Selepas acara camping pertama itu, saya pun mulai aktif dalam setiap latihan dan kegiatan pramuka. Kak Agun, sebagai pembina Pramuka adalah sosok yang menyenangkan, beliau terampil dalam menyampaikan materi, banyak koleksi permainan baik indoor maupun outdoor, dan suara beliau pun merdu. Dan saya sempat, berfikir kalau semua pembina pramuka itu suaranya merdu-merdu. hehe. Kisah ini berlanjut hingga Pramuka telah mengantarkan saya pada makna hidup yang sesungguhnya.
Kak Agun nama sebenarnya adalah Ade Guntur, beliau guru sekaligus Pembina Pramuka di SDN Jayagiri. Beliau lah yang memperkenalkan saya ke dunia Pramuka, setidaknya memperkenalkan berbagai keterampilan di kepramukaan, keterampilan yang suatu hari dan sampai saat ini terus bermanfaat dalam kehidupan saya.
Belajar hidup dari Pramuka
Ketika itu, saya tidak sadar apa yang sedang saya kerjakan, apa yang sedang saya pelajari, dan apa yang sedang saya tekuni. Motivasi ikut pramuka, pada saat itu hanya adalah iseng yang berujung pada hobi. Banyak pula dari teman-teman satu kelas saya yang juga aktif di Pramuka, dan itulah mungkin salah satu alasan saya giat berlatih pramuka : Teman.
Aktifitas-aktifitas latihan dan kegiatan Pramuka berangsur-angsur mulai terasa dampaknya ketika menginjak dewasa. Bagaimana keterampilan dan keberanian berbicara, kepemimpinan dan rasa tanggung jawab, terbiasa prestasi dengan kompetisi, sampai terbiasa dan membiasakan diri untuk tetap rendah hati.
Hari ini, menjelang usia kepala tiga, baru terasa betul apa manfaat dari kerja keras selama latihan Pramuka. Semua ini adalah tentang survival, tentang seni bertahan hidup. Hidup memang harus dipertahankan, tetapi hidup tidak boleh hanya sekedar hidup. Dalam Pramuka kami dilatih dan diajarkan bagaimana cara menjaga kehormatan dengan memegang prinsip-prinsip dalam kehidupan.
Prinsip-prinsip itu adalah Trisatya dan Dasadarma. Dua prinsip hidup yang harus terpatri dalam hati dan tindakan setiap anggota Pramuka. Dua prinsip ini adalah pengalih bahasaan dari bahasa-bahasa agama, bahasa-bahasa nasionalisme, dan bahasa-bahasa moral. Bahasa-bahasa tersebut kemudian disederhanakan agar bisa jauh menyentuh ke hati kami, anak-anak dan pemuda remaja, setidaknya itulah yang saya yakini. Sampai detik ini, saya masih mengupayakan untuk tetap memegang teguh trisatya dan dasadarma.
Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
Poin ke -10, Dasa Dharma
“Tacipaparerahedibesu..” ini adalah materi pertama yang saya dapatkan sebagai anggota pramuka di latihan awal-awal kami dengan Kak Agun. Bukan, itu bukan mantra, itu adalah akronim dari Dasadarma, biar kami anak-anak pramuka lebih mudah dalam menghafalnya. Kenapa harus dihafal ? karena kami dapat info, jika beberapa bulan lagi kami akan mengikuti pelantikan pertama kami. Deg.
<<Bersambung>>
Guru Informatika SMP IT Baitul Ilmi
1 komentar