Pulang sekolah Anin tampak lesu. Ia berjalan gontai menuju rumah dengan muka cemberut. Sesampai di rumah Anin mengucap salam lemah, membuka sepatu lalu langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu.

“Anin kenapa pulang pulang cemberut begitu?” tanya ibu sembari duduk di dekat Anin.

“Nilai ulanganku jelek Bu. Padahal semalam sudah belajar,”

“Pelajaran apa?”

“IPA,” jawab Anin pendek.

“Belajarnya malam sebelum ulangan saja ya?” selidik Ibu.

“Iya sih Bu,” jawab Anin sedikit malu.

“Kalau belajarnya hanya malam sebelum ujian saja ya hasilnya tidak akan bagus Nin. Pelajaran itu harus diulang-ulang terus,” nasehat Ibu. “Ya sudah jangan sedih begitu, segera ganti bajunya dan ayo makan sama-sama!” lanjut ibu.

Anin mengangguk sedikit lalu bangkit dari sofa. Ia berjalan menuju kamar, mengganti pakaiannya lalu menuju ruang makan. Tumis kangkung dan sambal kemamah ikan kesukaannya sudah terhidang di atas meja. Sejenak Anin melupakan nilai ulangannya dan makan dengan lahap.

Sorenya ayah dan ibu mengajak Anin ke toko buku. Ayah yang diceritakan Ibu tentang jadwal belajar Anin yang tidak karuan berencana membelikan Anin sebuah buku memo.

“Ayo pilih Nin memo yang kamu suka? Gambarnya banyak yang lucu-lucu,” kata ayah kepada Anin.

“Kita ke sini beli buku memo untukku Yah?” tanya Anin bingung.

“Iya, kenapa? Kok bingung gitu. Ayo dipilih Nin!” tegas Ayah.

“Buat apa sih Yah buku ini?” tanya Anin lagi.

“Pilih saja dulu, nanti Ayah jelaskan.”

Anin pun memilih satu buku memo berwarna merah muda. Terdapat gambar tokoh kartun kesayangannya. Anin senang memiliki buku itu tapi dia masih bingung untuk apa buku ini nanti.

Sepulang dari toko buku, ayah dan ibu mengajak Anin ke ruang belajar.

“Nah Anin, Ayah dengar dari Ibu nilai ulangan IPA mu jelek ya?” tanya ayah lembut.

“Iya Yah. Aku belajar semalaman sampai tidur larut,” ucap Anin lemah.

“Kenapa Anin hanya belajar waktu mau ujian saja?” tanya ayah lagi.

“Anin lupa Yah besok ujian. Waktu Anin mempersiapkan buku sesuai jadwal pelajaran baru Anin ingat ujiannya besok,” jawab Anin.

“Nah, benar dugaan Ayah. Anin ingat ulangannya pada malam itu saja. Untuk itulah Ayah membelikan Anin buku memo itu. Di sana Anin bisa menuliskan catatan-catatan penting dan menempelkannya di meja belajar Anin. Dengan begitu Anin bisa melihatnya setiap hari agar tidak lupa dengan jadwal.” Jelas ayah.

“Oh jadi itu fungsi buku ini Ayah. Karena ukurannya kecil dan ringan Anin bisa bawa terus ke sekolah kan?” Wajah Anin menjadi cerah setelah mendengar penjelasan ayah.

“Iya, selain itu Anin harus membuat peta hidup sekreatif mungkin di memo itu,” terang ayah.

“Peta hidup? Apa itu Yah?”

“Anin tahu peta? Itu adalah gambar suatu wilayah atau negara, lengkap dengan keterangannya. Peta membuat kita tahu gambaran suatu tempat dan memiliki panduan jika ingin mengetahui suatu tempat. Nah begitupun dengan peta hidup. Kita akan membuat gambaran dan panduan hidup kita agar lebih terarah dan seru.”

“Cara membuatnya bagaimana Yah?”

“Mudah saja Nin. Sesuaikan saja dengan keinginanmu. Anin bisa membuat tanggal-tanggal dalam satu tahun ini seperti kalender. Lingkari tanggal berikut penjelasan aktivitas atau mimpi apa yang ingin Anin lakukan dan wujudkan di hari itu. Misalnya tanggal 3 Oktober nanti Anin ulangan IPA. Lingkari tanggal itu dan tulis penjelasannya. Atau pada tanggal 10 Oktober Anin ingin prakarya untuk menghias kamar selesai, Anin lingkari tanggal itu. Sedangkan untuk tanggal yang sudah dilewati, Anin bisa menyilangnya,” jelas ayah.

“Anin kan sekarang sedang hobi menulis cerita dan ikut lomba kan? Nah lingkari setiap tanggal batas akhir pengumpulan naskahnya.” Tambah ibu melengkapi penjelasan ayah.

“Hmm Anin paham sekarang. Jadi Anin menulis kalender sendiri secantik mungkin di memo ini. Lalu Anin tuliskan target, aktivitas dan impian Anin untuk diwujudkan. Waktu yang terlewati Anin silang. Waktu target Anin lingkari. Dengan begitu Anin memiliki panduan dalam belajar dan beraktivitas agar Anin tidak keteteran. Bukan begitu Yah?” ujar Anin.

“Yap tepat sekali. Kalau Anin sudah memiliki peta hidup, Anin akan lebih bijak dalam mengatur waktu. Jangan sampai seperti ulangan IPA tadi siang. Anin gagal karena belajar kebut semalam. Yang ada Anin jadi pusing karena telat tidur. Pelajaran pun jadi tidak terserap sempurna,” lanjut ayah lagi.

“Iya Ayah. Anin pun sadar dengan kesalahan Anin. Menyesal pun tidak ada gunannya.”

“Iya, sekarang buatlah peta hidupmu. Ayah dan Ibu siap membantu jika Anin butuh bantuan,” ucap ibu.

“Siap Bos!” Anin segera menuju kamarnya. Ia menyiapkan alat tulis dan membuat peta hidup di buku memo. Anin melupakan kegagalannya di ulangan tadi. Ia tampak semangat membuat peta hidupnya dan menempelkannya di meja belajar. Dengan begitu Anin bisa melihatnya setiap hari dan ia bisa mengatur waktunya dengan lebih bijak lagi.

Tinggalkan Balasan