Kisah-Kisah Perjalanan: Naik-Naik ke Puncak Gunung

Wisata0 Dilihat

Bromo
Levelku masih pemula. Aku naik gunung yang gampang saja dan hanya beberapa jam, ujarku. Gunung yang relatif mudah didaki ya Gunung Bromo dan Kawah Ijen.

Dalam soal pendakian aku memang tak berpengalaman. Senang-senang sajalah, naik gunung yang tak begitu susah demi menikmati hawa yang segar dan kemudian menyesapi panoramanya yang indah.

Dari setiap pendakian yang berkesan adalah hawa yang dingin lalu berubah jadi hangat perlahan-lahan. Kemudian rasa sesak dan lelah yang terbayar saat tiba di puncak.

Ayo berkemah dan mendaki. Ajak temanku. Aku masih mikir-mikir tawaran itu.

Pendakianku pertama di Gunung Papandayan di Garut. Gunung ini nampak gersang kala itu. Kami hanya mendaki santai waktu itu dan kemudian tidak sampai ke puncak karena memang kami tak berencana awalnya untuk mendaki.

Pendakian kedua ke Sikunir di Dieng. Kami berburu matahari terbit. Tapi karena malamnya hujan, kami tak bisa mendapatkannya. Tapi tak apa-apalah pemandangan di puncak tetaplah menakjubkan. Lebih asyik lagi jika seandainya aku sambil menyeruput cokelat panas.

Bromo yang menjadi salah satu ikon wisata di daerahku tentunya tak luput. Oh dinginnya hawa saat pagi. Indahnya matahari terbit. Lalu betapa berdebunya perjalanan ke atas karena banyak yang menyewa kuda untuk naik dan turun.

Belum banyak gunung yang kudaki. Aku pilih yang cocok bagi pemula. Yang terakhir hujan cukup deras saat mendaki Kawah Ijen. Baru kali itu aku mendaki hujan-hujanan. Di puncak malah kering total.

Sejak film “5cm” hits, muncul banyak pendaki amatir. Memang panorama yang disajikan di film itu sungguh indah tapi hanya sedikit menggunakan referensi. Alhasil banyak yang sebenarnya masih pemula sepertiku nekat untuk mendaki Semeru hanya untuk mendapatkan pengalaman dan pemandangan seperti di film. Berbahaya.

Belum lagi sampah. Tak sedikit sampah yang ditinggalkan oknum pendaki. Ini sama halnya dengan sampah yang ditinggalkan wisatawan yang berkemah di Pulau Sempu ketika area ini masih terbuka. Yang terjadi dekat Segara Anakan malah kumuh dan aku setuju jika kemudian tempat ini ditutup, entah sementara atau selamanya.

Naik-naik ke puncak gunung. Rasanya aku rindu menikmati hawa sejuk.

Tinggalkan Balasan