Tubuh mungil itu terdiam dalam kebisuan. Kehadirannya di antara dua insan membawa pesan kedamaian. Matanya terpejam bersama hembusan nafas di antara kesunyian. Ya, dia hanya makhluk lemah. Namun, dalam kelemahannya, ia mampu memberi kekuatan besar bagi orang-orang yang menjadi naungannya yang baru. Dia membawa pesan perdamaian dan spirit kehidupan bagi orang-orang kuat di sekitarnya. Anak kecil, begitu kita biasa memanggil tubuh polos itu. Anak merupakan harta kehidupan yang dititipkan Sang Ilahi kepada para pasangan. Ketika cinta berbuah, tak ada yang mampu menghalangi kehendak-Nya. Kehadirannya menyiratkan sebuah makna simbolik, sebuah kepercayaan dan tanggung jawab dari-Nya.
Kehadiran anak tentu merupakan idaman setiap pasangan. Anak menjadi tanda adanya sebuah harapan baru berlanjutnya sebuah kehidupan. Para orangtua sering menyebutnya sebagai penerus keturunan. Tidak mudah menjadi orang tua yang memperoleh tanggung jawab besar dan mulia ini. Tanggung jawab pendidikan merupakan hal yang utama. Bukan semata-mata pendidikan secara formal, tetapi juga pendidikan moral, sosial dan spiritual. Pendidikan formal sudah menjadi hal yang lazim dilakukan sebagai sebuah kewajiban. Namun, kadang orang tua lupa bahwa anak membutuhkan pendidikan moral akan cara pandangnya pada kehidupannya. Dia membutuhkan pendidikan sosial untuk menata relasi sosial dengan lingkungannya. Pada akhirnya, ia memerlukan pendidikan spiritual agar ia tahu siapa Tuhannya, darimana ia berasal, dan siapa yang memberinya kehidupan.
Dibalik semua tanggung jawab yang besar itu, sesungguhnya orang tua sedang menghadirkan cinta Sang Pemilik Kehidupan ini secara nyata melalui kehadiran dan tindakan mereka kepada buah cintanya. Semoga cinta-Nya kepada manusia mampu diwujudkannya pula, hingga di masa dewasanya melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya. Amin