami oleh Mikayla namun bagi gadis ini hal yang terpenting adalah rasa damai dan aman sudah dirasakan kembali saat ini.
“Mas tadi di ruang misa, aku bertemu Om Leo, adiknya Ibu. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya.”
“Bagus dong. Sempat ngobrol apa saja?”
“Tidak sempat ngobrol tapi aku sudah memberikan alamat rumah kost. Dulu Om Leo sangat membantuku menghadapi ujian berat itu.”
Om Leonardo adalah adik ibunya Mikayla. Berkeluarga dan tinggal di Bandung. Bagi Mikayla Om Leo adalah satu-satunya orang yang selama ini sangat memahami keadaan keponakannya.
@hensa.
1 komentar