#Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-4, Kamis, 4 Februari 2021

TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN

A. Tipe Kepemimpinan

Memperhatikan pola dasar perilaku kepemimpinan dalam praktiknya dapat mengantarkan pada klasifikasi kepemimpinan menjadi lima tipe pokok dalam kepemimpinan. Kepemimpinan agar efektif harus diwujudkan tidak dengan mempergunakan salah satu tipe kepemimpinan secara murni. Arifin (2005: 15) menyebutkan kelima tipe pokok kepemimpinan adalah sebagai berikut:

  1. Kepemimpinan otokratik

Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pemimpin. Pemimpin memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Perintah pemimpin tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi bawahan selain tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan pemimpin digunakan untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama.

  1. Kepemimpinan paternalistik

Tipe kepemimpinan ini lebih mengutamakan kebersamaan. Tipe ini memperlakukan semua satuan kerja yang terdapat dalam organisasi dengan seadil dan serata mungkin.

  1. Kepemimpinan kharismatik

Dalam tipe ini pemimpin mempunyai kemampuan menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan pribadi yang dimiliki oleh pemimpin, sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan patuh pada orang-orang yang dipimpinnya. Keistimewaan kepribadian yang umum dimiliki kepemimpinan tipe ini adalah akhlak karimah yakni yang terpuji.

  1. Kepemimpinan bebas (Laissez Faire)

Dalam kepemimpinan ini, pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dilakukan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin terutama dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan atau berbuat menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya mengfungsikan dirinya sebagai penasehat, melakukannya dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Dalam kepemimpinan ini apabila tidak ada seorangpun dari anggota kelompok atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan maka tidak ada aktivitas atau kegiatan organisasi.

  1. Tipe kepemimpinan demokratis

Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok dan organisasi. Pelaksanaan kepemimpinan dengan merealisasikan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok dan organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Setiap anggota kelompok tidak saja memiliki kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Konsisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, mutasi, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain. Kepemimpinan demokratis menunjukkan bahwa kepemimpinan itu aktif, dinamis dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas memungkinkan setiap angoota berpartisipasi secara aktif.

B. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan menunjukkan pada cara seorang pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap bawahan sebagai anggota orang yang dipimpinnyanya. Berbeda dengan penjelasan diatas bahwa gaya kepemimpinan adalah tindakan menyeluruh dari seorang pemimpin baik secara langsung maupun tidak langsung agar tercapainya tujuan.

Menurut Karwati dan Priansa (2013) gaya kepemimpinan adalah “Suatu pola perilaku yang konsisten yang ditujukan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain”. Sejumlah ahli teori kepemimpinan menekankan style dari pemimpin yang efektif, yaitu berkisar pada kepemimpinan gaya partisipatif, nonpartisipatif, otokratik, demokratik, atau laissez-faire.

Menurut Bill Woods (dalam Wahyudi, 2009: 151) ada tiga gaya kepemimpinan yakni:

  1. Otokratis

Kepemimpinan otokratis adalah pemimpin yang membuat keputusannya sendiri. Pemimpin memikul tanggung jawab dan wewenang penuh. Kepemimpinan otokratis merupakan gaya kepemimpinan yang semua kendali berada pada pemimpinnya. Pemimpin yang menggunakan gaya ini cenderung bersikap sewenang-wenang terhadap bawahannya. Ciri-ciri pemimpin yang otokratis:

a).  Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi.

b).  Menganggap bawahan sebagai alat semata.

c).  Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik.

d). Cara menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari kesalahan atau menghukum.

  1. Demokratis

Kepemimpinan demokratis atau partisipatif adalah pemimpin melakukan konsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu. Menurut penulis gaya kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang lebih mementingan kepentingan bawahan, bawahan atau anggota kelompok memiliki keleluasaan untuk berpendapat.

  1. Laissez-faire (Kendali bebas)

Kepemimpinan ini adalah pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan, kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri, tidak ada pengarahan dari pemimpin. Gaya ini biasanya tidak berguna, tetapi dapat menjadi efektif dalam kelompok profesional yang termotivasi tinggi. Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan Laissez Faire cenderung tidak mempunyai prinsip dan tidak kreatif karena semua kendali sepenuhnya berada pada bawahan. Jadi, tidak ada pengarahan dari pemimpin.

Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, kemampuan atau keahlian khusus yang dimiliki seseorang dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Kepemimpinan nampak pada sifat dan nilai yang dimiliki oleh seorang leader. Teori kepemimpinan telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu dan sudah ada berbagai referensi dalam bentuk beraneka ragam. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau kelompok sangat penting karena fungsi kepemimpinanlah sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya melalui jalan dan cara yang benar.

Seseorang yang memahami dengan baik tentang teori dan konsep kepemimpinan akan membantu tugas dan pekerjaannya lebih efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan dan kondisi yang diinginkan.

Nasution (2004: 199) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai suatu cara yang digunakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan juga merupakan dasar dalam membedakan atau mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Ada tiga pola dasar dalam gaya kepemimpinan, yakni gaya kepemimpinan dengan dasar mementingkan;

1). Pelaksanaan tugas secara efektif dan efesien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.

2). Melakukan hubungan kerja sama.

3). Hasil yang dapat dicapai untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Moeljono dan Sudjamiko (2007: 159-161) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai perwujudan dari kepemimpinan yang memberikan human tauch pada hirarki. Kepemimpinan ini menunjukkan pada kepemimpinan tranformasional, yaitu kepemimpinan yang menyadarkan diri pada tiga (3) unsur berikut:

1). Charisma. Pemimpin seperti ini memiliki kemampuan pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan, berkomunikasi dan meyakinkan pihak, atau orang lain. Bisa juga kepemimpinan karismatik ini memiliki karakteristik ekspresif, percaya diri, pantang menyerah, dan memiliki keyakinan akan kebenaran yang hakiki.

2). Individualized consideration. Unsur ini menekankan pentingnya pemimpin memberikan perhatian yang besar dan personal kepada pengikutnya. Dalam lingkungan organisasi, individualized consideration dapat terwujud dalam kualitas pengaruh antara pemimpin (selaku atasan) dan pengikut (selaku bawahan). Dengan hubungan berkualitas, perhatian pemimpin berwujud dukungan sumber daya yang melimpah guna keberhasilan kerja pengikut. Sumber daya dimaksud tidak hanya yang tangible, seperti uang, atau dana dan fasilitas kerja, juga intagible seperti bantuan pemimpin kepada pengikut untuk menyelesaikan pekerjaannya, misalnya dalam bentuk monitoring dan coaching, serta dukungan dan dorongan pemimpin untuk mengembangkan kompetensi dan kapabilitas kerja pengikut (developmental orientation).

3).  Intellectual stimulation. Berbeda dengan dua unsur sebelumnya yang amat kental nuansa emosional dan psikologisnya, unsur ini justru member tekanan lebih pada sisi kognitif, karena pemimpin berupaya meningkatkan pemahaman pengikut akan permasalahan pekerjaan yang mereka hadapi, khususnya terkait dengan perubahan, serta mendorong pengikutnya menelurkan gagasan jalan keluar yang kreatif dan inovatif atas permasalahan tersebut.

Tinggalkan Balasan

1 komentar