MELAKSANAKAN tugas dan fungsi guru tentulah biasa. Itulah kewajiban Jamel dengan SK (Surat Keputusan) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bernomor 69234/ C/ KIV.1/ 1984 yang diterimanya pada sekitar bulan September 1984 itu. Sebagai sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia, dia diberi tugas mengampu Mata Pelajaran (MP) Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA yang di-SK-kan. Selain menjadi guru bahasa, dia juga diberi tugas tambahan oleh Kepala Sekolah menjadi pengelola perpustakaan sekolah. Belakangan, Jamel bahkan dipercaya sebagai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum. “Apapun tugas yang diberikan, itulah cintaku keapda profesiku.” Kalimat itu diucapkan ketika duduk-duduk dengan teman-teman di satu hari.
Lelaki berkulit rada gelap itu berasal dan lahir di Kampung Kabun, Desa Airtirs, Kecamatan Kampar Provinsi Riau. Lalu menimba ilmu juga di kampung kelahiran hingga terakhir di Pekanbaru. Keluarga dan teman-temannya menduga Jamel akan mengabdi di daratan Sumatera setelah mendapat ijazah sarjana pada tahun 1983 itu. Tapi nyatanya dia menjadi guru di daerah pulau nun jauh dari Pekanbaru, yaitu di Tanjungbatu. Saat SK-nya keluar dia belum seberapa tahu dengan daerah itu.
Bertugas di pulau adalah permintaan dan harapannya sendiri meskipun waktu mengajukan permohonan Jamel dan teman-teman masih bisa memilih tempat. Tahun itu guru masih sangat kurang. Hampir semua sekolah kekurangan guru. Menjadi guru masih mudah. Begitu mudahnya, Jamel dan teman-teman seangkatan di Universitas Riau, Pekanbaru malah belum mendapatkan ijazah asli. Baru dalam bentu stensilan sebagai tanda lulus dari kampus. Berbekal itu saja sudah cukup untuk mengajukan lamaran.
“Saya ingat, setelah menamatkan pelajaran di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada bulan Juni 1983, beberapa pekan ke depan sudah ada tawaran menjadi pegawai pemerintah untuk menjadi guru negeri. Jumlah guru memang sangat kurang pada tahun-tahun itu. Bahkan beberapa orang di antara kami malah diminta menjadi dosen di UIR (Universitas Islam Riau). Guru benar-benar masih kurang saat itu.” Jamel menjelaskan keadaan masa itu kepada anak-anak muda yang bertanya bagaimana Jamel awal menjadi guru. (bersambung)
Keren kisahnya.