Foto bersama mantan siswa di SMA yang sekarang sama-sama telah menjadi guru. Sumber Foto: Dok. Pribadi

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan undangan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusi untuk mengikuti Pelatihan Fasilitator Pembelajaran Digital. Kegiatan ini akan berlangsung selama 4 hari, yakni tanggal 11-14 Juli 2022. Adapun lokasi kegiatan bertempat di Kampus II BPSDM Sulawesi Selatan dan SMAN 2 Makassar.

Idul Adha bersama Guru-Guru Muda

Saya memulai perjalanan dari Tana Toraja menuju Makassar pada hari Minggu pukul 14.30 wita. Jarak yang akan saya tempuh kurang lebih 300 km. Demi kelancaran aktifitas, saya memutuskan membawa kendaraan sendiri. Dan saya pun sendiri di mobil, tidak ada penumpang lain.

Pedal gas terinjak perjalanan saya mulai. Sejenak saya membuka HP, ada pesan masuk lewat WhatsApp. Bunyinya demikian,

“Di mana pak?”

“Sementara di jalan menuju Makassar, pak”

“Jangan lupa singgah di rumah, singgah makan malam baru lanjut Makassar pak.”

Demikian percakapan singkat kami dengan salah satu guru Biologi muda, namanya bapak Rustan.

Kurang lebih 30 menit saya hentikan mobil di depan rumah pak Rustan. Saya masuk, ada kejutan, ternyata ada 4 guru-guru muda sedang bercanda ria di sana. Ada pak Rustan, pak Crystal, ibu Alda, dan Ibu Selvrining. Segera saja, bukan makanan tersaji yang menjadi sasaran, tapi tawa riuh kami. Mereka semua adalah siswa saya dulu di SMAN 9 Tana Toraja dan SMAN 5 Tana Toraja. Cerita dan pengalaman selama menjadi siswa hingga menjadi guru mereka sampaikan secara bergantian.

Saya menikmati sajian istimewa Idul Adha di rumah pak Rustan. Menu klasik yang paling saya cari adalah tapai ketan. Selanjutnya menyantap olahan khas Idul Adha dari Enrekang, yakni Nasu Cemba. Ini adalah menu olahan daging berkuah.

Kira-kira satu setangah jam kami bersenda gurau dan berbagi pengalaman, saya pun pamit melanjutkan perjalanan ke Makassar. Malam telah menjemput kala saya memasuki perbatasan Tana Toraja-Enrekang.

Pemandu Jalan

Setelah melewati kota Enrekang, saya mengambil inisiatif untuk lewat Kabupaten Pinrang. Jika menuju Makassar, jalur ini lebih pendek dari jalur normal yang melewati Kabupaten Sidrap. Di Kabere, Enrekang saya belok kanan menuju Pinrang. Kurang lebih 3 km, mobil melambat. Di depan ada jembatan batang kelapa dan tanjakan. Di sisi kanan ada bapak tua sementara memandu setiap kendaraan yang lewat. Di tangan kirinya menenteng sebuah kardus. Saya mengambil selembar uang lima ribuan saya taruh di kardus tersebut, sambil berucap “semangat pak.” Beliau pun membalas “terima kasih.”

Sesudah tanjakan di sebelahnya, saya juga mendapati seorang bocah yang memandu jalan. Tak lupa saya juga memberikan selembar uang jajan untuknya. kata “terima kasih” kembali terucap darinya.

Jalur ini memang harus ada pemandu jalan untuk membantu setiap pengendara yang lewat. Jalurnya sempit, licin dan berbatu. Sudah beberapa kali terjadi kecelakaan di sana.

Perjalanan saya lanjutkan menuju kota Pinrang dengan suasana jalan yang sunyi dan lengang.

Tinggalkan Balasan