Novel ini bercerita tentang wanita cantik jelita bernama Anindia Nilajuwita. Sosok yang terbelenggu cinta pertamanya. Tatkala Rumput Kusut Masai adalah gambaran galau hatinya.
Acuh Tak Acuh
Tidak terasa liburan hanya tinggal 3 hari lagi. Begitu cepatnya waktu berlalu dan Anindia harus segera kembali ke Australia bercengkerama rutin lagi dengan ilmu lingkungan dan mulai mempersiapkan tesis S2.
Saat itu Anindia tidak menyangka pada hari Sabtunya ternyata Roby sengaja datang dari Jakarta hanya untuk menjumpainya.
“Cukup menyenangkan liburannya?” Tanya Roby. Anin hanya angkat bahu sambil tersenyum.
“Kuharap memang begitu. Tadi malam Papa mengabariku karena kamu akan segera balik ke Australia.”
“Iya maaf ya Rob. Aku tidak mengabarimu hanya kuatir kamu sibuk dengan tugas-tugasmu,” suara Anindia datar.
“Gak apa-apa Nin. Tadinya kupikir kamu mau liburan di Jakarta. Aku tidak yakin kalau kamu tidak tahu selama itu aku merindukanmu. Terlebih-lebih tak begitu banyak kabar darimu selama ini.”
Roby menjelaskan kekecewaannya terhadap sikap Anin yang selama ini selalu tidak acuh, apatis.
“Maaf Rob. Aku memang lagi malas saja membalas email” kata Anin seenaknya.
Kulihat Roby masih tertunduk. Terbaca pada raut wajahnya perasaan kecewa, kesal, gelisah. Namun perasaan-perasaan tersebut tertutup oleh sikap sabarnya.
Sejak SMA dulu Roby memang penyabar. Ketika dia tahu kalau Anin sebenarnya lebih suka kepada Prasaja Utama, kakak kelasnya. Namun Roby tetap tidak menyerah terus mengejar cinta Anindia.
Roby yang gagah, ganteng dan sekarang sudah menjadi Perwira Militer yang cerah masa depannya, yang selalu penuh pengertian.
Rasanya aneh saja semua itu sama sekali tidak menarik perhatian seorang Anindia. Bahkan saat mereka sudah bertunangan dan hanya tinggal menunggu tanggal pernikahan.
Rencana pernikahanpun sebenarnya sudah ditentukan usai Anindia selesai menunaikan program S2 nya dari Australia.
Sambutan Anindia dengan sikap apatis, acuh tak acuh seperti ini. Dengan sikapnya, kadang-kadang kesadaran itu timbul bahwa Anin telah berbuat keterlaluan.
Terutama disaat momen menatap punggung Roby yang harus kembali ke Jakarta dengan penuh rasa kecewa.
“Seharusnya kamu tidak bersikap seperti itu!” pendapat Ibunya yang merasa heran dengan sikap anak gadisnya.
“Bukankah dia tunanganmu. Kamu harus bersikap lembut jangan judes.” Suara Ibu memberikan nasihat kepada anak gadis satu-satunya.
BACA JUGA : Tatkala Rumput Kusut Masai (1).
Salam Literasi @hensa.
BERSAMBUNG Tatkala Rumput Kusut Masai (12).
Novel ini hanya fiktif. Andaikata ada kesamaan nama-nama dan tempat, maka hal itu hanya kebetulan semata.
1 komentar