Garuda Muda Kalah dari Taiwan, Ini Penyebabnya

Berita, Olahraga0 Dilihat

Garuda Muda harus tersendat di grup F ketika mereka kalah 0-1 dari Taiwan pada laga matchday kedua Asian Games Hangzhou 2023 yang digelar di Zhejiang Normal University East Stadium, Kamis (21/9/23).

Gol dari Chinese Taipei terjadi pada babak kedua yang baru berjalan 2 menit. Berawal dari pergerakan Lin Wei Chien di sisi kiri yang berhasil melewati bek Robi Darwis.

Striker bernomor punggung 9 ini memberikan umpan tarik ke Chun Wen Yan yang tidak terkawal. Pemain sayap kanan ini dengan mudah menyambar bola dengan kaki kirinya menjadi gol.

Itulah gol tunggal yang terjadi pada laga krusial bagi kedua tim tersebut. Chinese Taipei harus bermain dengan 10 pemain setelah Liang Meng-hsin mendapatkan kartu kuning kedua pada injury time.

Namun meski bermain dengan 10 pemain, mereka masih mampu mempertahankan keunggulan sampai wasit meniup peluit akhir dalam laga tersebut.

Kekalahan yang sangat menyesakkan dada di tengah rasa optimis sebelum laga berlansgung. Akhirnya Timnas Indonesia U23 harus menunda kelolosan mereka ke babak 16 besar.

Apa yang menyebabkan mereka harus menerima kekalahan yang tidak perlu dalam laga tersebut? Mari kita simak paling tidak ada beberapa catatan penting yang memerlukan pembenahan dalam skuat darurat Indra Sjafri.

Miskin Kreativitas

Pada awal-awal laga Garuda Muda sudah benar menerapkan serangan gencar dengan formasi 4-3-3. Coach Indrapun sudah tepat menerapkan formasi favoritnya tersebut.

Chinese Taipei yang bermain lebih bertahan menumpuk pemain-pemainnya di area 16 meter mereka sehingga menyullitkan pergerakkan para pemain Garuda Muda.

Mereka membuat pertahanan berlapis. Sebenarnya formasi yang mereka terapkan adalah 4-4-2 tapi ketika bertahan pada zona marking, mereka menerapkan formasi 5-4-1 bahkan kerpa juga dengan 6-3-1.

Cara bertahan dengan Parkir Bus ala Mourinho yang diterapkan pasukan Chinese Taipei ini membuat para pemain kita frustrasi selama babak pertama.

Baik lini depan maupun lini tangah Garuda Muda benar-benar kehilangan kreativitas untuk membongkar pertahanan berlapis Chinese Taipei.

Ramai Rumakiek ketika berhasil menjebol gawang Kirgistan adalah berkat aksi individu dari pergerakkannya ke area penalti.

Kini pemain asal Papua tersebut tidak mampu melakukan aksi yang sama seperti laga sebelumnya karena selalu mendapatkan pengawalan ketat.

Begitu pula trio lini tengah, Syahrian Abimnayu, RachmatIrianto dan Ananda Reihan, benar-benar dikunci pergerakkannya. Mereka selalu buntu memberikan umpan-umpan ke depan.

Titan Agung sebagai striker tunggalbelum memberikan penampilan yang memuaskan sementara Egy Maulana Vikri masih sering kehilangan bola.

Kehilangan Fokus

Lini belakang dengan duet bek tengah Rizki Ridho dan Alfeandra Dewangga selama babak pertama terlihat kokoh dan tangguh.Mereka berhasil menjaga gawang yang dikawalAdi Satrio tetap perawan.

Namun pada babak kedua letika laga baru berjalan 2 menit, mereka kecolongan karena kehilangan fokus. Mungkin karena laga baru dimulai, lini belakang kita masih menganggap aman.

Gol Chinese Taipei yang lahir saat itu tercipta sangat sederhana. Paling tidak ada 5 pemain kita di area penalti itu. Semuanya tertuju pada arah bola yang dikuasai striker Chinese Taipei Lin Wei Chen.

Namun mereka terlambat menutup celah sehingga Lin Wei Chien di sisi kiri dengan leluasa memberikan asis kepada Chun Wen Yan yang berdiri bebas tanpa kawalan. Dengan mudah bola tembakannya menembus gawang Adi Satryo.

Butuh Kreator di Lini Tengah dan Pembunuh di Lini Depan

Coach Indra Sjafri memang harus menghadapi kenyataan dengan skuatnya yang sangat darurat. Absennya Ramadhan Sananta sebagai striker yang sangat tajam sangat terasa.

Lini depan yang hanya memiliki sosok Titan Agung, ternyata masih jauh dari harapan. Pemain muda asal Bhayangkara Presisi ini belum menunjukkan penampilan yang memuaskan.

Namun selain itu, di lini tengah, sosok Syahrian Abimanyu membutuhkan tandem yang bisa menjadi alternatif untuk kreator ketika dia mendapatkan tekanan lawan.

Syahrian hanya sendirian sebagai kreator lini tengah.Ketika dia terkunci oleh lawan tidak ada pemain lain yang mampu menggantikannya dalam mengatur tempo permainan.

Ananda Reihan dan Muhammad Taufany sebagai pelapis masih belum memiliki level tersebut. Mereka masih sering kali salah dalam memberikan asis.

Itulah 3 faktor penting bagi Indra Sjafri yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan maeri pemain-pemain yang saat ini ada, coach Indra tentu harus bisa menafaatkan potensi skuat darurat ini.

Tidak perlu mengeluh berkepanjangan. Lebih baik fokus menghadapi laga terakhir melawan Korea Utara yang sudah lolos ke 16 besar.

Timnas Garuda Muda hanya butuh bermain seri menghadapi Korea Utara. Namun tetap harus menargetkan kemenangan agar posisi mereka lebih aman.

Selamat berjuang Timnas Garuda Muda. Bravo Merah Putih.

Salam bola@hensa17.

Tinggalkan Balasan