Seindah Pelangi (7)

Aku melepaskan sedotan dari mulutku, mataku ku arahkan ke wajah Aditya. Ternyata Aditya sedang memandang wajahku, agak risih aku dibuatnya.

“ Aditya jangan bergurau seperti itu, Aisyah tidak suka mendengarnya. “ kataku.

Pelayan sudah menghidangkan pesanan kami, aku langsung berkata “ cepatlah makan, Aisyah akan mengantarkan Aditya ke rumah kakak Aditya setelah makan selesai.” Lanjutku jengah.

Kami makan, tidak terdengan suara Aditya maupun suaruku, kami sepertinya hanyut dengan pikiran kami masing – masing.

Selesai makan, aku berjalan ke kasir. Ingin membayar makanan yang kami makan. Alangkah terkejutnya aku, kasir mengatakan sudah di bayar. Padahal aku menganggap Aditya tamu yang harus aku traktir. Ternyata sudah keduluan. Aditya berdiri di belakangku, mungkin karena tidak fokus dengan pembicaraan kami sedari pelabuhan tadi. Aku menggangap Aditya tidak kenal dengan seluk beluk Karimun.

Untuk menghilangkan rasa malu, aku berjalan keluar rumah makan terus menuju tempat motorku di pakir oleh Aditya.

Aku tidak berkata – kata lagi, Aditya menstater motorku dan mengarahkannya kearah costal area. Aku hanya tercegang melihat motorku di arahkan kesana, tak lama aku mendengar suaru Aditya.

“ Kita perlu bica serius Aisyah,” sebentar saja Aditya janji katanya.

“ Atau kita bicaranya di rumah Aisyah saja? lanjut Aditya.

“ iya, Jawabku spontan.” Aku hanya memikirkan tadi aku  tidak pamit untuk berlama – lama diluar. Aku tidak mau merusak kepercayaan ibu dan ayah kepadaku.(bersambung)

Tinggalkan Balasan

2 komentar