Rahasia Menulis ala Agus Sampurno

Literasi, Terbaru, YPTD227 Dilihat

Rabu, 3 Februari 2021 saya menyatakan siap untuk meneruskan paparan materi ke WAG 1-5 di Pelatihan Belajar Menulis bersama PGRI. Dimoderatori oleh Pak Bambang Purwanto atau yang lebih akrab disapa Mr. Bams, kegiatan dimulai pukul 19.00 WIB.

Adalah Agus Sampurno, seorang education specialist sekaligus Ketua Yayasan Pendidikan Sorowako Sulawesi Selatan yang mengisi sebagai narasumber di WAG 17.

Senang rasanya mendapat paparan materi yang begitu ringkas namun padat berisi mengenai dunia menulis. Sebagaimana para penulis ulung, peraih penghargaan blog terbaik dari Deutsche Welle Germany (2014) ini berbagi tips menulis yang dimilikinya. Beberapa bahkan sudah dikategorikan sebagai prinsip menulis.

Di malam saat penyampaian materi, Pa Agus memberi 13 poin penting yang berkaitan dengan menulis. Nah karena ada beberapa tema yang sama, saya coba ramu kembali sebagaimana berikut :

Ide Tulisan
Menurut Pak Agus Sampurno yang sejak 2014 menjadi Pengkaji Naskah Pustekkom Jakarta, 90% ide tulisan muncul ketika kita tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan mengenai tulisan Anda.

“Hambatan penulis terjadi ketika ia terlalu menghakimi diri sendiri saat mulai menulis.” Tulis Pak Agus untuk poin ketiga. Hmm, sepakat. Biar bagaimana pun, terkadang (terutama bagi penulis pemula) sering muncul pemikiran bahwa dirinya tidak layak menulis. Belum cukup pengetahuan. Tata bahasa masih kacau balau, dsb.

Sadar akan kemampuan diri itu bagus. Namun, jika terus menerus men-judge atau menghakimi diri sendiri, jelas menulis akan sulit dimulai. Tak usah khawatir jika tulisan awal kita tampak kotor. Seiring dengan seringnya kita menulis, maka kata Pak Agus, air kreatif tulisan kita akan semakin jernih.

Menulis berarti mengasah pikiran. Kata mengasah disini diartikan Pak Agus sebagai aktivitas menyingkirkan hal-hal yang membuat tulisan kita kurang tajam. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan menempatkan proses mencari ide sama pentingnya dengan proses menulis itu sendiri.

Pak Agus menyarankan agar kita memisahkan kegiatan antara mencari ide dan menulis. Setelah mencari ide, buatlah daftar. Baru kemudian ambil satu persatu untuk dituliskan. Dalam mencari ide, bisa dengan melakukan ATM. Amati, tiru dan modifikasi berbagai tulisan. ATM adalah cara untuk seorang penulis menyusun tenaga agar bisa konsisten kemudian punya gayanya sendiri.

Ingat, nothing new under the sun’s. Artinya, di dunia ini sebenarnya tidak ada yang sama sekali baru. Boleh saja menunggu ide yang muncul dari diri sendiri. Namun, jika kita terus terpaku pada kemampuan diri dalam menghasilkan ide, hal tersebut dapat menjadi penyakit yang justru merugikan kita. Pada akhirnya ide tak muncul, tulisan pun tiada.

Judul Tulisan
Membuat sebuah judul tulisan adalah sebuah seni tersendiri. Pak Agus kemudian memberikan tips untuk membuat judul yang menarik. Salah satu teknik yang bisa kita gunakan untuk membuat judul tulisan adalah dengan menggunakan “5 Persuasive Words That Controls Minds“, yaitu :
1. You (Anda)
Contoh : Tips bagi anda, guru kreatif dalam menaklukan kelas yang pasif selama PJJ
2. Free (Bebas/Gratis)
Contoh : Gratis untuk anda, resep membuat video pembelajaran yang memukau siswa.
3. New (Baru atau Terkini)
Contoh : Aplikasi terkini pembelajaran jarak jauh.
4. Now (Sekarang)
Contoh : Temukan sekarang, 10 penyebab murid malas saat pembelajaran jarak jauh.
5. Secret (Rahasia)
Contoh : Tujuh rahasia guru yang dirindukan siswanya saat PJJS

Saat Menulis

Ketika membuat tulisan, gunakan 3 prinsip berikut :

  1. Sederhanakan pesan.
  2. Buatlah tulisan Anda menyenangkan, menakutkan, menegangkan, (bangkitkan emosi pembaca) atau mendidik.
  3. Buatlah tulisan Anda begitu menarik sehingga seseorang pasti sudah gila untuk tidak membacanya.

Meski setiap jenis tulisan ada penikmatnya, namun ada pola umum dalam sebuah tulisan yang digemari orang. Berikut adalah konteks umum penulisan di media online :

  1. Judul menarik
  2. Tulisan tidak terlalu panjang
  3. Mengungkapkan sisi pribadi boleh saja. Namun sebaiknya dihindari kecuali jika kita sudah sekelas Omjay⁩
  4. Kekinian
  5. Tulisan mengalir

Menulis dengan baik berarti berpikir dengan baik. Jika Anda tidak dapat menulis dengan baik, itu berarti Anda tidak dapat berpikir dengan baik. Tetapi menulis hanyalah langkah pertama. Menulis ulang juga penting. Dan … apa itu menulis ulang? Menulis ulang adalah memikirkan ulang ide tulisan Anda (David Perell).

Mengedit Tulisan
Menulislah dengan hati, mengeditlah dengan pikiran. Kalimat yang ditulis Pak Agus tersebut sejalan dengan pepatah Arab, ma khoroja minal-qolb washola ilal-qolb (sesuatu yang keluar dari hati akan sampai ke dalam hati). Maka, tulislah dengan sepenuh hati.

Langkah selanjutnya apabila kita telah membuat tulisan adalah mengedit. Mengedit tulisan memang bisa menjemukan bahkan membuat frustasi. Pangkas sana sini. Tambal sana sini. Bahkan tak jarang sampai harus dirombak ulang. Namun, untuk menghasilkan tulisan yang baik, terkadang kegiatan mengedit sangat diperlukan.

Pak Agus Sampurno bahkan sampai menuliskan, “Kegiatan mengedit tulisan sama pentingnya dengan menulis itu sendiri. Jika Anda membaca tulisan di blog yang ‘mentah’ itu berarti nafsu si penulis hanya menerbitkan (posting) dan bukan mempersembahkan buah pikirannya yang terbaik”.

Konsisten Menulis
10% keberhasilan menulis berkaitan dengan seberapa kita konsisten dalam menulis. Dengan konsisten menulis, kita akan menemukan diri kita sebagai penulis. Menemukan ciri khas kita dalam menulis.

Be unique. Temukan apa yang bisa menjadi brand Anda kemudian ajarkan (bagikan) pada yang lain melalui (salah satunya) tulisan.

Ada dua perspektif/pandangan dalam hal berkarya. Dari sisi si pencipta yang diingat adalah hal yang jelek dan membuat ia kecewa (misal tulisannya tidak dikomentari, tidak diberi apresiasi, diabaikan, dsb). Sementara dari sisi penikmat atau pembaca, hal yang akan mereka ingat adalah hasil karya yang baiknya.

Jadi sebagai pencipta atau pembuat tulisan, bersikaplah seperti seorang penikmat. Bersikaplah masa bodoh pada karya yang tidak dilirik orang. Teruslah konsisten menulis.

Jika ada yang mengkritik, ingatlah bahwa kritik hanya akan mengundang kebuntuan dalam berkarya jika ditelan mentah mentah. Menerima kritik dengan tetap menghargai pencapaian diri sendirilah yang paling penting. Wah, ini pesan luar biasa dari Pak Agus.

Sudah mendapat inspirasi hari ini?
Yuk, nulis!

Ditta Widya Utami, S.Pd.
NPA. 10162000676

Tinggalkan Balasan

1 komentar