Memoar Pramuka #6 : Saatnya Ramu

Terbaru440 Dilihat
Mungkin sekitar 6 orang diantara kami siswa kelas 5, yang mengikuti pelantikan kecakapan di tingkat ramu dan rakit di golongan penggalang kali ini.  Sementara 20 orang lainnya adalah kakak kelas kami yang sudah berada di kelas 6. Prosesi pelantikan yang diawali dari rangkaian pengisian SKU (Syarat Kecakapan Umum) yang memakan waktu sekitar 2 bulan, yang kemudian di akhiri dengan giat malam seperti pengalaman camping pertama yang saya ikuti, bedanya kami bukan anak bawang sekarang. Tingkat kecakapan yang akan kami sandang adalah tingkat paling awal dalam golongan penggalang, yaitu tingkat Ramu. Seperti pada cerita sebelumnya, golongan penggalang terdiri dari 3 tingkat kecakapan yang berbeda, yaitu Ramu, Rakit dan Terap. Sekitar 20 orang peserta pelantikan adalah calon tingkat Ramu, sementara sisanya ke tingkat Rakit, sementara itu jarang sekali ada anggota yang dilantik ke tingkat Terap.

Ramu jati diri

Setiap melewati pelantikan, sejujurnya saya seperti menjadi orang baru, begitupun dengan pelantikan pertama ini. Untuk prosesinya, khususnya ketika giat malam, saya tidak terlalu aneh dan terkaget-kaget dengan bentakan, gebrakan, hukuman, dan tes-tes yang sifatnya menguji mental dan wawasan. Sebelumnya saya sudah dapat bocoran dari kakak kelas, dan satu hal yang saya pelajari dari pelantikan dan setiap acara pelantikan yang saya ikuti, bahwa setiap masalah pasti ada akhirnya. Ya, sekeras apapun pelantikan dan uji mentalnya, pada saat itu saya berfikir bahwa ini semua akan berakhir, dan besoknya, saya siap menerima penghargaan. Pengalaman ini, seringkali saya terapkan ketika menemui masalah sepelik apapun. Secara filosofi dan makna, menurut saya tingkat Ramu berarti saatnya untuk meramu dari berbagai wawasan yang ada menjadi sebuah suplemen yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan dalam menjalani kehidupan. Ramu adalah langkah awal dari seorang anak kecil anggota pramuka untuk mengenal problematika kehidupan. Setidaknya dengan pengemasan pendidikan watak yang menyenangkan. Dan sekali lagi, pemahaman ini baru saya sadari ketika menginjak dewasa. Rasa bangga menyelimuti kami setelah tersematnya bet lambang ramu di lengan bahu sebelah kiri tanda berakhirnya prosesi pelantikan. Kebahagiaan itu pun menjadi semakin sempurna ketika para orang tua kami lah yang menyematkan lambang Ramu itu di lengan kami. Masih terbayang almarhum ibu yang begitu dengan bangga menyematkannya. Usai pelantikan itu, saya baru menyadari bahwa itu adalah titik awal perjalanan berikutnya.

<<Bersambung>>

<<Selengkapnya>>

Abdullah Alhadad, S.T

Guru Informatika SMP IT Baitul Ilmi

Tinggalkan Balasan

1 komentar