SERPIHAN CERMIN RETAK 2

Cerpen15 Dilihat

SERPIHAN CERMIN RETAK 2

Tung Widut

“Ada apa kau Yuan?”

Yuan tak menjawab sepatah kata pun. Hanya diam.  Lelaki itu terburu  mengenakan bajunya. Bergegas meninggalkan tempat tidurnya menghampiri Yuandra.  Dia  memegangi pundak belakang  dan membalikan.

“Ya Allah, wajah kamu pucat sekali.”

Dibimbingnya gadis itu itu ke sebuah kursi yang berada di samping pintu.

“Ini air hangat, minum dulu!” sambil menyodorkan sebuah gelas. Lalu dia berbalik untuk mengambil air di dispenser yang berada di pojok ruangan.  Dituangkannya segelas air untuk dirinya. Seteguk dinikmatinya sambil melihat pemandangan dari jendela.  Hari sudah mulai sore. Jingga di langit terlalu  indah untuk dilewatkan. Warna merah  semu semburat membuatnya memandang lama.  Tak terasa seakan terhipnotis. Kembali dia meneguk air di dalam gelas.

“Bagaimana? Sudah mendingan?” katanya sambil membalikan badan.

Tapi Yuandra tak ada  lagi di tempat. Dia sudah menghilang.

Lelaki itu  mehembuskan nafas  panjangnya. diletakkan gelas yang berada ditangan kanannya. Kembali merebahkan badannya di kasur.  Menghilangkan lemas yang masih ada. Ditariknya selimut tebal yang tadi berserakan. Tiba-tiba jemari kirinya memegang sesuatu yang dirasa basah. Dia duduk dan berusaha menyingkap selimutnya.       “Astaga.” Teriaknya.

Lelaki itu melihat warna merah menodai sprei putihnya. Merah darah segar.  Dia meloncat menuju teras lantai dua rumahnya. Terlihat Yuandra menutup pintu gerbang       “Yuandra. Yuandra.” Teriaknya sekuat tenaga.

Merasa panggilanya tak didengarkan,  kaki-kakinya segera berlari menuju pintu gerbang rumah. Kembali teriakan memanggil Yuandra,  tapi hanya deru sepeda motor yang kemudian menghilang ditelan belokan gang di perumahan.

Lelaki itu menghela nafas panjang. Ingatannya kembali pada jadian beberapa  jam lalu. Saat bersama gadis manis yang baru saja pergi.  Gadis yang berbeda dengan gadis lainya. Para gadis biasanya kerasan bersamanya. Kadang untuk membuat  gadis mau pulang harus membuat seribu alasan, bahkan  harus mengusirnya dengan cara agak kasar.  Tapi  Yuandra  tidak. Dia datang  secepat kilat dan begitu saja pergi.

 

Siang itu udara sangat panas. Matahari seakan-akan berada sejengkal di atas ubun-ubun. Bau debu khas berhamburan diantara lorong-lorong ruang perkuliahan. Pak Carlos kelihatan bolak-balik ke luar masuk ruang dosen. Wajahnya kelihatan resah.  Seakan-akan ada sesuatu yang diharap. Kini pak Carlos duduk di kursinya. Tangannya  memainkan HP yang selalu dipegangnya. Sebentar diletakkan lalu dipegangnya lagi. Status WA  teman-temannya dilihatnya satu persatu.  Dia sangat berharap ada status dari Yuandra di layar HPnya.

Tinggalkan Balasan