Sebagai seorang penulis di platform, dalam hal ini Kompasiana, amatlah beralasan bagi Thamrin Dahlan (TD) untuk membukukan tulisan-tulisannya di Kompasiana. Menerbitkn kumpulan tulisan dalam satu buku merupakan bentuk kompilasi yaitu kumpulan tulisan yang tersusun secara teratur (berdasarkan tema). TD mengatakan bahwa buku merupakan ‘mahkota’ bagi seorang penulis. Dalam hal ini TD mengaitkannya dengan tulisan-tulisan Kompasianer di platform Kompasiana.
Nah, sejalan dengan TD penulis pun merasakan kerja keras sebagai wartawan yang mengkhususkan diri sebagai penulis berita, feature dan opini tentang HIV/AIDS terbayar juga ketika sebuah buku yang saya tulis diterbitkan.
Ketika epidemi HIV/AIDS merebak banyak negara, termasuk Indonesia, yang anggap remeh. Banyak pejabat sampai menteri, bahkan ada dari kalangan medis, yang melontarkan komentar-komentar nyeleneh. Pada dasarnya mereka mengatakan HIV/AIDS tidak akan bisa masuk ke Indonesia, al. karena bangsa Indonesia berbudaya, beragama, dst.
Hadiah Lomba Tulis HIV/AIDS
Itu terjadi di awal epidemi dari tahun 1981, bahkan sampai sekarang tetap saja ada yang tidak percaya HIV/AIDS itu ada. Ketika itu penulis bekerja sebagai wartawan di Tabloid “Mutiara” (tabloid pertama di Indonesia dengan gaya penulisan feature yang membalik paradigma yaitu satu tulisan banyak narasumber karena ketika media massa umumnya satu narasumber banyak berita).
Teleks di kantor selalu ada berita tentang HIV/AIDS, tapi wartawan dan redaktur tidak ada yang berminat. Bahkan, ada NGO di Inggris (Panos) yang selalu mengirimkan newsletter dan buku tentang HIV/AIDS. Ini pun dibiarkan tergeletak di meja dengan alat teleks (jaringan teleprinter dengan cara kerja telepon mengirim pesan dengan teks).
Saya kumpulkan berita-berita HIV/AIDS yang dikirim melalui Teleks dari berbagai kantor berita dunia. Saya mulai menulis berita tentang HIV/AIDS. Karena di “Mutiara” laporan harus bentuk feature, tulisan saya kirimkan ke media di satu grup dengan “Mutiara“. Sedangkan di “Mutiara” saya sering ditugaskan menulis Sorotan Utama dan laporan lain tentang HIV/AIDS.
Salah satu laporan saya, “Sudah Terinfeksi Disakiti Pula”, juara pertama lomba penulisan HIV/AIDS yang diselenggarakan oleh LP3Y Yogyakarta dan The Ford Foundation. Hadiahnya, saya dikirim sebagai peserta Kongres AIDS Internasional Asia Pasifik (ICAAP) IV, 1997, di Manila, Filipina.
Laporan itu tentang kisah seorang perempan di Karawang, Jawa Barat, yang dipulangkan dari Riau karena hasil survailans tes HIV di sana reaktif. Waktu itu ada kebijakan di beberapa daerah jika ada pekerja seks komersial yang terdeteksi HIV/AIDS dipulangkan ke daerah asalnya. Nah, perempuan tadi belum sampai ke rumahnya, tapi media massa (cetak dan elektronik) sudah menulis tentang perempuan itu dengan gaya yang bombastis dan sensasional.
Baca juga: Sudah Terinfeksi HIV Disakiti Pula*
Tak ada yang ‘membela’ perempuan itu. Bahkan, jika tidak didampingi oleh Yayasan Pelita Ilmu (YPI) Jakarta nasib perempuan itu akan lebih buruk karena dijadikan objek oleh berbagai kalangan. Bahkan, ketika penguburannya hanya beberapa orang warga setempat yang ikut selebihnya dikerjakan oleh relawan YPI.
Donor asing yang mendukung penanggulangan HIV/AIDS dengan sepenuh hati di Indonesia ketika itu adalah The Ford Foundation, seperti memberikan dana kepada LP3Y Yogyakarta untuk melatih wartawan nasional dalam penulisan berita HIV/AIDS yang berempati.
Komitmen YAYASAN PUSAKA THAMRIN DAHLAN
Saya layangkan surat permintaan bantuan ke Ford Foundation untuk menulis buku tentang HIV/AIDS. Permintaan saya disetujui. Waktu itu yang menangani bidang Kesehatan Reproduksi adalah Dr Rosalia Sciortino yang akrab dipanggil Bu Lia. Buku saya diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan dengan dukungan Ford Foundation berjudul “Pers Meliput AIDS” pada tahun 2000.
Plong rasanya selama 20 tahun menulis tentang HIV/AIDS akhirnya membuahkan hasil berupa sebuah buku yang disebut TD sebagai ‘mahkota’. Selain itu saya sering menemukan artikel, naskah, skripsi, dll. yang menuliskan buku “Pers Meliput AIDS” dalam daftar pustaka atau bacaan.
Dua tahun setelah terbit buku “Pers Meliput AIDS“, LSM “InfoKespro” Jakarta menerbitkan buku kedua saya berjudul “Kapan Anda Harus Tes HIV?” (2002). Bentuknya buku saku sebagai panduan bagi setiap orang untuk menimbang-nimbang perilakunya, apakah berisiko tertular HIV/AIDS.
Saya diajak pula untuk jadi anggota tim penyunting untuk mengedit tulisan peserta pelatihan “AIDS dan KITA, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati” diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014.
Kompasiana menyeleksi Kompasianer untuk mengikuti Danone Blogger Academy (DBA), saya terpilih bersama 19 kompasianer mengikuti pelatihan dan kunjungan lapangan. Tulisan di Kompasiana dibukukan pula oleh Kompasiana dan Danone Indonesia berdama DBA Angkatan II dengan judul “Gizi Penopang Negeri” 2018. Ini kumpulan tulisan 40 kompasianer peserta DBA Angkatan I dan II.
Kehadiran YAYASAN PUSAKA THAMRIN DAHLAN yang membuka kesempatan yang luas bagi Kompasianer dan penulis lain untuk menulis buku melalui yayasan ini. Yayasan mengurus ISBN sampai master layout buku secara gratis. (International Standard Book Number) yang menjadi pengenal sebuah buku di kancah perpustakaan dunia. ISBN dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional RI. ISBN hanya bisa diberikan untuk buku yang diterbitkan oleh badan hukum.
Komitmen TD melalui Yayasan adalah ‘mewakafkan diri untuk mengembangkan literasi Indonesia’. Lebih tegas lagi TD mengatakan yayasan membantu penulis menerbitkan buku tanpa biaya. Ini kesempatan bagi siapa saja untuk meraih ‘mahkota’ yaitu menerbitkan buku (Sumber: https://www.kompasiana.com/infokespro/5f51ba8fb13fde5f450db1f2/mengenang-ketika-buku-pertama-diterbitkan?page=all#section1).
Luar biasa konsistensi Bang Syaiful W Harahap menulis tentang HIV Aid. 3 Buah Buku pun sebagai mahkota penulis sudah diterbitkan. YPTD. Kasi berharap Buku ke 4 Abang diterbitkan YPTD
Salam Takziem