SERPIHAN CERMIN RETAK 11

Cerpen28 Dilihat

 

 

SERPIHAN CERMIN RETAK 11

Tung Widut

“Aku tak mau kehilangan pekerjaan lagi,” kata Yuandra.

Mobil Soni kelihatan melaju mendekati mereka berdua, sambil  membuka kaca bagian depan  dia melambaikan tangan sambil berkata.

“Cabut dulu bro.”

Pak Carlos menjawab dengan lambaian tangan juga.

“Nah,  tak mungkin dia mengehentikanmu,” kata pak Carlos.

Alis tebalnya terangkat  membuktikan kalau dia mempunyai kuasa atas nasib Yuandra di café itu.

Pak Carlos mengangkat kotak nasi  dari motor Yuandra  ke dalam mobilnya.   Sambil terus nerocos  berbicara.  Menjelaskan lebih baik menggunakan mobil agar bisa sambil bicara dengan Yuandra.

Setelah mengantarkan semua barang, Yuandralah yang meminta Pak  Carlos untuk berbicara. Dia berharap   semua cepat selesai. Dia tak lagi dikejar-kejar Pak Carlos yang kepala batu, egois.

“Pak,  permasalahan kita sudah selesai, saya sudah melaksanakan kewajiban saya.              Bapak sudah mendapatkan hak sesuai kesepakatan. Apalagi yang  mau     dibicarakan?”

“Mengapa kamu lakukan itu,” tanya Pak Carlos.

“Melakukan apa?”

“Kau berikan kehormatan mu di luar pernikahan?”

“Bapak tidak usah mengurusi saya,” Nada bicara Yuandra sangat tinggi. Wajahnya merah padam. Tanda dia sangat marah. Tak peduli tempat itu sebenarnya tempat  romantis. Sebuah taman  bukit Tunggulmanik namanya.  Pemandanganya sangat indah. Angin dingin  meniup tipis  puncak hijau. Di jauh  bawah sana terlihat pemandangan kota kecilnya. Tapi perasaan mereka sangat berlawan. Mereka berdua  sama-sama dibakar api emosi.

“Oh… Hanya  karena  nilai A. Ternyata saya salah menilai     kamu selama ini,”

“Pak dosen yang terhormat,  seharusnya Bapak bisa berkaca. Hati bapak itu  terbuat dari batu. Egois. Kiler.  Bapak tidak pernah menghargai usaha mahasiswa yang semalaman nggak tidur mengerjakan tugas.  Bapak hanya  berikan nilai B untuk mahasiswa istimewa.  Itu saja hanya beberapa mahasiswa dalam sejarah  perkuliahan bapak.  Sampai-sampai mereka mengadakan samyembara dua puluh lima juta untuk nilai A dari Bapak.”

Kali ini amarah  Yuandra sudah tak terkendali. Wajahnya didekatkan ke  wajah Pak Carlos. Matanya yang melotot bagai harimau yang akan  menerkam mangsanya.  Apalagi  telunjuk tangan menunjuk  ke wajah Pak Carlos.  Suaranya melengking sekuat tenaga.

Tinggalkan Balasan