CATATAN KEPALA SEKOLAH SATU ATAP (Bagian 2)

Membangun Atmosfir Kerja

Masih ingat ketika pertama kali datang, aku dipersilahkan masuk ke kantor. Huff, sumpek amat!”  kubicara dalam hati, sambil mengedarkan pandangan ke semua penjuru ruang itu.  Di ruang kecil berukuran sekitar 6 x7 meter itu, penuh sesah dengan perabot-perabot kantor. Selain rak gantung kaca , terdapat juga dua lemari kaca dan sebuah etalase yang beirsi barang-barang warung koperasi siswa dan sebuah lemari es. Selain itu ada dua buah meja kerja yang ditempati komputer PC.

“ Selamat datang, Ibu, beginilah keadaan sekolah kami,” kata Bu Hj. Tita menyambutku. Beliau adalah muridku waktu di SMP, dan juga rekan guru di sekolah sebelum aku menjadi kepala sekolah. “ Terima kasih,Bu haji,” jawabku sambil duduk di sofa empuk,  yang juga ikut memenuhi ruangan itu.

Wah, sarana kantor di sini luar biasa, Bu haji. Untuk ukuran sekolah kecil, Pak Kepala Sekolah yang kemarin luar biasa warisannya,” kataku sedikit bercanda. Namun sungguh memuji beliau, Pak Y yang aku gantikan. “ Ini ruang apa saja?” tanyaku penasaran.

“ Ya, ruang segala macam, Bu. Kepala Sekolah, dan ruang guru juga koperasi siswa,” kata Bu hj. Tita sambil senyum-senyum kecil. “Soalnya Bapak mah maunya ngumpul aja semua di sini,” sambungnya.

“ Oh gitu? Lalu nanti meja ibu yang mana yah?” tanyaku karena aku tidak melihat ada meja kerja kepala sekolah, selain dua meja yang ditempati komputer.

“ Eh, maaf, Bu. Kalau si Bapak menempati meja itu,” katanya sambil menunjuk ke meja yang ada di sudut di samping sofa. “ Hmm.. beliau sepertinya seorang kepala sekolah yang rajin mengerjakan pengadministrasian. Terlihat dari mejanya yang dipenuhi komputer PC dan printer,” pikirku.

“ Oh, ini?” ujarku. “ Kalau ibu mau, nanti komputer bisa dipindahkan aja, Bu,” saran bu Tita.

“ Baiklah, hari Senin besok, kita perlu rapat dinas, yah. Jadi anak-anak belajar setengah hari saja. Bagaimana? Oh, iya nanti ibu juga bicara sama Pak Subhan sebagai wakasek, ya,” usulku.

“Siap, Bu. Semoga ibu betah di sini ya, Bu” kata Bu Tita,.

“ Insya Allah, Bu. Pasti betah,” ujarku optimis.

Sumber daya yang di sekolah baruku ini cukup memadai untuk mendukung perkembangan sekolah. SDM-nya cukup lengkap, sebesar 60 persen dari jumlah guru memiliki kompetensi yang baik, terkait pelaksanaan pembelajaran. Prasarana yang kami miliki untuk mendukung kegiatan administrasi dan manajemen, cukup memadai. Dana yang sekolah terima, sebagian besar dapat kami anggarkan untuk peningkatan pelayanan kepada siswa. Kerja sama dengan komite sekolah sudah terbangun. Semua itu bekal untuk menentukan strategi pengelolaan sekolah secara optimal dan efektif.

Hari Senin pertama di sekolah itu, kami mengadakan rapat dinas pertama. Untuk itu, setelah jam istirahat, anak-anak pulang untk meneruskan belajar di rumah, setelah menerima tugas dari guru-gurunya. Semua guru berkumpul di kantor. Terjawab sudah pertanyaanku, di mana guru-guru duduk di kantor? Ternyata mereka biasa lesehan, hehe..

Aku sampaikan, sarana prasarana sekolah cukup lengkap tapi perlu pengelolaan dengan baik. Rak gantung kaca yang mewah, agar terlihat elegan, maka  kami harus menata rapi isinya. Semua barang peninggalan kepala sekolah lama yang begitu berharga harus kami kelola dengan baik sehingga memaksimalkan fungsinya.

“ Bagaimana menurut bapak Ibu, ruangan ini begitu sumpek bila segalanya ada di sini. Bagaimana kalau kita pindahkan sarana-sarana administrasi ke ruang  kosong di bawah. Ibu lihat ada ruangan keterampilan yang hanya berisi mesin-mesin jahit yang sudah rusak. Di sana kita sulap menjadi ruang tata usaha. Nanti di sini hanya ada 1 lemari kaca saja. Lalu nanti kita tempatkan dua baris meja-meja untk bapak dan ibu. Biar bapak ibu bisa menyimpan hasil pekerjaan siswa tertata rapih tidak seperti sekarang, memenuhi  lantai tiap sudut ruangan,” kataku sambil tersenyum kecil.

“ Baik, Bu. Saya setuju saja bagaimana baiknya menurut pendapat Ibu,” kata Pak Subhan, wakasek kami. Ternyata semua guru menyetujui usulanku. Aku sampaikan itu agar kantor terlihat rapi, sehingga bila ada tamu, kami tidak malu karena berantakan. Selanjutnya kami membahas rencana kerja sekolah satu tahun ke depan. RKAS itu sudah disusun draftnya oleh kepala sekolah lama, namun belum disahkan. Oleh karena itu kami masih bisa mengubahnya sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan menyesuaikan dengan anggaran yang akan kami terima.

Namun hari itu belum tuntas semua kami bahas, walaupun  setelah isoma kami lanjutkan. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 maka kami sudahi pertemuan itu. Aku menyampaikan, nanti akan membuat draft sesuai usulan-usulan guru, kemudian kami bahas kembali pada pertemuan yang akan datang. Kami isepakati hari Sabtu, karena jam belajar hanya sampai jam 11.30. Maksudya, agar tidak terlalu banyak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

( Bersambung)

14th Day’s chalenge

Tinggalkan Balasan

2 komentar