Urgensi Dua Kalimat Syahadat

Humaniora432 Dilihat

Sumber gambar:harakatuna.wordpress.com

Dua kalimat syahadat (syahadatain) adalah sesuatu yang sangat penting (urgen) dan mendasar dalam kehidupan setiap muslim. Bahkan, selama tiga belas tahun Nabi Muhammad SAW berdakwah dan berjuang di kota Makkah “hanya” untuk menanamkan nilai-nilai syahadat dalam kehidupan masyarakat Makkah kala itu.

Urgensi Syahadatain dapat kita lihat pada firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Annisa’ (4) ayat 41:

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 4.41.png

“Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka”.

Dari ayat ini, kita dapat ambil kesimpulan bahwa orang-orang yang mengingkari terhadap risalah kenabian dengan tidak pernah bersyahadat (bersaksi) ketika masih hidup di dunia, maka kelak di akhirat para rasul mereka akan bersaksi bahwa mereka adalah orang-orang yang mendurhakai ajaran para rasul. Meskipun mereka berbuat baik selama hidup di dunia, namun amal perbuatan mereka itu semua akan sia-sia belaka dan ucapan mereka hanya sekedar pengakuan palsu semata.

Dalam ayat lain, Allah SWT juga berfirman:

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 4.143.png
Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 4.143..png

 ”Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.(Q.S Al-Baqarah [2]: 143).

Ada beberapa alasan yang menjadi sebab pentingnya kita memahami Dua Kalimat Syahadat, yaitu :

  1. Syahadatain merupakan pintu masuk ke dalam Islam.

Mengucapkan dua kalimat Syahadat merupakan pintu masuk ke dalam Islam. Ia pun merupakan bagian utama dari Rukun Islam yang lima. Kalimat Syahadat yang pertama dikenal dengan sebutan Syahadat Tauhid, yaitu Laa Ilaha Illallahu yang artinya Tiada Ilah (sembahan) selain Allah. Di dalam Al Qur’an Surat Muhammad (47) ayat 19 Allah SWT berfirman:

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 47.19.png

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”.

Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa suatu hal yang teramat penting diketahui oleh setiap hamba adalah ia mengenal dan mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa hanya ada satu Tuhan yang layak dijadikan sesembahan yaitu Allah SWT. Bahkan salah satu tujuan utama diciptakannya jin dan manusia adalah untuk semata-mata beribadah dengan mengabdi dan menyembah hanya kepada Allah SWT.

Kalau kita mau melihat lebih jauh, sesungguhnya setiap manusia pada dasarnya adalah pernah bersaksi bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, karena Dialah Robb yang telah menciptakan seluruh alam semesta termasuk manusia, dan melengkapinya dengan seperangkat peraturan, baik yang tertulis berupa kitab Al Qur’an maupun yang terbentang di alam semesta jagad raya sebagai ayat-ayat kauniyah-Nya. Salah satu bukti bahwa setiap manusia pada dasarnya pernah bersyahadat kepada Allah SWT adalah Alqur’an Surat Al A’raf (7) ayat 172:

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 7.172.png

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.

            Ayat di atas, memberikan informasi kepada setiap manusia bahwa sesungguhnya kita pernah bersaksi (syahadat tauhid) kepada Allah SWT. Dari kesaksian tersebut, pada hakikatnya kita pernah berikrar untuk menuhankan Allah (tiada Tuhan selain Allah), berjanji untuk tidak menyekutukan-Nya, tidak meminta kepada selain-Nya dan berbagai konsekuensi lainnya. Namun, kesaksian yang pernah kita lakukan ketika berada di alam rahim (kandungan) tersebut telah kita lupakan karena faktor kelemahan sifat manusia yang kita miliki. Karena itulah, setelah manusia lahir ke dunia, banyak diantaranya yang lupa dengan perjanjian tersebut, dan inilah watak asli manusia sebagai tempatnya salah dan lupa.

Beruntunglah, Allah SWT mengutus para rasul dengan membawa berita gembira dan peringatan, sehingga manusia kembali diingatkan akan statusnya sebagai hamba Allah SWT yang dulu pernah bersaksi dan berjanji di hadapan Allah SWT.

2.Syahadatain merupakan inti sari ajaran Islam

Islam sebagai ajaran paripurna dari Allah SWT mengandung seluruh aspek dan dimensi kehidupan manusia. Islam tidak hanya mengajarkan unsur ibadah dalam arti sempit (ibadah mahdhoh), namun juga seluruh tatanan kehidupan manusia baik yang sifatnya pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Di antara seluruh aspek ajaran Islam, maka syahadatain merupakan inti sari dari itu semua. Di dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya’ (21) ayat 25, Allah SWT berfirman:

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 21.25.png

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.

       Seluruh ajaran para nabi dan rasul, sejak Nabi Adam A.S sampai Nabi Muhammad S.A.W, memiliki kesamaan misi yaitu menyampaikan bahwa Tidak Ada Tuhan yang wajib disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Allah SWT. Dari sini bisa kita katakan bahwa sesungguhnya agama yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul adalah Islam, bukan yang lainnya.

       Di ayat yang lain, Surat Al Jatsiyah (45) ayat 18, Allah SWT berfirman :

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 45.18.png

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.

       Seluruh syariat para nabi dan rasul adalah satu, karena berasal dari Tuhan yang satu. Pada dasarnya tidak ada perubahan pada syariat Allah, semuanya bermuara pada penyerahan total akan kemahabesaran Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya.

3. Syahadatain merupakan konsep dasar reformasi total

Konsep perubahan yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W adalah perubahan total yang langsung pada akar permasalahan. Pangkal masalah dari seluruh kebobrokan (kejahiliyahan) yang ada kala itu adalah kesyirikan yang merajalela. Akibatnya adalah maksiat di mana-mana, perpecahan dan peperangan antar suku (kabilah) menjadi tradisi, kepemimpinan yang tidak bijaksana dan menindas, serta kezaliman yang senantiasa dialami oleh kaum yang lemah. Ummat manusia kala itu serasa berada dalam kegelapan yang nyata, tanpa penerang.

Untuk itulah Islam hadir laksana pelita yang memberi jalan terang terhadap kegelapan yang ada.

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 6.122.png

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Al An’am (6);122).

       Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya berarti mereka telah memilih jalan yang terang dan keluar dari jalan yang gelap. Dengan mereka beriman kepada Allah SWT dan menyatakan ikrar bahwa: “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhamad S.A.W adalah rasul-Nya”, maka sesungguhnya mereka telah berpegang pada buhul tali yang sangat kuat dan tidak akan putus. Allah SWT adalah peindung mereka, sementara orang-orang yang enggan beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka mereka telah menjadikan setan sebagai pelindungnya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 256-257 yang artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

Sebuah perubahan tidak datang dengan sendirinya. Namun, butuh perjuangan dan pengorbanan. Perubahan total yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W berangkat dari sebuah penyadaran dan kesadaran akan peran dan fungsi manusia sebagai hamba Allah yang mengemban misi rahmatan lil “alamin dan sebagai kholifatul fil ardhi . Perubahan suatu kaum harus diperjuangkan oleh kaum itu sendiri secara sungguh-sungguh, setelah itu barulah Allah SWT menurunkan kuasa-Nya. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Ar Ra’d (13) ayat 11:

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 13.11.png

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

4. Syahadatain merupakan hakikat dakwah para rasul

Semua rasul menyeru manusia kepada penyembahan yang satu, yaitu Allah SWT . Dialah Allah yang maha menyaksikan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Untuk itulah, tidak ada pekerjaan yang paling utama selain menyeru manusia kepada jalan Allah SWT. Inilah pekerjaan mulia para nabi dan rasul yang seharusnya kita ikuti dan lanjutkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an Surat Al An’am ayat 19:

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah 6.19-1.png

“Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah: “Allah”. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?” Katakanlah: “Aku tidak mengakui”. Katakanlah: “Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”.

5. Syahadatain merupakan keutamaan yang besar

Dua kalimat syahadat (syahadatain) merupakan kalimat yang agung. Seorang muslim yang mengucapakan lafadz tersebut dengan lisannya, penuh keyakinan dalam hatinya, ikhlas, memahami maknanya dan melaksanankan tuntutannya, maka ia akan masuk surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah hadits-1.png

“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dengan ikhlas dari hatinya, maka  ia (dijamin) masuk surga.” (HR. Ibnu Hibban no. 4 dan 7, Mawaariduzh Zham’an) dan lainnya dari shahabat Mu’adz bin Jabal. Di dalam hadits yang lain dikatakan bahwa, Rasulullah S.A.W bersabda :

Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah hadits-2.png

“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa Ilaaha Illallaah ( tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah),  maka ia akan masuk surga.” (Shahih,  HR Abu dawud (no. 3116 ) Al-Hakim ( 1/351) dari sahabat Muadz bin Jabal.

Inilah beberapa hal yang menjadi sebab mengapa Dua Kalimat Syahadat (Syahadatain) begitu penting dan urgen dalam kehidupan kita. Untuk itu marilah sebagai seorang muslim, kita benar-benar memahami arti penting syahadatain, sehingga dalam menjalani kehidupan ini kita dapat berjalan sesuai dengan yang dipesankan Allah dan rasul-Nya melalui Al Qur’an dan Sunnah serta para ulama salafus sholih pelanjut dan pewaris para nabi.***

Referensi:

1.https://akurat.co/rahmah/id

2. https://muslimah.or.id/

3. https://tafsirq.com/

Tinggalkan Balasan