Mencukupkan Rezeki dengan Bersedekah

Humaniora, Sosbud132 Dilihat

Kalau pola pikir yang dianut ‘lahir sendirian, matipun nanti sendirian’, maka hidup menjadi individulis. Padahal manusia itu mahluk sosial, yang hidupnya harus bersosialisasi, dan berinteraksi dengan sesama.

Pola pikir yang seperti itu, akan membuat seseorang menjadi ‘anti sosial’ dan ‘pelit’ dalam pergaulan. Secara spiritulitas pun pola pikir yang seperti itu, tidak memberikan manfaat apa-apa, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain.

Tuhan memberikan sarana untuk mempertahankan, dan mencukupkan rezeki dengan bersedekah, yang nilainya diatur sesuai dengan keihklasan, tapi ganjaran yang diberikan Tuhan berlipat ganda. Dan itu pasti, bukan kaleng-kaleng seperti janji manusia.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama matahari masih terbit. Kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah. Kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Setiap langkah kakimu menuju tempat sholat juga dihitung sedekah dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kalau kita mengimani Al Quran dan Hadits, tentunya kita mengimani, dan mempercayai apa yang dianjurkan, juga dilakukan Rasullullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Sebagai mahkluk sosial, seharusnya kepekaan sosial yang dimiliki akan secara otomatis muncul dengan sendirinya. Kepekaan sosial itu manifestasi dari keluhuran budi dan akhlak, dan itu muncul karena terus diasah.

Hidup kita bukanlah untuk kita sendiri, karena dalam rezeki kita ada hak orang lain yang harus dikeluarkan. Kalau hal itu dilakukan secara konsisten, maka Tuhan akan selalu mencukupkan rezeki yang kita peroleh, kalau tidak dilakukan, itulah makanya kita selalu kekurangan.

Surat Al-Baqarah ayat 195:

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah. Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Manusia dituntut bukan cuma memiliki kesalehan spiritual, tapi juga harus memiliki kesalehan sosial, mau peduli terhadap derita sesama, dan ringan tangan untuk membantu sesama. Rezeki yang dikekap sendiri akan menguap sia-sia tanpa ada manfaatnya.

Tapi sebaliknya, membagikan rezeki kepada sesama, maka akan terus bertambah dengan rezeki yang tidak diduga-duga. Begitulah cara Tuhan melanggengkan rezeki yang kita miliki, dengan menganjurkan bersedekah, dan peduli terhadap sesama.

Rezeki yang tidak kita bagikan, akan hilang dan habis dengan caranya sendiri, sehingga meskipun hidup penuh harta, tapi tidak pernah merasa berkecukupan. Sehingga hidup selalu “gerangsang” dan Kemaruk tidak ada puasnya.

Tinggalkan Balasan

2 komentar