Menulis puisi, terutama puisi darik merupakan salah satu aktivitas yang sangat menyenangkan. Lewat puisi, ide-ide di kepala dapat menemukan kebebasan. Kata demi kata akan terangkai hingga menjadi sebuah keindahan. Bukan saja terkait tentang mencurahkan perasaan. Namun, juga tentang hasil membaca kehidupan hingga menerapkannya dalam kehidupan.
Lewat puisi dapat menyampaikan banyak hal. Di sisi lain, bisa saja sekadar curahan hati. Bisa juga perihal kejadian setiap hari. Juga upaya menyembuhkan diri dari sebuah tragedi. Semua bisa menjadi sebuah nilai-nilai yang layak diapresiasi.
Berbagai genre puisi baru telah lahir. Semua hadir atas nama kreativitas sebuah penciptaan. Pun berdasarkan kedalaman sebuah perenungan. Pada akhirnya semakin mengukuhkan bahwa puisi tidak akan pernah ketinggalan zaman. Penciptaan genre baru puisi merupakan jawaban atas usaha memperkaya. Puisi darik adalah salah satunya.
Kelahiran Puisi Darik
Puisi Darik merupakan genre puisi baru yang tercipta sebagai upaya turut menggeliatkan literasi di Indonesia. Puisi ini lahir dari sebuah kesulitan saat mencoba sebuah genre yang telah lebih dulu lahir, yaitu Patidusa. Kesulitan yang terjadi terkait aturan jumlah kata. Ada semacam rasa tidak tuntas hingga selesai menuliskannya. Bukan perihal genre puisi yang sulit untuk dituliskan. Namun, perkara keterbatasan dalam mengeksekusi ide menjadi puisi ‘singkat’ yang sarat makna.
Melangkah dari keputusasaan, akhirnya membuat saya mencoba formula baru yang lebih nyaman bagi diri pribadi. Formula ini lahir dengan memodifikasi format Patidusa. Dengan kata lain, Darik adalah pengembangan dari Patidusa karena memiliki kunci yang sama 4-3-2-1. Selanjutnya dari perenungan saya memutuskan memberi nama Darik. Tepatnya tanggal 19 Desember 2020, saya pun mencoba membuat Darik untuk pertama kalinya.
Kepada senja aku bertanya
Tentang makna kata sementara
Namun senja diam saja
Membisu hingga gulita tiba
Kembali aku bertanya
Jawabannya masih sama
Bergeming dalam hening
Senja berlari
Menuju pekat
Sunyi
Sepi
Senja berlalu
Tinggalkan cerita
Tentang keindahan sekejap
Pun kebahagiaan sesaat
Serupa kehidupan dunia
Hadir sesaat dalam keindahan
Singgah sejenak dalam kesementaraan
Perlahan pergi meninggalkan kenangan
Pun segala bernama kebaikan
Apa Itu Puisi Darik?
Darik merupakan akronim dari Dasa Larik (sepuluh baris). Ya, karena puisi genre ini terdiri dari sepuluh baris dan kelipatannya. Selain itu Darik dalam bahasa Jawa bisa berarti baik atau bagus.
Sejatinya puisi darik ini merupakan bentuk lebih panjang dari Patidusa. Perbedaan terletak pada nama bentuknya. Jika pada Patidusa ada bentuk asli, bias, cemara, dan tangga, maka Darik tidak ada klasifikasi penyebutan bentuk. Puisi Darik hanya mengenal satu nama bentuk saja, yaitu Darik. Dengan kata lain bagaimanapun format penulisan yang dipilih, namanya tetap Darik. Hal ini hanya untuk lebih membebaskan diri saat menulisnya.
Diktum Puisi Darik
Berikut ini adalah aturan yang bisa digunakan sebagai acuan dalam penulisan puisi darik.
- Puisi Darik terdiri dari sepuluh baris atau kelipatannya yang terbagi menjadi empat bait atau kelipatannya;
- Setiap bait memiliki jumlah kata dan baris yang sama dengan berpedoman pada format kunci yang telah ditentukan;
- Format kunci jumlah kata setiap bait adalah 4444 – 333 – 22 – 1. Merujuk pada format tersebut artinya bait pertama terdiri dari empat baris yang masing-masing terdiri dari empat kata. Demikian seterusnya hingga bait keempat terdiri dari satu baris yang terdiri dari satu kata;
- Format kunci bisa dimodifikasi menyesuaikan jumlah larik atau baris dalam puisi dengan tetap memperhatikan estetika penulisan dan format kunci Puisi Darik. Penulis bebas memodifikasinya menjadi 4444 – 333 – 22 – 1 – 1 – 22 – 333 – 4444. Bisa juga memodifikasi menjadi 1 – 22 – 333 – 4444 – 1 – 22 – 333 – 4444. Atau bisa juga mencoba memodifikasi bentuk lain dengan tetap memegang teguh format kunci;
- Puisi Darik memberikan kebebasan kepada penulis untuk mengeksplorasi berbagai tema puisi.
Kesimpulannya adalah semoga kelahiran genre baru puisi ini mampu menjembatani penulis untuk lebih mudah belajar menulis puisi. Selain itu, ada harapan ke depannya puisi ini bisa terus tumbuh dan memperkaya khasanah sastra tanah air. Pada akhirnya, semoga genre baru ini bisa diterima menjadi salah satu bagian semakin maraknya literasi menulis.
Selamat mencoba!
Salam Bloger Pembelajar
Sudomo
www.eigendomo.com
Terimakasih penjelasannya. Kini saya semakin mengerti. Mau buat puisi Darik ahhhh
Semangat, Bu Ai! Ayo bikin. Saya juga mau bikin tiap hari ini.
Maasya Allah, puisinya keren, pak.
Ditambah pula penjelasannya, terima kasih. Sukses, Pak Sudomo!
Sebagai suatu genre puisi, puisi darik sebagai kreativitas penciptaan puisi dalam bentuk yang tertata sedemikian rupa. Saya sendiri lebih menyukai puisi bebas, yang terbebas dari aturan banyak larik dan sebagainya.
Siap, Pak D! Sejatinya menulis memang untuk membebaskan ide-ide di kepala. Banyak pilihan untuk menumpahkannya. Semua tergantung kenyamanan saat menuliskannya. Jika nyaman, ya, lanjutkan! 🙂
Terima kasih penjelasannya tentang Darik. Siap mencoba
Sama-sama, Bu Suyati. Semangat mencoba, Bu.
Aku suka banget genre ini, ide bebas melesat namun terkendali. Makasih ilmunya Mas Mo…
Sama-sama, Ambu. Selalu ada batas dalam bebas, ya. 🙂
saya baru tau. tulisannya terlihat pro. Strukturnya jelas.
Terima kasih apresiasinya, Pak Cip
jangan lupa psoting di blog pribadi juga
Sudah, Omjay. Terima kasih sudah mengingatkan.
Keren aku suka
Terima kasih apresiasinya, Bu Astuti
Terima kasih dapat pencerahan tentang puisi darik
Sama-sama, Bu. Salam kenal dari Lombok Barat Mantap! 🙂
Ternyata ini asal usul dari Puisi Darik (Dasa Larik)
Saya sudah pernah mencoba membuatnya dan cukup membuat saya tertantang ntuk membuat lagi.
Semangat, Pak! Saya sedang berusaha menuliskannya setiap hari. Semoga konsisten. Aamiin.
Sebagai penulis, saya meyadari kebutuhan akan bahasa “yang tidak biasa” sebagaimana pelukis yang membutuhkan cat dan penari yang membutuhkan irama. Dan dari Darik puisi saya yakin ini usaha untuk berusaha menuju kesana.
Siap, Pak Heri. Semoga lewat media Puisi darik nilai karakter pendidikan bisa semakin disebarluaskan. Terima kasih apresiasinya.
Istilah Darik ini sebenarnya sudah agak lama menuntut jawaban dari penasaran. Akhirnya saya bukan hanya tahu artinya, bahkan mengetahui siapa pencetusnya.
Selamat, Pak!
Puisi dengan karakter seperti ini mengingatkan saya pada syairnya Ronggowarsito. Bukan hanya permainan pesan dalam bahasa, di sana juga bermain dengan jumlah, sisipan, dan entah apalagi.
Saya membaca bukunya sekilas saja. Pada saat itu masih setingkat SMP.
Mungkin Pak Mo bisa mengulasnya untuk saya.
Terima kasih, Pak Aidi. Saya coba cari referensinya dulu nggih.
Terima kasih, Pak.
Mengingatkan kembali teori yang pernah saya ikuti ketika awal-awal puisi ini diperkenalkan.
Bersyukur, melalui YPTD bisa bertemu lagi dengan teori ini.
Terima kasih juga buat Ibu Tini, sudah membantu mengirimkan link ini.
Salam literasi.