Jika saya mendapat pertanyaan: apakah penulisan fiksi dan nonfiksi memiliki kesamaan? Jawaban saya: Ya. Tulisan fiksi dan nonfiksi pada dasarnya memiliki tujuan berbeda. Tulisan fiksi ingin menghibur pembacanya, sementara tulisan nonfiksi mengutamakan tujuan mendidik.
Teknik fiksi dan nonfiksi
Para praktek menulis, sebenarnya baik fiksi dan nonfiksi memiliki teknik menulis yang bisa saling melengkapi. Dasar utamanya adalah adanya niat untuk menulis. Saya sendiri telah menulis buku yang mengarah ke fiksi yakni dua buku berisi kumpulan puisi, pernah pula menulis cerpen, selebihnya adalah buku nonfiksi.
Saya belajar pada pengalaman salah satu penulis kondang, Hunter S. Thompson. Jika menyelami lebih jauh tentang karya-karyanya maka saya dan Anda akan tahu lebih banyak tentang penulisan karya fiksi dan nonfiksi. Thompson adalah ahli dalam menyusun tulisan fiksi yang ketat dan menarik. Dia juga menggunakan teknik menulis fiksi yang sama untuk menjadi salah satu penulis non fiksi yang paling berpengaruh, diakui dan menarik dalam sejarah penulisan buku.
Menulis buku nonfiksi menggunakan teknik fiksi
Jika seorang penulis ingin memikat pembacanya, taka da salahnya mencoba beberapa teknik menulis cerita. Ini akan sangat berguna dalam pengembangan konten. Apalagi, bercerita adalah salah satu bagian psikologi dasar manusia. Jadi, mengapa tidak menjadi sebuah opsi penerapan dalam tulisan non fiksi. Mencoba tidak ada ruginya. Setiap percobaan memiliki faedahnya sendiri.
Untuk memulainya, saya sarankan Anda untuk memilih satu halaman dari penulis fiksi favorit Anda. Kemudian cobalah terapkan lima cara menulis fiksi untuk karya nonfiksi berikut ini.
Ceritakan kisah yang tak terlupakan
Selalu ingat bahwa, manusia telah terpesona oleh cerita sejak awal waktu. Cerita legenda, mitos dan dongeng masih mempengaruhi kehidupan manusia hingga saat ini. Cobalah melakukan nuansa fiksi lewat kegiatan seperti; saat makan siang, Anda menceritakan kisah terbaru Anda kepada teman-teman Anda; di malam hari, Anda menceritakan kisah-kisah fantastis kepada anak-anak dan anggota keluarga lainnya dan kemudian nikmatilah ketegangan dari cerita yang Anda sampaikan itu.
Kemudian, mengingat cerita jauh lebih baik daripada mengingat peraturan, undang-undang, nama presiden, rumus Kimia dan Matematika, atau konsep abstrak. Tulisan nonfiksi akan lebih kuat dan lebih relevan jika Anda menyertakan sedikit contoh, pengalaman, dan perbandingan dalam bentuk narasi.
Misalnya, dalam menyampaikan teori tentang manfaat mengkonsumsi “buah jeruk” setiap hari, Anda bisa bercerita tentang pemain sepakbola legendaris Juventus, Alessandro del Piero yang meningkatkan performanya dengan mengkonsumsi buah jeruk secara rutin.
Hanya dua atau tiga kalimat tambahan seringkali cukup untuk membantu kata-kata Anda menyentuh hati para pembaca.