Seluruh tubuhku terasa lemah. Kepala terasa berat dan lidah terasa kelu. Lidah seolah tak mampu mengecap rasa dengan nikmat. Meski tidak tampak sebagai gejala terkena virus Covid-19, tak dipungkiri bahwa ada rasa khawatir akan mengalami kondisi terpapar virus tersebut. Benarkah demikian?
Sambil mencoba memutar kembali memori waktu sebelumnya, tentang kegiatan yang saya lakukan sebelumnya sebagai tindakan korektif dan re-check kondisi tubuh. Ya, dalam kondisi seperti itu, orang sangat mudah berprasangka pada dirinya. Manusiawi tentunya. Itu pula yang membuat manusia sering menjadi lemah karena prasangka negativ pada dirinya.
Itulah sekelumit pengalaman ketika pandemi Covid-19 mulai bergulir di negeri ini. Saya dan mungkin banyak orang mungkin saja memiliki pengalaman yang sama. Dapat dipahami, kondisi merupakan hal baru di negeri ini, dan mendadak semua orang menjadi paranoid.
Saya mengingat ketika dulu saya pernah menanyakan dimana Tuhan ketika saya sakit. Saya merasa ditinggal sendiri dan Tuhan tidak peduli kepada saya. Tak dipungkiri saya mulai mempersalahkan Tuhan atas keadaan yang saya alami itu.
Memang, untuk kesekian kalinya sepanjang hidup, saya merasakan sakit. Puluhan tahun sebelumnya, tak pernah sekalipun saya merasakan sakit, bahkan batuk pilek sekalipun. Bagi saya, kondisi ini merupakan pendidikan paling besar yang pernah saya terima sepanjang hidup saya. Dan saya merasa sangat bersyukur atas hal tersebut.
Sakit menjadi pertanda bagi manusia bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk lemah. Kondisi sakit semestinya memberi kesadaran bagi manusia bahwa kefanaan manusia adalah sebuah keniscayaan. Sakit menjadi simbol bahwa manusia membutuhkan Tuhan Penciptanya.
Spiritualitas
Saya belajar dari pengalaman seorang sahabat, yang juga pengalaman saya dahulu. Masa sakit tak jarang dilewati dengan kejenuhan panjang dan penyesalan diri. Di masa kemunduran fisik tersebut, tak jarang saya mendengar keluhan-keluhan ini:
- Mengapa Dia membiarkan saya menderita sakit seperti ini?
- Apakah Tuhan sungguh memperhatikan saya?
- Di mana Tuhan ketika saya sakit?
Pikiran-pikiran manusiawi seperti itu jamak terjadi pada orang-orang yang sakit. Jadi, apakah Tuhan sungguh peduli pada orang yang sakit?
Ketika menghadapi sakit penyakit, saya cenderung percaya bahwa Tuhan sungguh-sungguh campur tangan dan melakukan sesuatu pada saya. Nyatanya, keadaan mungkin tidaklah tampak demikian, bahkan lebih buruk.
Tuhan memang memiliki kemampuan menyembuhkan seketika. Namun, seringkali Tuhan tidak melakukannya. Saya berusaha menerima dan memahami bahwa Tuhan bukannya tidak peduli. Sebagai orang beriman, saya berusaha belajar dan merefleksikan bahwa penyakit atau sakit yang diderita bukanlah sesuatu yang “tidak berharga” atau “pengalaman sia-sia”.
Melalui sakit yang diderita, Tuhan mengizinkan kita meraih tujuan-tujuan rohani dan spiritual yaitu kemuliaan Tuhan Semesta Alam. Tubuh ini hanyalah benda fana, dan kita seringkali lebih fokus dan mengutamakan itu daripada pembangunan rohani kita.
Beberapa orang beranggapan bahwa sakit dan derita merupakan akibat dosa. Tapi, pernahkan terpikir bahwa sakit dan derita merupakan cara Tuhan untuk mendidik manusia agar memiliki kepekaan terhadap sesamanya dan memuliakan Tuhan dalam penderitaannya. Ketika saya sakit dan terluka dan tidak dapat membuat relasi doa dengan Tuhan, Dia menggunakan orang lain untuk menunjukkan keberadaan-Nya dengan mendoakan saya.
Insight
Kali ini, saya semakin bersyukur lagi karena semakin mengerti bahwa kesehatan merupakan rahmat terbesar saya sebagai manusia setelah kehidupan itu sendiri. Pada momen sakit seperti ini, saya merasa memperoleh anugerah besar yaitu penghargaan atas martabat kehidupan dan rahmat kesehatan. Kedua anugerah besar itu adalah modal utama saya sebagai manusia untuk menjalankan tugas manusiawi saya di dunia ini.
Tuhan dalam kebijaksanaannya yang tak terbatas mengetahui bahwa saya sebagai manusia tidak sanggup mengetahui segala hal yang ditencanakan-Nya bagi saya. Jika Dia menunjukkan segalanya lebih dulu, hal itu akan membuat saya tidak belajar mempercayai-Nya dan memiliki iman yang mutlak bahwa Dia mengendalikan segalanya.***
Penulis: Christpard Kunjungi blog: http://www.christpard.com/
Referensi: Tony Evans, 2013
Gambar: https://health.kompas.com/read/2020/10/09/120800268/kerap-tak-disadari-ini-7-hal-penyebab-sering-sakit?page=all