Oleh Erry Yulia Siahaan
Sebuah pengumuman sayembara cerita pendek (cerpen) audio tertayang pada akun Instagram cerpen_sastra pada 17 April 2023. Saya baru tahu beberapa waktu setelahnya, ketika menggulir ke atas pesan-pesan yang terlewat dalam WhatsApp (WA) grup Perkumpulan Penulis Cerpen (Pulpen).
Informasi lomba itu disampaikan oleh Bapak Y Edward Horas selaku admin WA grup, sekaligus pendiri Pulpen dan cerpen_sastra.
Saya mengklik akun itu dan hati saya senang sekali membacanya. Tidak ada keraguan ketika saya saat itu juga memutuskan akan mengikuti lomba tersebut, meskipun belum terbayang bagaimana dan di mana membuatnya. Apalagi, cerpen yang harus dibacakan lumayan seru: “Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden” yang ditulis oleh Horas pada 1 Maret 2021.
Ada jeritan dan teriakan. Yang berarti, dengan alat seadanya dan di ruang nonstudio, saya bakal teriak-teriak dan rawan terdengar sampai ke tetangga. Ha..ha..haa.. Seru sekali menjajalnya dalam benak.
Yang terpikir adalah kembali berjumpa dengan hobi lama: mengisi suara dan membaca prosa. Selulus SMP, saya memang banyak berkecimpung dalam dunia dubbing untuk mengisi suara drama musikal, utamanya drama Natal. Pernah juga untuk pentas teaterikal pada lomba antarwilayah di DKI Jakarta dan menang.
Dubbing dan pentas drama merupakan pengembangan dari kesukaan saya berdeklamasi sejak taman kanak-kanak. Hobi ini kemudian meluas ke membaca puisi dan prosa ketika di bangku SMP dan ke pentas drama serta dubbing selepasnya. Semua kesukaan itu berlanjut hingga saya kuliah dan menjadi sarjana, kemudian berkurang ketika saya mulai bekerja dan menikah.
Saya percaya tidak ada yang namanya kebetulan dalam hidup. Semua ada di bawah kendali Yang Maha Kuasa. Saya sangat bersyukur bahwa literasi telah mempertemukan saya dengan sahabat-sahabat baru dalam sastra. Bahkan tidak hanya menjadi pembaca atau penyimak, tetapi juga penulis.
Dulu, saya menulis puisi. Satu-dua kali menulis cerpen. Sekarang, saya menulis lagi, di blog pribadi dan keroyokan, dari berita sampai artikel. Saya termasuk awam menggunakan Instagram. Sastra memacu saya untuk lebih menyelami kemajuan.
Hari demi hari berlalu. Saya belum juga membuat rekaman audio. Suatu malam, di tengah sepinya suasana rumah dan sekitar, saya merekam narasi dengan handphone. Melihat teks sembari merekam tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi malam-malam. Sekali teriakan haruslah jadi, supaya jangan dikira “ada sesuatu yang tidak beres terjadi”.
Malam itu, satpam beberapa kali berkeliling dan lewat dekat rumah. Saya geli juga jadinya. Tapi mumpung sepi, saya tuntaskan merekam. Akhirnya, selesai juga. (Rencana mengulang narasi batal, mengingat harus dilakukan pada tengah malam supaya kebisingannya minimal. Ha…ha…ha)
Perjuangan belum selesai, karena audio harus diedit dan dicampur dengan ilustrasi untuk tampil sebagai tayangan di YouTube sesuai syarat lomba. Sudah hampir setahun saya tidak mengedit video, khususnya sejak mendampingi suami yang sakit keras.
Terpikir seorang ponakan yang jebolan jurnalistik foto dan suka menerima order pesanan video dari mana-mana. Namanya Agung Samosir. Saya menghubungi Abe, panggilan profesi ponakan itu. Abe mengiyakan. Video pun selesai, dengan waktu yang mepet ke deadline.
Pada beberapa jam sebelum deadline, saya melihat ada bagian yang menurut saya perlu diedit. Abe sedang ke luar kota. Saya putus kontak. Terpaksa, saya mengambil laptop dan mengedit sendiri dengan laptop suami. (Dua laptop yang biasa saya pakai masih dibengkelkan.) Sekali lagi, Pulpen menjadi tangan yang menggaet saya untuk melakukan lagi hal yang berguna (mengedit video) dan tampaknya bakal akrab dengan keseharian saya terkait perjumpaan dengan hobi lama ini.
Tidak berlama-lama, selesai mengedit, saya segera mengunggahnya di YouTube, yang akunnya saya buat baru, khusus untuk kegiatan sastra ini. Beberapa hari kemudian, saya juga mengunggah tayangan itu di akun lama.
Hari ini, Horas menghubungi saya dan memberitahukan bahwa saya menjadi Juara Pertama lomba tersebut. Luar biasa. Tuhan Maha Baik. Setelah dianugerahi perjumpaan dengan hobi lama dan mendapatkan sahabat-sahabat literasi yang baru, Tuhan memberikan pula saya kabar baik.
“Semangat saya menggebu-gebu dan semoga tetap begitu. Terima kasih, Pulpen dan semua sahabat,” tulis saya untuk cerpen_sastra. ***