Sumber gambar :Kumparan.com
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua, baik nikmat yang dapat dilihat maupun yang tak terlihat, di antara nikmat-nikmat tersebut adalah nikmat sehat wal Afiat sehingga kita dapat melaksanakan berbagai aktifitas kita dengan lancar di tengah masih belum redanya musibah Pandemi Covid- 19 ini.
Mungkin banyak di antara kita yang sudah belasan kali atau puluhan kali melakukan puasa di bulan Ramadhan. Begitu banyak pelajaran dan penggemblengan karakter yang kita ikuti selama Ramadhan. Baik itu yang sifatnya kesholehan individu maupun kesholehan sosial. Puasa yang kita lakukan tidak hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga menahan segala hal yang dapat merusak pahala puasa seperti berkata dusta, menggunjing, memfitnah, dan perkataan buruk lainnya. Sholat tarawih yang kita laksanakan di malam hari sebagai bukti ketaatan dan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya juga tidak sekedar ritual namun juga bisa membawa hasil berupa terhindarnya hati, pikiran, dan perbuatan kita dari perkara-perkara yang keji yang dapat merusak diri sendiri dan perkara-perkara munkar yang dapat merusak dan merugikan orang lain. Di samping itu pelaksanaan tarawih di masa pandemi tahun inipun dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan seorang ayah karena ia menjadi imam sholat dirumahnya dan menambah keharmonisan hubungan antar anggota keluarga.
Banyak di antara kita sudah memahami bahwa tujuan akhir dari puasa Ramadhan dan ibadah-ibadah di dalamnya adalah untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertaqwa. Di dalam Surat Ali Imran ( 3) Ayat 133 – 135 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
Dari ayat tersebut di atas, dapat kita lihat beberapa indikator orang dikatakan bertaqwa, di mana predikat taqwa merupakan tujuan akhir dari puasa itu sendiri. Paling tidak ada beberapa indikator orang bertaqwa menurut Q.S Ali Imran(3):133-135.
1. Senantiasa berinfak baik dikala lapang maupun sempit. Orang-orang yang benar-benar puasa karena landasan iman dan berharap semata kepada Allah, maka setelah keluar dari Ramadhan maka ia akan menjadi pribadi yang gemar berinfak dan shodaqoh. Walaupun terkadang keadaan dirinya bukanlah orang yang berkelebihan, namun hatinya mudah terketuk manakala ia mendapati orang-orang yang berada dalam kesusahan.
2. Dapat menahan amarah. Para alumni Ramadhan akan memiliki karakter yang mampu menahan dan mengendalikan amarah. Ia tidak akan mudah tersulut emosinya, apalagi kalau hanya menyangkut hal-hal yang sepele dan bersifat pribadi.
3. Mudah memaafkan kesalahan orang lain. Berjiwa pendendam bukanlah karakter orang yang bertaqwa. Sebagai orang yang telah digembleng sebulan penuh selama Ramadhan, berjiwa pemaaf adalah menjadi ciri orang-orang yang bertaqwa. Terkadang memaafkan itu lebih sulit dari meminta maaf, namun tidak demikian dengan orang yang benar-benar lulus dan menjadi alumni terbaik Ramadhan.
4. Senantiasa berbuat kebaikan. Hal ini adalah sesuatu yang harus terus dijaga dan dilakukan pasca Ramadhan. Berbuat kebaikan tidaklah berhenti sebatas mengejar pahala berlipat ganda, namun ia adalah wujud rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya.
5. Segera mohon ampun kepada Allah jika melakukan kesalahan. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kesucian hati dan pikiran sehingga senantiasa berada pada fitrahnya. Secara fitrah manusia adalah lebih cendrung kepada hal-hal yang baik, mencintai kebaikan, dan senang berada di tengah orang-orang yang baik.
Inilah beberapa hal yang yang sudah semestinya tetap kita laksanakan dan menjadi kebiasaan baik kita setelah Ramadhan. Dibutuhkan sikap empati dan kepedulian bagi orang-orang yang diberi amanah kelebihan harta untuk dapat membantu meringankan beban hidup mereka yang berada dalam kesusahan. Selain itu kita juga harus bijaksana dalam menyikapi setiap berita, tidak mudah tersulut emosi tanpa terlebih dahulu mengecek kebenaran berita tersebut. Tentunya sikap pemaaf harus kita kembangkan, tidak lantas marah ketika dikritik atau dihina. Kita harus jadikan kritikan, hinaan, maupun pujian itu semua semata adalah informasi berharga yang tak akan menjadikan diri kita lupa daratan.
Semoga predikat Taqwa dapat terus melekat pada diri kita, dengan terus menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Aamiin Ya Robbal ‘alamiin.***