Pentingnya Asesmen Diagnosis Kognitif di Masa Pandemi

 

Suatu hari, Aldebaran mengeluh sakit perut. Ia merasa mual, badannya lemas, dan setiap makanan masuk ke perutnya seperti hendak ke luar lagi. Ia pun meminta ibunya mengantarnya ke dokter. Setelah memasuki ruang periksa dokter, dokter pun menanyakan apa yang dirasakan Aldebaran saat ini, termasuk kondisinya sebelum ia merasa sakit perut. Kemudian berdasarkan informasi tersebut, dokter pun memeriksa Aldebaran dan mendiagnosis bahwa Aldebaran mengalami diare.

 

Kasus yang dialami oleh Aldebaran, juga dapat terjadi dalam pembelajaran kita di masa pandemi.

Pembelajaran di masa pandemi mencerminkan kondisi capaian pembelajaran yang berbeda dari siswa. Ada siswa yang cepat memahami pembelajaran dan ada juga yang lambat.

Di sini, guru harus mampu mengambil peran seperti seorang dokter bagi siswanya. Ia harus mampu melakukan diagnosis terhadap faktor – faktor penyebab capaian belajar siswa yang bervariasi.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, di antaranya : kondisi sosial ekonomi serta akses sumber daya pembelajaran yang berbeda.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah model asesmen yang dapat mengetahui hambatan dan kelemahan siswa pada saat BDR.

Jenis asesmen yang sangat tepat untuk digunakan adalah asesmen diagnosis kognitif.

Pengertian Asesmen Diagnosis Kognitif

Asesmen Diagnosis Kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di awal pembelajaran topik baru, setelah menjelaskan suatu topik, atau bisa juga dilaksanakan setiap dua minggu/bulan/triwulan/semester.

Asesmen diagnosis kognitif hendaknya dilakukan secara berkala agar guru memperoleh informasi terbaru terkait perkembangan kognitif siswa.

Adanya upaya remedial dan pengayaan juga menjadi sebuah rangkaian tindak lanjut pembelajaran yang akan menjadi dasar bagi pelaksanaan asesmen diagnosis kognitif berikutnya.

Tahapan Pelaksanaan Asesmen Diagnosis

Ada 3 tahapan pelaksanaan asesmen diagnosis kognitif berkala yang harus dilakukan, yaitu:

  1. Persiapan
  2. Pelaksanaan
  3. Diagnosis dan Tindak lanjut

Tahap Persiapan 

  • Mencakup langkah – langkah berikut : membuat Rencana Pelaksanaan Asesmen, mengidentifikasi materi asesmen, dan menyusun 10 soal sederhana.
  • Pada bagian Rencana Pelaksanaan Asesmen, guru dapat menuliskan sasaran / target asesmen, mata pelajaran dan topik asesmen, waktu dan tempat pelaksanaan, serta cara / mekanisme asesmen akan dilakukan.
  • Untuk bagian mengidentifikasi materi asesmen, guru dapat menganalisis topik baru yang akan dipelajari saat ini berdasarkan daftar Kompetensi Dasar (KD) yang disederhanakan (keputusan Balitbang nomor 018/H/KR/2020 tanggal 5 Agustus 2020 tentang kompentensi inti & kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada Paud, Dikdas, dan Dikmen berbentuk sekolah menengah atas untuk Kondisi Khusus). Dengan topik atau KD yang sudah dipelajari di kelas sebelumnya sebagai prasyarat mempelajari topik baru.
  • Setelah itu, guru menyusun 10 soal untuk asesmen dengan ketentuan sebagai berikut: Soal nomor 1-2: dua
    soal dari Kemampuan Dasar dua kelas dibawah (KD-2)Semester 2, Soal nomor 3-8: enam soal dari Kemampuan Dasar satu kelas dibawah (KD-1) Semester 1 dan 2,  Soal nomor 9-10; dua soal dari Kemampuan
    Dasar (KD) Semester 1 kelas yang baru akan dimulai.

Tahap Pelaksanaan 

Pada tahap pelaksanaan, guru dapat memfasilitasi siswa dengan lingkungan belajar yang sesuai. Jika pembelajaran sudah dilakukan secara tatap muka, maka asesmen dapat dilakukan di sekolah.

Namun, jika sekolah masih menyelenggarakan BDR, maka ssiwa dapat melaksanakan asesmen dari rumah masing – masing.

Namun yang lebih penting  adalah, baik di rumah maupun di sekolah, siswa hendaknya selalu mengutamakan kesehatan dan menaati protokol kesehatan (3M).

Tahap Diagnosis dan Tindak Lanjut

Tahap ini menjadi tahap yang terakhir sekaligus menjadi awal bagi pelaksanaan asesmen diagnosis berkala, karena hasil asesmen akan kembali menjadi dasar tindak lanjut.

Tahap diagnosis dan tindak lanjut  mencakup empat langkah:
a. Lakukan pengolahan hasil asesmen, dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0      untuk jawaban yang salah. Agar memudahkan guru dalam tahap selanjutnya, tuliskan skor pada tabel skoring              (seperti format analisis hasil belajar)
b. Berdasarkan hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok, siswa dengan rata-rata kelas akan diajar oleh guru           kelas, siswa 1 semester di bawah rata-rata mendapatkan pelajaran tambahan dari guru kelas, siswa 2 semester di       bawah rata-rata akan dititipkan ke guru kelas di bawah, atau dibuatkan kelompok belajar yang didampingi orang       tua, anggota keluarga, dan pendamping lainnya yang relevan
c. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru
d. Ulangi proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan

Jika guru melaksanakan asesmen diagnosis kognitif secara berkala, maka semua siswa di kelasnya akan dapat mencapai kompetensi dasar dan menuntaskan pembelajaran.

Oleh karena itu, dibutuhkan kemauan dan kemampuan dari guru untuk merancang asesmen diagnosis berkala.

Sebagai panduan pelaksanaan, Kemdikbud juga sudah menyediakan modul asesmen diagnosis berkala. Modulnya dapat didownload DI SINI

 

Sumber : http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/asesmen-diagnostik

 

Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog Februari 2021 (Artikel ke 18)

Nama : Theresia Sri Rahayu (Cikgu Tere)

Instansi : SDN Waihibur

NPA : 10260901048

Tinggalkan Balasan

1 komentar