Burung Pipit bergegas membawa air di paruhnya. Air itu ditumpahkan ke api membara yang membakar tubuh Nabi Ibrahim AS. Berulang kali berbalik ke tumpukan kayu membara, sang pipit kecil sesuai kemampuan berusaha memadamkan api. Sementara cicak menghembus hembuskan api agar semakin membara.
“hai burung pipit, mana bisa engkau memadamkan api hanya dengan setetes demi setetes air ”
celoteh sang cicak, dengan segala kerendahan hati burung pipit menjawab,
“aku paham usaha ku tak akan bisa mematikan api, namun gerakan ku ini menunjukkan kepihakan pada kebenaran. Kepedulianku ini menunjukkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa satu garis batas jelas pemisah bahwa aku peduli. ”
Sang cicak termangu, burung pipit terus menyampaikan alasan kenapa dia berbuat begitu kepada sesama mahluk hewan.
” temanku cicak, sesungguhnya aku tak ingin digolongkan manusia yang tidak memiliki perhatian sedikitpun atas terjadinya ketidak adilan.”
Inilah cuplikan kisah fenomnal terkait kedzoliman Penguasa kepada Nabi Ibrahim dalam syiar menegakkan Kalimah Tauhid. Subhanallah.
Bisa jadi demikianlah gerakan hati umat Islam Indonesia ketika hadir di Reuni 212 Ahad 2 Desember 2018. Semangat burung pipit menggerakan hati berangkat dari kediaman masing masing. Nun jauh dari pelosok sana Propinsi Aceh Fajri berkendara oto bus tiba di kawasan Monas. Fajri datang bersama teman teman dengan niat semata mengharap redha Allah sebagai bentuk Uhkuwah Islamiyah.
Sosok Fajri hanyalah contoh betapa kepedulian Warga Negara Indonesia datang dari seluruh Indonesia. Tidak usyahlah bertanya dari mana harta nan di korbankan untuk membawa tubuh ke Ibukota. Tidak perlu pula menelisik dia datang dari partai politik mana. Atau apa juga ada gunanya bertanya siapa menyuruhnya datang. Inilah peristiwa besar berkumpulnya jutaan manusia dalam perjalanan sejarah peradaban dunia sejak Nabi Adam AS.
Saudaraku datang berkendara pesawat terbang, kereta api, oto bus dan motor. Bahkan ada yang berjalan kaki menempuh puluhan kilometer dengan kekuatan hati sehingga mengalirkan stamina luarbisa. Awak bersama Haji Hamid berangkat dari Bumi Harapan P{ermai Kelurahan Dukuh Jakarta Timur bada Shalat Isya.
“kita berangkat lebih awal Pak Thamrin agar posisi duduk bisa lebih dekat panggung acara”
Demikan Haji Hamid mengatakan ketika kami main tennis. Selama ini awak berangkat bada subuh bersama jamaah Masjid jami An Nur ketika menghadiri acara serupa 411, 212 – 2016, reuni 212 – 2017. Alhamdulillah sepanjang jalan berkendara dengan Yudha putra Haji Hamid surprise juga mendengarkan berita bahwa komunitas anak muda memliki kegiatan taklim di Masjid Al Azhar Blok M.
Selama perjalanan Yudha membuat rekaman video sejenis wawancara ketika dia mendengar awak seorang penulis dalam visi dunia akherat misi fastabiqul kaerat.
” nanti video saya kirim ke teman teman, bagus neh pengalaman Pak Haji untuk memotivasi teman teman komunitas muda moslem”
Awak hanya tersenyum dalam perasaan “apalah awak ini” teriring doa semoga rekaman video bermanfaat, Amin.
Ketika melewati kawasan Petamburan sampai Tanah Abang terlihat gerakan umat menuju Monas. Dimalam Ahad kawasan patung kuda mulai ramai. Awa dikenalkan dengan komunitas Tim Medis yang di pimpin Dokter Topan. inilah komunitas yang selalu hadir di Acara 212. Bersama kami mulai memasuki area beserta ratusan umat. Memang masih lega sementara jarum jam menunjukan di angka 9.
Betul sekali kami bisa mendapat tempat strategis, namun tidak persis didepan panggung bersebab sudah banyak saudaraku yang datang lebih awal. Terdapat 3 panggung besar dan tinggi, terpampang spanduk Reuni 212. Tenda tenda kecil berada dibelakang dan sisi panggung yang disediakan untuk para tamu dan ulama dan tenda juga di fungsikan untuk Tim Medis dan Logistik konsumsi yang disediakan panitia.
Jamaah tiba di sekitar Tugu Monas semakin ramai. Ugu Monas bersinar merah muda benuansa kebiru biruan, penerangan lampu luar biasa sehingga seolah bekerja sama dengan sinaran dari langit nan diatas sana. Kami membeli tikar plastik sementara pedagang simpang siur menjajakan minuman hangat dan makanan kecil.
Sembari menunggu Shalat Tahajut berjamaah kami bersilaturahim dengan sahabat dari daerah. Komunitas Tim Medis beranggotakan Dr Topan, dr Doddy, Mas Rendra, Pak Djon, Mas Danu, Haji Hamid dan anak muda Andri bercertita terkait pengalaman masing masing menghadiri 212. Alhamdulillah pengalaman tersimpan di video rekaman, kemudian membentuk group WA bernama Reunion 212 sebagai sarana komunikasi Syiar islam.
Satu hal yang menjadi kendala adalah komunikasi di media social. Ketika berada di kawasan Tugu Monas selama 15 jam terputus hubungan dunia maya dengan keluarga, sahabat dan komunitas. Tidak ada sinyal sedikitpun entah bersebab apa. Itulah sebabnya ketika telah tiba di rumah awak langsung saja menjawab komentar dr. Wahyono di WAG Dokkes Purna terkait tidak menjawab cuitan beliau.
Bendera Merah Putih dan Bendera bertulisan Kalimah Syahadat berkibar dimana mana. Tampaknya Bendera Tauhid itu sudah disipakan jauh jauh hari setelah peristiwa mengenaskan pembakaran bendera beberapa pekan lalu. Atribut Kalimat Tauhid ada di topi, kaos, syal dan segala macan assesoris yang dikenakan peserta 212. Inilah salah satu bentuk Ghirah Islam, bersatu berhimpun disatu kawasan Monas terluas yang mampu menampung sedemikian banyak orang.
Doa Qunut Nazilah itu panjang sekali, saudaraku. Imam Shalat sempat tersedu betapa hati ini bergetar disaksikan malaikat dan langit luas. InshaAllah doa diamini jutaan umat di ijabah Allah SWT. Allah Akbar, Allah Akbar Allah Akbar. Baik terkait kehadiran awak kutip referensi dari Al Qur’an Surat Al An’am (6-59)
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”
“Tuhan ku kami berhimpun jutaan umat, sedangkan daun nan jatuh dan batu hitam di hutan kelam saja Engkau ketahui, bagaimana pula kami nan hadir di kawasan Monas dan sekitarnya ”
Satu keyakinan tertanam di hati sanubari bahwa alam semesta bergetar, malaikat saling bertanya apa yang terjadi dimuka bumi. Allah Maha Melihat dan Maha Bijaksana. Sementara peristiwa ini di ikuti oleh Negara negara lain diserta pujian dan kekaguman, bagaimana bisa orang berkumpul jutaan orang dalam namun mereka tetap tertib tidak ada kekacauan sama sekali.
Pak Gubernur Jakarta Anies Baswedan cerdas dan trengginas, bicara singkat sesuai kapasitas sebagai Pelayan Publik. Menyediakan fasilitas kawasan monas untuk segala macam keperluan warga. Kepedulian lingkungan adalah jaminan serta komitmen Umat Islam sehingga ketika acara usia kawasan kembali bersih. Masya Allah.
Islam adalah rahmatan lil alamin. Saudara lintas agama diundang dan mereka hadir dalam suasana persahabatan dan damai sesuai dengan motto Reuni 212 Damai. Saudara difabel diberikan ruang dan waktu sebagai salah satu bentuk hak azazi manusia dalam keterbatasan tetap bisa hadir di silaturahim akbar.
Kemudian sahabat yang belum sempat hadir tetap memantau melalui media mainstream seperti TV One dan radio swasta. Terbersi doa keluarga dirumah agar acara berjalan dengan aman tertib dan aman serta nyaman. Bisa jadi mereka belum sempat hadir bukan karena tidak ada Ghirah Islam di hati namun kondisi dan situasi yang menyebabkan ketidak hadiran itu. Ada satu keyakinan saudara ku tetap berpihak pada kebenaran hakiki. Doa kita semua semoga dilain kesempatan bisa membuat alibi tak terbantahkan hadir dalam rekam jejak digital pada pesta rakyat terbesar di dunia nyata.
Prabowo Subianto hadir demikian pula Bapak Amien Rais, Hidayat Nur Wahid serta beberapa tokoh politik lainnya. Bapak Prabowo mampu menahan diri dalam sambutan sangat singkat. Beliau tidak ingin memanfaatkan situasi ini untuk berkampanye bersebab bisa melanggar ketentuan peraturan kampanye. Namun siapa yang biasa melarang ketika terdengar suara gemuruh menggelegar setiap nama Prabowo sebut pembawa acara. Prabowo,… Prabowo,… Prabowo,
Harapan pribadi awak, InshaAllah Reuni 212 — 2019 berubah menjadi pesta rakyat siapapun Presiden Republik Indonesia. Alangkah indahnya ketika semua bisa hadir, Presiden, Pejabat Tinggi, Ketua NU, Ketua Muhammaddiyah, Menteri Agama serta semua komponen bangsa lain berkenan bersama rakyat berhimpun di Monas.
Pada saat ini sungguh sangat sulit menjelaskan kepada khalayak dunia satu pertanyaan
“Kenapa Presiden anda tidak hadir diantara jutaan rakyatnya di Monas?
Bukan soal diundang atau tidak diundang, namun ketika sedemikian banyak rakyat berkumpul kenapa juga Pemerintah tidak proaktif mengambil peran bekerja sama dengan panitia. Pemerintah RI mendukung Pemda DKI menyediakan fasilitas negara karena tamu adalah rakyat Indonesia. Dengan demikian dapat dipastikan Acara 212 semakin semakin semarak dan berkualitas kebangsaan.
Mungkin pola pikir awak ini aneh namun semua berangkat dari hati nurani dengan tujuan agar kesatuan dan persatuan Indonesaia bisa diwujudkan dalam kebesaran hati. Kebersaamaan itu sesungguhnya mampu menghancurkan sekat sekat perbedaan ketika kita semua tidak terpasung oleh issue issue perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Point yang ingin disampaikan disini Fakta non Hoax bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mencatat rekor dunia (sesuai catatan malaikat) terkait berkumpulan jutaan orang pada satu peristiwa Ahad 2 Desembar 2018 di Monas (dan sekitarnya) Jakarta Indonesia. Pemerintah berkuasa hendaknya pada kesempatan Reuni 212 — 2019 menjadikan pertemuan itu sebagai Pesta Rakyat. Selain budaya halal bihalal lebaran dan perayaan natal Pemerintah berkuasa menyediakan atau kalau boleh dibilang mengambil alih Pesta Rakyat dalam bentuk menyediakan fasilitas dan dana agar segala sesuatu semakin semarak dalam kedamaian.
Ketika pemerintah berkuasa memasukkan agenda ini sebagai silaturahim nasional maka manajemen acara di monas bisa lebih baik. Ketika semua pintu diatur jalan masuk dan jalan keluar sehingga warga tidak perlu berdesak desakan. Tim Medis berserta perangkat disiagakan. Selain itu Kementerian Informasi kiranya meningkatkan kualitasb jaringan internet di seputar kawasan 212 dijamin kuat sinyal sehingga kita bisa saling bertukar informasi di dalam negeri dan luar negeri.
Kemudian Televisi Republik Indonesia dan TV Swasta bersemangat menyiarkan secara langsung untuk memberitakan seluruh dunia dan penjuru tanah air agar warga yang tidak sempat hadir.
Artinya siapapun bisa merasakan kehebatan kehangatan persahabatan Indonesia. Bisa jadi angan angan ini hanyalah sebuah mimpi. Apakah semua bisa terwujud terpulang pada sosok Pemimpin Nasional kelak menjadi seorang tokoh yang mampu menempatkan diri untuk semua Rakyat Indonesia.
Ahad, pukul 12.30 WIB awak tiba dirumah. Terpisah dengan sahabat Haji Hamid dan sahabat Reunion 212 serta seluruh sahabat senusantara.
Berjuang berdesakan dalam lantunan Shalawat Nabi Muhammad SAW menuju pintu keluar. Rekaman peristiwa baik foto atau video di Handphone melengkapi catatan para malaikat sebagai pembuktian alibi kehadiran . Tubuh tua ini terasa remuk 15 jam di Kawasan Monas, namun ada rasa bahagia tak terhingga bersebab berhasil mencatatkan diri hadir di peristiwa terbesar dunia.
Catatan berupa memory tak terbantahkan ada juga di adik kelas Fauzie Baron. Kami bersua seolah diatur Allah SWT ketika tanpa rekayasa berpapasan di perjalaan pulang kekediaman masing masing.
Salamsalaman
TD