Aku memijit tenguk Bang Ezra sambil memberikan minyak angin untuk meredakan mualnya, setelah merasa agak baikan Bang Ezra memilih untuk mandi untuk membuang bau muntah yang menyengat.
Aku menuju keluar kamar untuk membawakan sarapan Bang Ezra ke kamar, kasian juga jika Bang Ezra harus keluar kamar dengan tubuh yang terlihat sangat lemah.
Setelah sarapan Bang Ezra memilih tidur lagi setelah dirinya memaksakan diri untuk sholat subuh yang terlambat bersama sholat dhuha, bujukan untuk ke dokter tidak di endahkan Bang Ezra. Katanya setelah istrihat dengan tidur dirinya aku pulih.
Malas untuk berdebat, tapi sungguh hatiku galau memikirkan kondisi Bang Ezra yang memprihatikan, sambil memasak untuk makan siang aku aku terus memikirkan apa yang menjadikan kondisi Bang Ezra seperti ini.
Tujuh keliling aku memikirkan penyebab kondisi Bang Ezra tapi tidak ada jawaban yang pasti, deg hatiku tiba – tiba merasa tidak enak. Ya Allah jangan sampai suamiku terkena penyakit keras sehingga aku harus, akh cepat aku membuang pikiran kotor yang sempat membuat jantung berdebar kencang dan hatiku merasa sakit.
Melirik sejenak ke jam dinding tinggal 15 menit sholat zhurur masuk, aku memilih mengambil wudhu dan mengaji untuk mengurangi rasa gelisah memikir kondisi Bang Ezra.
***
Malam kembali datang, kondisi Bang Ezra masih sama setelah makan langsung muntah, akhirnya dengan paksaan aku membawa Bang Erza berobat, aku tidak ingin terlambat memberikan pengobatan kepada Bang Ezra, batinku.
Sepanjang perjalan menuju rumah sakit aku terus merapal doa, semoga ini hanya sakit ringan karena selama ini Bang Erza tidak pernah sakit dan selalu rutin berolah raga serta supleman vitamin juga tidak lupa.
Setelah menunggu beberapa antiran, akhirnya nomor urut Bang Ezra di panggil, dudukku gelisah ketika menemani Bang Erza di periksa Dokter.
“Bagaimana keadaan suami saya Dok?” tanyaku cemas
“Sepertinya tidak ada penyakit yang terdeksi, mungin bapaknya hamil.” Aku tercengang mendengar ucapan Dokter
“Hanya bercand Bu, jangan dibawa serius. Bapak butuh istrihat saja, seperti Ibu yang harus Cek.” Sekali ucapan ambigu Dokter membuatku kesal.
“Pernah dengar kehamilan simpatik Bu, jika belum saya jelaskan. Sebagaian kecil suami akan merasakan gejala hamil muda jika istrinya hamil, mungkin ini yang sedang suami Anda alami.” Aku tercengang mendengarnya antara percaya dan tidak.
Aku mengingat kembali jadwal terakhir kapan aku mendapatkan tamu bulananku, ups sudah lebih dua bulan tidak datang. Senyumku terbit tak sengaja aku melirik Bang Ezra yang juga menatapku dengan senyum manis.
“Ternyata suaminya sangat sayang dengan Ibu jika benar Ibu hamil.” Ucapan Dokter melihat kami saling lirik dan tersenyum.
Setelah mengucapkan terima kasih, kami keluar dari ruang dokter umum, tidak ingin membuang waktu Bang Ezra meminta aku langsung mendaftar ke dokter kandungan.
Akhirnya kabar baik kami terima, setelah dokter kandungan menyatakan aku hamil 8 minggu, ucapan syukur terucap dari mulut kami berdua, ternyata aku hanya overthing saja.***