Seindah Pelangi (4)

“ Mengapa tertawa Aisyah,” aku mendengar pertanyaan dari Aditya. Aku tidak menyangka Aditya mendengar tawaku di seberang sana.

“ Maaf, “ kataku. “ Aisyah hanya merasa lucu saja, “ Aditya tidak merasa lucu dengan pertanyaan adit sendiri?” kataku lagi.

“ Aditya lagi melucu ya?” tambahku lagi.

Lama aku tidak mendengar jawaban dari seberang sana. Aku mendiamkannya saja, akhirnya aku mendengarkan suara Aditya dari seberang sana.

“ Aditya tidak sedang melucu Aisyah, Aditya merasa nyaman bersama Aisyah. Walaupun kita hanya berteman lewat pesan  telephon saja.” Aditya melanjutkan perkataannya.

“ Ada rasa damai setiap bisa membaca pesan di telephon dengan Aisyah, Aditya belum pernah merasakan raa seperti ini. “

“ Aditya punya banyak teman perempuan, tidak ada yang bisa menerima Aditya seadanya.”

“ Aditya tahu, Aisyah pasti ragu dengan keadaan jarak yang memisahkan kita.”

“ menurut Aditya jarak tidak menjadi masalah, Tanjung Pinang – Karimun tidaklah terlalu jauh.” Aditya terus saja berbicara aku hanya mendengarkan dari telephon gemgamku.

“ Bagaimana? Aisyah mau menerima Aditya,” di ujung bicaranya yang panjang Aditya masih menanyakan kesedianku untuk menjadi kekasihnya.

“ Aditya, berikan Aisyah waktu untuk memikirkannya.” Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku.

“ Hari sudah malam, kita sambung lagi nanti ya Aditya,” aku ingin menutup pembicaraan ini.

Hembusan napas berat terdengar lagi dari seberang sana, akhirnya aku mendengar suara Aditya “ Terima kasih, iya, maaf sudah menganggu Aisyah mala mini.” Aku melihat ke handphone ku, tanda sudah diputus panggilannya. Tidak seperti biasanya, walaupun aku sudah mengucapkan kata salam sebagai penutup masih ada saja yang suara dari seberang sana. Ah biarlah, besok – besok Aditya pasti sudah seperti biasanya. Aku meyakinkan diriku, aku berdiri dari tempat dudukku sewaktu menerima telepon dari Aditya tadi menuju kamar mandi untuk menggosok gigi sebelum aku tidur.

***

Sudah hampir satu bulan aku tidak mendengar kabar dari Aditya, ada rasa rindu juga. satu bulan waktu yang lama buatku untuk tidak menerima telephon dari Aditya. Aku memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Aditya.

“ Assalamualaikum, apakabar Aditya,” hanya pesan itu yang ku kirim dari handphone ku.

Sepuluh menit, dua puluh menit, sekarang sudah satu jam, aku belum mendapatkan balasan pesan dari Aditya. Semarah itukah Aditya kepada diriku, aku terus memikirkannya. Waktu hari ini berlalu sambil memikirkan ada apa dengan Aditya, tidak pernah Aditya berlama – lama tidak menjawab pesan dariku.

Selesai sholat Isya’ bersama ibu dan ayah, seperti biasa kami duduk menonton TV bersama. Berdiskusi membicara acara yang sedang kami tonton, tepat jam 20.00 telephon gemgamku berbunyi, aku melirik kearah layar handphone ku. Siapa gerangan malam – malam begini meneleponku. Aku seperti tidak percaya di layar handphone ku tertera nama Aditya. Aku segera mengambil handphone ku yang ku letakkan di lantai samping aku duduk, ibu – ayah, Aisyah ke kamar dulu ya. Sambil berlari aku menuju kamarku.

“ Assalamualaikum,” aku mendengar suara Aditya dari seberang sana.

“ Walaikusalam,” jawabku.

Lama kami masing – masing tidak mengucapkan kata – kata lagi. Aku melihat ke layar telephon untuk memastikan handphone ku masih tersambung dengan Aditya. Karena aku tidak mendengarkan suara Aditya dari seberang sana. Masih tersambung kata ku dalam hati, tapi mengapa tidak ada suara dari seberang sana?

Akhirnya aku yang memulai percakapan telephon kami “ Aditya sehat?” masih tidak ada suara diseberang sana.

“ ya sudah, kalau tidak mau bicara Aisyah tutup saja telephonenya,” kataku mengancam.

Masih tidak ada suara, aku mematikan telephone gemgamku, ada apa dengan Aditya. Dia yang menelepon tapi tidak mau berbicara, kesal aku jadinya.

Tak lama kemudian handphone ku berbunyi lagi, aku melihat kelayar handphone ku. Aditya lagi yang menelepon, aku penasaran apa sih maunya Aditya ini sudah lama tidak menelepon, eh pas menelepon tidak berbicara apa – apa. Ini menelepon lagi, karena penasaran aku mengangkat telephon ku. (bersambung)

Tinggalkan Balasan