Menulis Mendokumentasikan Ide

Gaya Hidup, YPTD40 Dilihat

 

Tanpa terasa sudah 10 tahun saya berkompasiana, ya benar bulan Juli 2010 saya mulai bergabung dengan Kompasiana. Sudah terdokumentasikan sekitar 3.000 tulisan dengan berbagai jenis dan tema.

Itu dari satu akun yang sejak awal saya bergabung di Kompasiana. Di tahun 2019 saya kembali membuka akun baru, yang memuat kurang lebih 200 artikel. Itu karena akun saya yang pertama sudah sempat di banned oleh admin Kompasiana, terkait berbagai pelanggaran yang saya lakukan (tega ya).

Begitu banyak ide dan pemikiran yang terdokumentasikan, dalam tentang waktu 9 tahun tersebut. Sebelumnya saya cuma bisa memposting tulisan di Note Facebook, tapi begitu kenal dengan Kompasiana, rutinitas saya dalam menulis semakin menggebu.

Dalam Platform blog keroyokan ini semangat menulis semakin terpacu, karena dengan melihat berbagai jenis tulisan yang diposting K’ners memotivasi produktivitas menulis. Dalam satu hari saya bisa posting tulisan minimal 2 tulisan, dan maksimal 4 tulisan.

Dalam rentang waktu 10 tahun tersebut, ada sekitar 2-3 tahun saya tidak aktif, jadi efektifnya betul-betul menulis itu hanya sekitar 7 tahun. Betapa waktu yang demikian berharga, bukan terbuang sia-sia, karena begitu pruduktif menghasilkan tulisan.

Saya sempat ingin membukukan tulisan-tulisan yang sudah terdokumentasikan secara rapi di Kompasiana, sudah sampai tahap akhir ingin naik cetak, namun saya tidak dapat izin dari anak dan isteri saya, karena buku-buku tersebut menyangkut hal-hal yang berbau politik.

Tapi bagi saya tidak masalah kalau tulisan-tulisan tersebut tidak sampai dibukukan, yang jelas tulisan tersebut sudah di dokumentasikan secara baik di Kompasiana, kapan waktu pun saya ingin membaca ulang tulisan tersebut dengan mudah saya bisa membacanya kembali.

Makanya saya lebih suka bilang kalau menulis itu mendokumentasikan ide, karena tanpa kita sadari dengan setiap hari menulis, kita sudah mendokumentasikan ide dan pemikiran, juga membagikannya.

Soal berapa besar manfaatnya tulisan tersebut, biarlah pembaca yang menilainya. Menulis juga adalah cara membagikan berbagai manfaat bagi orang lain. Ketika pembaca menerima manfaat dari apa yang kita tuliskan, itu sudah sangat membahagiakan.

Mungkin banyak juga penulis yang tulisannya dibagikan diberbagai media, sehingga tingkat keterbacaannya pun semakin banyak, semakin banyak yang membaca, maka semakin banyak pula tebaran manfaat yang terbagikan.

Apa pun yang kita tuliskan selama dimuat di Kompasiana, tentunya sangat bermanfaat bagi pembaca. Apa lagi saat ini Kompasiana memiliki jangkauan pembaca yang begitu luas, indikasinya bisa kita lihat dengan banyaknya Iklan saat ini di Kompasiana.

Saya sempat putus harapan untuk mendokumentasikan berbagai tulisan tersebut dalam bentuk buku, karena memang sangat kecil peluangnya. Ternyata memang setiap tulisan itu punya takdirnya sendiri, di luar dugaan, apa yang sebelumnya di tunda Allah, sekarang sudah DIA segerakan, Alhamdulillah apa yang saya rencanakan waktu itu, bisa terlaksana sekarang.

Seperti yang saya sampaikan pada artikel sebelumnya, “Terbitkan Buku Saat Sakit?” Ternyata dengan sangat mudah bisa direalisasikan. Begitulah kalau Tuhan sudah meridhoi apa yang kita lakukan, semua dimudahkan-Nya.

Terdokumentasinya sekian banyak artikel yang pernah saya tuliskan, tidak terlepas dari Takdir tulisan itu sendiri. Tetap terbacanya artikel yang terdokumentasikan platform menulis, ternyata pada akhirnya juga terbaca oleh pembaca dalam dokumentasi dalam bentuk buku.

Tidak ada yang sia-sia, apa yang kita tuliskan di platform media, dan diniatkan agar bisa bermanfaat bagi orang lain, tetap saja akan menemukan takdirnya sendiri, tetap terbaca oleh orang-orang yang memang membutuhkan imformasi yang kita tuliskan.

Secara positif, dunia literasi ini kedepan akan semakin di butuhkan masyarakat, maka dari itu akan sangat di butuhkan beragam imformasi pengetahuan bagi masyarakat. Sumbangsih penulis dalam mencerdaskan bangsa, adalah melalui gagasan dan pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Teruslah menulis karena setiap apa yang kita tulis dan bagikan tetaplah bermanfaat, sekalipun kalau tidak bermanfaat bagi orang banyak, minimal bermanfaat bagi diri kita sendiri. Tapi setiap tulisan dengan tingkat keterbacaan yang tinggi, sudah bisa dipastikan tulisan tersebut bisa dinikmati orang banyak.

Tinggalkan Balasan