Ketika kaki melangkah memijak bumi, sejatinya matahari menyaksikan perjalanan panjang dalam hidup kita. Ia memberikan cahaya sebagai peluang untuk berproses dalam menjalani hidup, serta memanggil bulan untuk lelap dalam tidur. Seperti pada firmah Allah Surat Al Qashash ayat 73: Keutamaan Allah SWT Menjadikan Siang dan Malam. “Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”
Sepenggal kisah tentang perjalanan awal kuliahku, yang terlalu sederhana untuk diukir. Ketika orang lain menyebrangi samudera untuk menuntut ilmu, terbang tinggi meninggalkan negeri, aku cukup menduduki kursi empuk jok rudi. Aku terlalu terbiasa menikmati lorong sempit kehidupan yang sulit. Tak ada keluh selama menikmati hidup yang ditegakkan diantara kesadaran.
Mahasiswa adalah gelar paling elok sebagai pemangku pengetahuan. Sejatinya ia harus elegan dalam bersikap dan belajar berfikir sederhana atau dalam istilah keren ‘Keep It Simple Stupid (KISS)’. Sederhana, adalah caraku memperpanjang hidup. Menyambung nafas dari waktu ke waktu, mempertahankan uang jajan dari minggu ke minggu adalah kisah unik dari para mahasiswa di Seantero Negeri.
Bangku kosong di sudut perpustakaan kampus adalah teman setia dikala kehabisan uang jajan. Tertata banyak jejak cerita yang kutinggalkan pada kursi kayu di pojok perpus. Menyeka rasa lapar dengan mereguk ilmu dari buku, menjadikanku lebih tau cara menghormati keadaan. Karena, sejatinya membaca buku adalah obat dari gemuruh ombak batin yang berjuntai menerka perasaan.
Presentasi adalah daya pikat bagi dosen untuk mengenal mahasiswanya. Mahasiswa yang pandai berturut kata, cerdas berlogika, tentu mampu memantik rasa suka para dosennya. Pula dengan diriku, aku bukan manusia yang tercipta sebagai mahluk cerdas. Tapi Tuhan selalu memberiku keberanian untuk belajar berproses. Tuhan selalu memberiku cara untuk belajar menghargai kesulitan dan merubahnya menjadi kesempatan.
Aku yang terlampau kenyang membaca buku, membuatku sedikit pandai dalam berpresentasi. Setiap kelas presentasiku, selalu mendapatkan tatapan pesona dari sang dosen. Aku selalu belajar bagaimana cara ‘getting applause’ dengan baik. Hingga setiap temanku presentasi mereka harus menyiapkan sogokan agar aku tak bertanya. Sebuah sogokan berupa ‘cemilan’ agar aku tutup mulut ketika mereka presentasi. Jangan siapkan pertanyaan karena mereka takan mampu menjawab, adalah kunci sukses agar terhindar dari gizi buruk hehe.
Menjadi bintang kelas dan dikenali dosen bak ayunan langkah menuju energi kehidupan yang elegan. Hingga akhirnya salah satu dosen yang mengembangkan sebuah organisasi English Lovers of STKIP Setia Budhi (ELOS) mengadakan perombakan kepengurusan.
Hampir satu kelas mengajukan namaku untuk dijadikan sebagai ketua. Sang dosen yang terlanjur terpesona dengan gaya presentasiku memutuskan meminangku menjadi Ketua ELOS. Organisasi ini adalah pengembangan kampus dalam meningkatkan mutu kebahasaan. Dimana setiap weekend mahasiswa diberikan mata kuliah tambahan berupa pengembangan skill. Di situlah awal aku mengenal senja yang paling jingga, terlalu indah untuk diutarakan. Menjadi mahasiswa yang juga mengajar mahasiswa.
Adik kelas yang mengenalku seperti melupakan namaku. Panggilan ‘Bu Asdos’ atau ‘Bu Elos’ kental dengan diriku. Begitulah hidup. Seberapa sulit ujiannya, ketika dinikmati dengan rasa syukur, pandai mencari peluang, maka takan ada elegi di dalamnya. Seperti kata pepatah ‘semua akan indah pada waktunya’.
-Sekian-