Novel : Kisah Cinta Jomlo Pesantren (20)

KMAB, Novel70 Dilihat

Ilustrasi cover novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren (Foto by Ajinatha). 

Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren ini ditulis khusus dalam rangka mengikuti program KMAB yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan mulai 7 Juli 2022 – 17 Agustus 2022. 

BACA JUGA : Kisah Cinta Jomlo Pesantren (1) 

Episode 20. 

Bertemu Arga di Perpustakaan itu ternyata membawa info sangat penting yang harus aku perhatikan sebaik mungkin.

Arga berpesan agar aku harus berhati-hati dengan seseorang penghubung Mikayla yang sering datang ke Kampus ini.

Saat itu Arga tidak menyebutkan siapa penghubung itu. Namun jika yang dimaksud adalah Lorenzo Martin atau yang dikenal dengan panggilan Bos Enzo, dia sudah ditangani polisi.

Namun aku tetap harus waspada dan berhati-hati jika benar ada ancaman serius yang berkaitan dengan Mikayla.

Iya orang ini adalah kepanjangan tangan dari Bos Enzo. Bisa saja dia adalah salah satu mahasiswa di sini atau orang dari luar.

Aku kembali melanjutkan pekerjaan membuat laporan kegiatan praktek bedah yang harus segera masuk paling lambat siang ini segera dikirim ke email dokter Ramli.

Suasana perpustakaan yang sepi terasa damai, tidak ada suara selain alunan music instrument Richard Clayderman – Ballade Pour Adeline. Dalam kedamaian itu semua laporan tuntas sudah dan segera dikirim ke surel dokter Ramli.

Aku tutup laptop kerja dan mulai bergegas meninggalkan perpustakaan. Siang ini aku punya janji dengan Mikayla untuk makan siang di sebuah café di Jalan Riau.

Kata Mikayla ada yang ingin dibicarakan denganku entah persoalan apa. Mungkin masalah prostitusi online milik Bos Enzo yang tempo hari diciduk Kepolisian.

Kota Bandung siang ini begitu terik namun masihada angn yang berhembus sehingga masih ada rasa sejuk. Hanya membutuhkan waktu setengah jam aku sudah sampai di tempat tujuan.

“Mas Hendar!” Kayla mamanggilku sambil melambaikan tangannya. Aku menghampiri gadis cantik ini dengan disambut sebuah senyuman menawan.

“Beres laporannya Mas?” Tanya Kayla. Aku mengangguk sambil duduk di depannya.

Kami mengobrol sambil menunggu pesanan makanan dan minuman dengan menu makan siang.

“Semoga Mas Hendar cepat wisuda dari program spesialisnya,” kembali suara Mikayla berharap agar aku cepat merampungkan studiku di program spesialis bedah ilmu kedokteran ini.

Aku kembali tersenyum menanggapi harapan Mikayla itu. Gadis di hadapanku ini benar-benar sempurna aura kecantikannya.

BERSAMBUNG Episode 21. 

@hensa.

Tinggalkan Balasan

1 komentar