HARI YANG  PENUH BERKAH

Cerpen, KMAB100 Dilihat

pexels-kindel-media-8550826

HARI YANG  PENUH BERKAH

Hari ini terasa lebih cepat. Bang Aci, putraku turun lebih dahulu dan memanaskan mobil. Aku lihat dari kamera kamarku, pintu gerbang sudah dia buka dan mesin mobil sudah di hidupkan. Bergegas aku turun setelah mengecek lampu-lampu yang mesti dimatikan dan kabel-kabel charger yang harus dicabut. Back pack dan tas plastik berisi roti krim meses dan air mineral yang telah aku siapkan dimalam hari sudah berada dalam genggaman tanganku. Persiapan dijalan jika perut kami mulai bernyanyi untuk segera diisi. Sarapan yang paling mudah di mobil memang roti. Terkadang aku membawa goreng sosis sebagai cemilan.

Berangkat ke kantor serasa pulang kampung harus menyiapkan dukungan logistik karena kondisi jalan tidak dapat diprediksi. Jika macet bisa memerlukan dua jam sampai kantor.

Sambil mengunci pintu Lantai dua aku berdoa semoga perjalanan kami di mudahkan dan sampai kantor dengan selamat. Berharap kendaraan di pagi hari lebih sedikit. Jika mesti macet tapi kendaraan masih berjalan. Setiap hari aku berharap-harap cemas selama perjalanan menuju kantor. Putraku yang mengendarai mobil berusaha untuk lebih cepat dari mobil-mobil lainnya karena takut ibunya terlambat sampai kantor dan dia tidak mendapatkan parkir yang nyaman.

Setelah aku masuk mobil dan putraku mengunci gerbang, berangkatlah kami dengan tidak lupa membaca doa apa saja selama perjalanan. Sholawat nabi, fatihah, ayat kursi dan surah Yasin yang pagi itu sempat aku baca di dalam perjalanan.

Jalanan serasa tidak bergelombang, mulus begitu saja. Tidak seperti biasanya, mobil tersendat-sendat karena karena banyaknya kendaraan sehingga putraku harus mengerem mendadak.

Aku bilang pagi itu macet tapi bergerak. Aku berusaha fokus membaca doa sambil sesekali mataku memperhatikan depan untuk mengingatkan putraku agar jaga jarak dengan mobil di depannya.

Dalam doaku semoga Tuhan melindungi putraku, diriku, mobilku dan pengendara lain. Jangan pernah mobilku menyenggol kendaraan lain dan demikian sebaliknya.

Aku masih trauma ketika dua hari lalu perjalanan pulang kami memerlukan waktu lima jam sampai rumah. Jonggol, salah satu kecamatan di Bogor yang tidak pernah sepi dengan kendaraan besar, kecil  dan motor. Truck-truck besar dan tinggi memenuhi tengah jalan, terseok-seok karena kelebihan muatan. Pemandangan itu membuat putraku tidak sabar untuk menyalipnya. Dengan matanya yang jeli dia melihat spion kanan kiri juga memperhatikan kendaraan lawan arah yang akan berpapasan dengan mobil kami.

Alhamdulillah dengan kekuatan doa kami sampai kantor pukul 06.25. Aku bergegas untuk recognitions face (absen) dan kembali ke mobil menghampiri putraku kemudian pergi ke kantin untuk sarapan.

Nasi putih hangat dengan ayam bumbu rica-rica menjadi menuku pagi ini. Sedangkan putraku lebih suka nasi putih, orek tempe dan telor balado. Aku menambahkan goreng tempe sebagai pelengkap dan putraku lebih memilih goreng tahu. Rasanya sarapan terasa nikmat ditemani putra tercinta. Beberapa obrolan tentang lowongan pekerjaan yang akan putraku coba. Aku merasa kasihan karena walaupun selesai kuliah S1 tidak mudah untuk mencari pekerjaan, terlebih ketika dia masih memikirkan siapa yang akan mengantar ibunya. Demikianlah rejeki tidak dapat dikejar namun tetap diusahakan agar ada rejeki, dan kehidupan yang lebih baik dari ibunya.

Saya merasa teramat bersyukur karena Allah telah memberiku banyak nikmat, perut sudah tenang dan siap bekerja, dan dipertemukan dengan orang-orang baik selama perjalanan ke kantin dan kembali ke kantor.

Daftar di kepala sudah mengantri, yang pertama aku lakukan mengambil sertifikat senior untuk diserahkan ke admin bagian Pendidikan dalam negeri. Kemudian berkordinasi dan monitor tentang admin siswa negara sahabat, berkordinasi dengan junior di bagian pendidikan di Mabes serta menjawab beberapa whatsApp dari  kampus dan group menulis. Bersyukur bisa sholat tepat waktu, menulis satu artikel di kompasiana dan melanjutkan menterjemahkan konsep jurnal internasional.

Berusaha mengerjakan setiap pekerjaan dengan senang hati dan ikhlas. Lagu-lagu melo mengiringi aku bekerja, kebetulan suasana agak sepi hanya bertiga di ruangan. Jika lelah beristirahat dan berjalan keluar dari ruangan dan masuk lagi.  Aku merasa hari ini terasa lebih bermakna daripada hari-hari sebelumnya. Tidak jadi dinas ke Surabaya tidak mengapa karena aku masih bisa cuti lebih panjang dengan putraku. Dapat bertemu kakak-kakakku di Surabaya, Gresik, Kertosono dan Kediri dan tentunya tugas kampus masih dapat dikerjakan dimana saja. Berharap tugas kampus segera selesai sebelum cuti nanti.

Bersyukur hari ini dapat dilewati dengan penuh semangat dan gembira. Sungguh hari ini adalah hari yang berkah bagiku dan putraku.

 

NANI KUSMIYATI

Jonggol, 21 September 2022.

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan