Ayo Mengenali Bakat Anak-Anak Kita

KMAB81 Dilihat

AYO MENGENALI BAKAT ANAK-ANAK KITA

Oleh: Nanang M. Safa

 

Sudahkah Anda mengenali bakat anak-anak Anda?

Kali ini saya ingin mengajak Anda untuk mengenali bakat anak-anak kita. Tidak perlu serumit riset ilmiah dengan langkah-langkah sistematis dari a sampai z. Namun setidaknya Anda memiliki cukup alasan untuk bisa menyatakan “anak saya memiliki bakat di bidang ini”, dan seterusnya.

Ketika Anda goggling internet banyak sekali pendapat para ahli tentang bakat. Pendapat tersebut pada akhirnya akan mengerucut pada simpulan bahwa yang dimaksud dengan bakat adalah potensi, kemampuan, kapasitas diri, kualitas diri atau kecakapan yang dimiliki anak-anak kita sejak lahir. Jadi jika boleh membuat rumusan bakat adalah anugerah khusus yang diberikan Allah SWT pada setiap manusia yang pada masing-masing orang porsinya berbeda. Namun sepertinya para ahli sependapat bahwa bakat baru akan menemui “takdirnya” ketika digali, dikembangkan, dan dilatih dengan baik dan sungguh-sungguh.

Mengenali bakat anak bisa dikatakan sulit bisa juga mudah. Bagi Anda yang setiap hari bisa membersamai anak-anak Anda, tentu bukan hal sulit untuk bisa mengenali bakat anak-anak Anda. Namun bagi Anda yang dengan alasan tertentu tidak bisa intens membersamai anak-anak Anda, tentu cukup sulit untuk bisa mengenali bakat anak-anak Anda. Namun bisa saja sebaliknya. Ok, saya tidak akan mengajak Anda berdebat soal ini.

Maaf, berapa anak Anda?

Sekali lagi, maaf. Bukan bermaksud apa-apa. Barangkali Anda yang memiliki anak lebih dari satu butuh waktu dan energi lebih banyak untuk bisa mengenali bakat anak-anak Anda dibandingkan dengan Anda yang hanya memiliki satu anak saja. Atau barangkali justru sebaliknya.

Sebagai ayah dari 3 putra dan 1 putri, saya juga merasa enjoy saja menjalaninya. Memang sich, ketika anak-anak saya masih kecil-kecil dulu cukup menguras energi, waktu, dan perhatian. Ini tentu tidak bisa disembunyikan. Dan ini pulalah yang membuat banyak orang merasa “malas” untuk memiliki anak lebih dari 1. Takut repot, terutama pada tahun-tahun awal pasca kelahiran. Namun setelah anak-anak saya beranjak besar, tentu kerepotan itu semakin berkurang juga. Justru saya merasa menemukan kebahagiaan tersendiri ketika membersamai mereka. Dan inilah saatnya saya bisa mengenali bakat anak saya satu-persatu.

Putra pertama saya baru masuk di salah satu Madrasah Aliyah di lain kota. Saya sengaja menyekolahkannya ke lain kota agar dia bisa belajar hidup mandiri. Putra sulung saya ini sepertinya memiliki bakat kepemimpinan. Ketika kanak-kanak dulu, dia sering menjadi motor teman-temannya. Dia juga mudah bergaul sehingga temannya cukup banyak untuk ukuran anak desa seusianya. Ketika di bangku Madrasah Tsanawiyah, dia juga menjadi ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Melalui pemungutan suara secara langsung layaknya Pemilu, akhirnya dia berhasil mendapatkan suara terbanyak (45%). Total pemilih hampir 670 siswa dan 60 guru/karyawan. Itulah dasar saya berani mengatakan bahwa anak sulung saya memiliki bakat kepemimpinan (leadership).

Putra saya yang ke-dua cenderung lebih pendiam namun tidak sampai pada tataran introvert. Sering juga dia bermain sepak bola, mancing, dan mbolang bersama teman-temannya. Dia juga masuk regu Pramuka Garuda di sekolahnya. Dia sekarang kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI). Itulah bukti bahwa dia bukan tipe introvert. Namun ada satu hobi favoritnya. Ketika sudah berada di depan laptop atau hp, dia bisa sangat betah. Mau tidak mau sayapun penasaran dibuatnya. Diam-diam saya amati apa yang dia lakukan dengan hp atau laptopnya. Ternyata dia sedang asyik othak-athik akun YouTubenya. Suatu kali dia saya minta untuk mengeditkan video untuk YouTube saya (PORTAL 215). Dan sungguh di luar dugaan saya, ternyata keterampilan editingnya jauh di atas saya. Akhirnya putra kedua saya ini saya jadikan guru YouTube saya. Selain itu, putra kedua saya ini juga memiliki daya ingat cukup kuat. Buktinya untuk urusan hafalan dia cukup cepat dan telaten. Dan Alhamdulillah … dia juga mau ikut program Tahfidzul Qur’an. Mudah-mudahan Allah SWT meridloi. Aamiin …. Biarpun dari sisi fisik dia cukup kecil jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, ternyata dia memiliki kelebihan dari sisi lain.

Putra ketiga saya berbeda lagi. Hobinya bongkar pasang barang bekas. Ketika ada botol bekas, kardus bekas, dan sejenisnya, maka dia dengan tekun akan mengolahnya menjadi mainan. Dengan peralatan standar seperti penggaris, gunting, silet, lem, tali atau karet, dan beberapa peralatan lain dia bisa menghasilkan mainan baru dari barang-barang bekas tersebut. Hasil kreasinya juga cukup bagus untuk ukuran anak-anak seusianya. Putra ketiga saya ini sekarang kelas II Madrasah Ibtidaiyah.

Anak saya yang ke-empat terlahir perempuan. Sekarang dia baru berumur 1 tahun lebih 2 bulan. Putri saya ini sepertinya juga memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi, energik dan selalu ingin bergerak. Ketika diajarkan sesuatu melalui mainan, dia juga cepat menangkap.

Itulah hasil pengamatan saya tentang bakat anak-anak saya. Semuanya masih berproses. Saya juga tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Biar mereka menemukan takdirnya sendiri. Prinsipnya, saya dan istri saya sebagai orang tua akan berusaha semampu kami untuk mengemban amanah (anak-anak) yang telah dititipkan Allah kepada kami. Selanjutnya Allah-lah yang akan menentukan takdir anak-anak kami.

Menurut saya, mengenali bakat anak-anak kita merupakan salah satu cara bersyukur. Sebab dengan mengenali bakat mereka, kita sebagai orangtua bisa memotivasi, mendampingi, mengarahkan, mendidik, dan melatih mereka untuk memaksimalkan kelebihan berupa bakat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Wallaahu a’lam.

Bagaimana menurut Anda?

 

#kmab#19

Tinggalkan Balasan