Foto Jadul Tetap Mantul
“Kenangan manis tak akan pernah habis, kenangan Sayang tak akan pernah hilang”
Diary,
Tak sengaja ketika saya ‘opremen’, cihuii menggunakan Bahasa Belanda ni ye (ya opremen itu yang sering kudengar ketika masih banyak suster misionaris Belanda, yang artinya bongkar dan merapikan kembali barang-barang). Saya menemukan beberapa foto Jadul = Jaman Dulu tapi tetap Mantul = Mantab beTul.
Terbersit dihatiku, saya ingin menyapa teman-temanku waktu SMP ini. Ada beberapa yang berkontak denganku melalui Medsos dan Whats App. Saya bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka jika melihat foto ini.
Kupandangi foto ini, banyak yang masih kuingat siapa mereka, dan betapa bahagianya dulu bersama mereka. Mungkin nanti jika foto dan artikel ini ku up load akan menjadi Viral, setidaknya dikalangan kami alumni SMP Katolik Adi Sucipto, Blora.
Semoga ada teman-temanku yang bisa saling melanjutkan berita ini sehingga kami bisa bersilaturahmi, dan komunikasi. Kutahu bahwa diantara mereka sudah punya banyak anak bahkan cucu, dan merantau di kota-kota di seluruh Indonesia.
Diary,
Foto ini menyimpan dan mengungkap banyak cerita yang penuh kenangan. Betapa lincahnya kami dulu, tak mengenal lelah, dijemur panas dan diguyur hujan untuk melaksanakan tugas.
Kami terpilih dari sekian ratus murid yang dibagi dalam 4 paralel kelas. Ya waktu itu SMP kami menjadi SMP favorite, yang muridnya datang dari seluruh penjuru mata angin, dari setiap Kecamatan yang mengelilingi kota Blora.
Kami terpilih menjadi anggota “ Saka Bhayangkara “ yang dilatih oleh Polisi Bapak Nasir namanya yang ramah, gagah dan baik hati. Kami punya seragam khusus menjadi Polisi cilik.
Kami membantu tugas para Polisi jika kota Blora ada karnaval dan upacara hari-hari penting di Alun-alun. Itulah sebabnya saya pernah bercita-cita untuk jadi POLWAN saat itu. Gagah deh kalau sudah pakai seragam Polisi.
Masih terbersit dalam ingatanku bahwa kami dilantik sebagai anggota Saka Bhayangkara pada tanggal 4 Oktober 1974, yah saya masih duduk di Kelas 1SMP, selama 3 tahun saya menjadi anggota yang aktif, disamping juga ikut kegiatan Pramuka dan PMR ( Palang Merah Remaja).
Rambutku yang dari keriting, sampai menjadi lurus. Yach waktu itu modelnya keriting. Saya sering mengikaat rambut dengan batang daun Waru atau batang daun ketela pohon, jika malam hari tiba, dan paginya jika dilepas rambut sudah menjadi keriting atau bergelombang, imaginasinya sih seperti Marilyn Monroe atau Grace Kelly .
Melihat hal itu nenekku, menghadiahi saya untuk keriting rambut, di salon Marlyn, tempat sahabat nenekku Salon yang terkenal di Blora saat itu, letaknya yang strategis di Jalan Pemuda bersebrangan dengan Kantor Pos.
Eem akhirnya rambutku jadi keriting tanpa harus ribet menggulung rambut dengan batang dedaunan.
Coba deh perhatikan yang terlihat di foto itu, kan rambutnya kebanyakan keriting, baru mode sih saat itu. Setelah saya kelas 3 SMP rambutku kubiarkan terurai, maklum mau masuk SPG, biar anggun jika di kepang atau disanggul. Kan calon guru saat itu rambutnya mesti dipanjangkan. Karena kalau praktek diwajibkan bersanggul he..he..he.
Diary,
Masa remaja memang masa yang sungguh indah, setelah menjalani masa kanak-kanak yang penuh kebebasan untuk bermain segala permainan yang menyehatkan karena mesti, lari, lompat, koprol yang membuat badan sehat. Masa remaja adalah masa berbenah diri untuk tampil sebagai wanita, yang berani menata diri dan ditata sikapnya.
Oh ya Diary, saat yang paling mengesankan ketika menjadi anggota Saka Bhayangkara, kami pernah ditugaskan sebagai pagar betis penjaga keamanan sewaktu Presiden Soeharto kunjungan ke Cepu, tepatnya di Komplek MIGAS. Begitu Presiden lewat, kami diberi kesempatan untuk jabat tangan. Bangga deh jabat tangan dengan Presiden, bagi remaja masa itu. Diary, udah dulu ya ceritanya, nanti kusambung lagi.
Oleh Sr. Maria Moni22 Januari, 2021
Artikel ke : 11 YPTD