HARI Ahad (05/09/2021) ini saya mengajak kita kembali menikmati sebuah pentigraf (cerpen tiga paragraf) untuk mengisi literasi setiap hari kita. Kita tahun kalau pentigraf belakangan ini semakin popular. Sebagai sebuah karya sastra jenis fiksi pentigraf diminati karena jumlah kata atau kalimatnya yang relatif singkat berbanding cerpen secara umum. Jika cerpen biasa bisa dengan kata antara 1.000 s.d. 5.000 maka pentigraf hanya 210 kata saja. Artinya rata-rata setiap paragraf hanya 70 kata saja. Dengan begitu membacanya cukup dengan waktu yang singkat saja.
Nah, bagi kita yang kebetulan mempunyai kesibukan yang padat maka bacaan fiksi jenis ini bagus sekali. Beberapa menit bahkan hitung detik saja mungkin kita sudah selesai membaca satu judul pentigraf. Singkat, kan? Namanya juga cerpen tiga paragraf, tentu saja sangatlah singkat. Walaupun setiap paragraf cerita (tulisan) boleh dibangun dengan jumlah kata yang lebih banyak, namun di pentigraf ada batasan kumulasi tiga paragraf dengan jumlah 210 kata saja. Itulah cirikhasnya yang dijadikan teori oleh pencetus awalnya. Kita mengikutinya saja.
Pada catatan literasi sebelumnya saya sudah menuliskan satu contoh pentigraf untuk mengiringi catatan singkat saya waktu itu. Saya sependapat bahwa untuk membuat karya fiksi di tahap awal, dapat dimulai denga jenis sastra ini: pentigraf. Alasan pendek dan dengan komplik yang sederhana maka bagi pemula tentu inilah bentuk karya fiksi yang bagus untuk ditulis.
Berikut saya posting satu pentigraf berjudul Safro Berbagi Rezeki yang saya tulis beberpa hari yang lalu dan telah saya posting di salah satu blog yang saya ikuti. Di sini saya ulang posting sebagai pengiring artikel singkat ini. Silakan membacanya. Pentigraf ini sudah saya posting juga di blog lainnya yang saya ikut menjadi membernya.
“Safro Berbagi Rezeki”
ISTERI Safro terkejut membaca isi nota pembayaran perbaikan motor vario yang tergelatak di atas bopet di kamar. Isterinya mau baertanya, itu nota apa? Dia tahu suaminya tidak punya motor vario. Dia hanya punya satu motor Yamaha Mio merah itu. Sudah uzur motor yang dulu dibelinya bekas itu. Motor itu juga tidak sedang diperbaiki. Tapi mengapa ada perbaikan motor Honda Vario? Tina gundah.
Sedetik berikutnya Safro masuk kamar dan menyambar nota pembayaran dari bengkel Sumber Rezeki itu. Bengkel langganan suaminya jika motornya ngadat. Masalahnya mengapa itu perbaikan motor merek lain? “Itu nota apa, Bang? Memang kita punya motor vario?” Tak tahan memendam rasa, akhirnya dia bertanya juga kepada lelaki brewok itu. Safro tidak menjawab pertanyaan bininya. Seperti diburu setan, dia cepat keluar kamar dan berangkat meninggalkan rumah. “Saya mau ke rumah Mas Ado, mengantarkan rezekinya.”
Ha? Rezekinya? Rezeki apa, Bang? Dia ingin memekik bertanya begitu karena Safro sudah di luar rumah. “Ini rezeki lain. Rezeki lain Mas Ado dari kita.” Sayup dia mendengar lakinya mengatakan begitu. Lalu dia tancap gas. Suamiku berbagi rezeki? Isterinya berpikir, dan teringat kecelakaan sore sebelumnya. Safro meminjam motor vario Mas Ado dan terjatuh. Motor itu rusak parah meskipun suaminya tidak sakit parah. Hah, pasti mengganti biaya motor itu, katanya dalam hati.***
Demikianlah satu judul pentigraf saya dedikasikan di halaman ini. Selain sebagai penguat catatan singkat ini, saya ingin pentigraf ini juga sebagai bacaan ringan kita pada hari libur ini. Semoga bisa dinikmati dan syukur jika mencoba menulisnya juga.***