Buku adalah mahkota penulis. Pesan ini selalu diingatkan oleh Pak Thamrin Dahlan selaku pemilik dan komandan Yayasan Penerbit Thamrin Dahlan. Ia selalu mendorong dan memotivasi para penulis untuk berani membuat buku. Wujudkanlah membuat buku. Jika belum mampu membuat 10 buku, buatlah satu buku. Karena warisan terbaik adalah buku karya kita sendiri.
Beberapa hari lalu aku mendapatkan pesan WA dari Pak Thamrin. Ia menginformasikan sebentar lagi YPTD berulang tahun yang pertama. Tepatnya tanggal 19 Agustus. Wah aku langsung menengok kalender. Selama pandemi waktu terasa bergulir begitu cepat. Tak terasa sudah setahun.
Selama 11 bulan aku bergabung dengan YPTD. Ajakan ini disampaikan mba Muthiah Alhasany karena waktu itu aku tak bisa menghadiri acara peluncuran YPTD di sebuah tempat ngopi.
Mendengar nama Pak TD alias Pak Thamrin Dahlan sudah bukan lagi sosok yang asing. Ia kompasianer senior. Aku masih ingat bagaimana ia memberikan sepatah dua kata sebagai salah satu perwakilan Kompasianer yang membuat Pak Jokowi di acara makan siang di istana tergelak.
Intinya aku tergerak dengan semangat literasi dan motivasi membuat buku yang selalu Pak Thamrin gelorakan. Ayolah sempatkan menulis dalam sehari. Andaikata menulis satu artikel di terbitkanbukugratis (website YPTD) maka dalam 40 hari sudah bisa dijadikan sebuah buku.
Aku yang selama ini ingin memiliki buku sendiri pun tergerak. Biasanya aku ikut proyek antalogi ini itu. Aku belum punya buku solo, buku yang benar-benar aku banget.
Akhirnya aku mengikuti saran Pak TD. Sebagai langkah awal, aku mencoba menerbitkan buku kumpulan fiksi. Selama ini aku gemar menulis fiksi, baik cerpen maupun puisi tentang kucing-kucing. Terinspirasi dari aktivitas kucing-kucing yang ada di rumahku, seperti Nero, Mungil, dan Kidut.
Akhirnya sudah lebih dari 100 halaman. Aku meminta bantuan keponakan untuk membuatkan ilustrasi cover dan ilustrasi di dalamnya. Namanya Maia Parisha Putri. Ia pandai menggambar dan saat ini mengambil SMK jurusan Animasi di bilangan Cikarang.
Sekitar dua minggu kemudian buku itu sudah jadi. Aku terharu ketika menerimanya. Ah kumpulan cerpen dan puisi ini akhirnya jadi juga. Judul bukunya “Tarian Kucing di Bulan Purnama dan Kisah-Kisah Kucing Lainnya”.
Kawan-kawanku pun tertarik membelinya. Aku memiliki versi hardcover dan softcover.
Bikin Buku Itu Bisa Bikin Ketagihan
Rupanya selain zat berbahaya, bikin buku itu bisa bikin ketagihan. Setelah satu buku cerpen, buku berikutnya tentang kumpulan artikel tentang kisah-kisah perjalanan yang rajin kutulis di website YPTD pun kuterbitkan. Tentunya isinya sudah kupermak sehingga lebih apik dan lebih lengkap.
Lagi-lagi aku meminta tolong keponakanku untuk membuatkan covernya. Dan jadilah kemudian buku berjudul “Kisah-kisah Perjalanan: Bukan Sekadar Berwisata”. Buku ini tidak membahas keindahan sebuah tempat wisata, namun peristiwa menarik dan obrolan yang kujumpai selama perjalanan.
Setelah itu aku kemudian mewujudkan tiga buku lainnya untuk kucetak. Buku komunitas yang aku terlibat di dalam nya. Sebuah buku yang sebenarnya merupakan majalah film yang kuedit dan ku-layout sendiri waktu itu dari kumpukan artikel anggota Kompasianer Only Movie enthusiast Klub alias KOMiK. Buku kedua dan ketiga lainnya adalah antologi artikel kuliner dari komunitas makan-makan alias Kompasianer Penggila Kuliner.
Saat buku antologi kuliner jadi, Pak Thamrin mengusulkan diadakan diskusi dan peluncuran buku secara daring. Maka jadilah kami melakukan peluncuran buku yang sempat tertunda lumayan lama ini. Oh iya buku antologi ini berjudul “Jelajah Kuliner Nusantara”.
Karena masih banyak tugas kuliah dan pekerjaan, maka aku belum bisa lagi fokus membuat buku. Namun ke depan akan ada beberapa buku yang ingin kuterbitkan. Termasuk membuat buku kumpulan puisi kuliner yang sebagian besar kutulis tiap hari di web YPTD ini
Usulan Buat YPTD: Optimalisasi Toko Buku dan Pameran Buku
Pastinya aku mengucapkan selamat ulang tahun atas usia satu tahun yang telah ditempuh YPTD. Meski usianya masih muda, prestasinya bukan main. YPTD telah berhasil menerbitkan 233 buku. Jadi dalam 1-2 hari lahir 1 buku. Luar biasa. Atau dalam seminggu lahir 4-5 buku.
Buku-buku dari penulis YPTD ini telah mengisi rak-rak Perpustakaan Nasional di Salemba. Ia juga mengisi rak buku penulisnya, juga mereka yang menerima dan membeli buku-buku ini. Buku-buku ini telah meluas ke senusantara, menghibur, memberikan inspirasi, dan menularkan semangat literasi dan berkreasi.
Namun menurutku masih ada yang bisa ditingkatkan dari YPTD untuk memberikan fasilitas bagi para penulis dan memberikan kemajuan bagi YPTD sendiri. Yaitu mengoptimalkan toko buku YPTD di website YPTD alias terbitkanbukugratis.
Aku lihat sudah ada fitur kategori “YPTD Bookstore” namun hanya terisi satu buku, yaitu buku kompilasi penulis dengan harga yang mahal hehehe.
Nah bagaimana bila fitur itu dioptimalkan dengan melibatkan seluruh penulis yang bukunya diterbitkan oleh YPTD.
Penulis yang telah menerbitkan buku via YPTD bisa mengisi formulir di mana isinya adalah nama penulis, judul buku, tahun terbit, harga buku, dan juga deskripsi singkat tentang buku tersebut. Jangan lupa foto buku yang kualitasnya bagus.
Nantinya YPTD bisa mengutip uang administrasi sebesar 5-10 persen untuk setiap buku yang terbeli. Uang tersebut bisa bermanfaat untuk meningkatkan kualitas YPTD.
Andaikata sulit membuat semacam e-commerce di YPTD yang bisa langsung melakukan pembelian dan pembayaran di YPTD, maka pemesanan dan pembelian bisa dilakukan secara manual seperti yang ada saat ini. Nantinya tetap kewajiban dari penulis yang mengirimkan buku ke pembeli.
Untuk mengembangkan pasar, maka YPTD bisa memiliki akun di marketplace semacam Tokopedia, Blibli, dan Bukalapak. Para penulis bisa titip buku untuk dijual di sana. Sementara display buku bisa juga tetap dipajang di website YPTD untuk menunjukkan hasil yang dicapai penulis dan YPTD. Sehingga jalur pemasaran makin banyak.
Nah yang tak kalah seru adalah bagaimana bila YPTD membuat semacam Pameran Buku ala YPTD. Sifatnya bisa virtual atau nanti buka stan apabila pandemi segera berakhir.
Beberapa kali kutemui Perpustakaan UI dan FIB UI menerima kerja sama pameran seperti ini. YPTD bisa membuka pameran buku dan bincang langsung dengan penulisnya di ajang ini. Atau YPTD juga bisa terlibat dalam pameran buku yang diadakan IKAPI setiap tahunnya.
Andaikata pandemi tak kunjung berakhir, maka juga bisa diadakan pameran atau festival buku ala YPTD. Pada saat tersebut buku-buku YPTD didiskon dengan besaran lumayan. Lalu ada promosi buku harian di Twitter/Instagram YPTD.
YPTD juga bisa memfasilitasi IG live bersama para penulis selama acara pameran dan festival berlangsung. Tentunya juga akan lebih seru bila dimeriahkan dengan kuis-kuis berhadiah.
Masih ada banyak ide lainnya. Nanti kucoba sampaikan di artikel berikutnya.
Salam sehat dan dalam literasi!