Mengapai Bahagia, Badai Datang (2)

Cerpen, Fiksiana39 Dilihat

“Abang keluar kota lagi? Tanyaku pagi tadi.

Pagi sekali Bang Ridwan sudah rapi, belum lagi berpergian melengkapi penampilannya pagi ini.

Tentu saja aku bertanya – tanya mau kemana suamiku pagi – pagi begini.

Walaupun aku tahu Bang Ridwan selalu menganggapku tidak lebih dari pajangan daripada istri yang sudah dinikahinya 3 tahun lalu.

Kehidupan kami layaknya orang asing di terperangkap dalam persegi kotak yang bergelar rumah, lebih banyak hening yang menghiasi rumah tangga kami.

Setiap aku bertanya hanya jawaban yang sungguh membuat hatiku merasa lelah untuk bertanya karena hanya jawaban Hm atau kalimat pendek yang tidak memuaskan hati.

Tahun pertama pernikahan kami masih pulang kampung untuk berlebaran bersama keluarga besar, dan 2 tahun ini kami memilih untuk tidak pulang kampung daripada mereka tahu rumah tangga kami jauh dari kata baik.

Aku berusaha dengan segenap hati untuk menjalani pernikahan ini, peran sebagai istri aku Jalani dengan segenap hati.

Selelah apapun aku ditempat mengajar tetap peran istri tidak pernah aku lalaikan.

Bangun lebih cepat hanya untuk menyiapkan sarapan yang kadang tidak dicicpi, dan yang lebih parah lagi ditengok juga tidak.

Tapi itu tidak membuatku menjadi menyerah untuk membuatkan sarapan buat Bang Ridwan.

“Rasa sayang bisa tumbuh dari perut yang kenyang, masaklah makanan kesukaan Ridwan.” Pesan Mak setiap kami bertukar kabar melalui HP.

Ikan gulai pekat, sayur cah kankung serta sambal belacan menjadi masakan yang selalu aku hidangkan, kadang aku sendiri sudah muak dengan memasaknya saja tapi mengingat Bang Ridwan menyukainya aku tetap membuatnya.

“Abang mau kemana? Tanya kepada Bang Ridwan.

“Besok Kamil menikah, tentu Aku harus menghadirinya.” Jawab Bang Ridwan ketus.

Kepalaku memanas mendengar jawaban Bang Ridwan, bagaimana mungkin Bang Ridwan ingin menghadiri pernihakan adiknya tanpa mengajakku.

“Terus aku bagaimana.” Tanyaku masih dengan bersabar.

“Terserah mau menghadiri yang pulang saja, jika tidak juga tidak apa – apa.” Santai Bang Ridwan menjawab.

Bergegas aku mengambil HP dan menghubungi Ibu mertuaku.

“Assalamualikum Mak, Besok Kamil menikah. Kenapa Intan tidak diberitahu.” Ucapku lembut.

Suaraku bisa lembut tapi hatiku terbakar amarah, pasti Bang Ridwan tidak menyampaikan kabar ini kepadaku.

“Sudah sebulan Mak memberitahu Ridwan, Ridwan janji akan memberitahu Intan. Semalam Mak menelepon kata Ridwan kalian akan pulang pagi  ni. Ada masalah? Tanya mertuaku.

“Maaf Mak Intan tidak bisa pulang, lagi ada test.” Ucapku asal

Setelah itu aku menutup panggilan kami dengan mengucapkan salam.

Aku memandang sinis Bang Ridwan, malas untuk mengajaknya berbicara apalagi memintanya untuk sarapan walaupun sejak subuh tadi aku sudah menyiapkan sarapan kesukaan Bang Ridwan.

Aku memilih menganti baju santai karena hari ini tanggal merah.

Kami sama – sama meninggalkan rumah dengan tujuan yang berbeda, aku menjalankan kendaraan roda empatku menuju pantai tempat untukku mencari kedamian jika ada masalah yang menerpa.

***

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan