Tahun ini ada beberapa bukuku yang diterbitkan, baik yang sifatnya secara menulis keroyokan, maupun menulis solo. Buku keroyokan yang sudah rilis adalah kumpulan cerpen berjudul “Mencintai Dalam Diam” dan majalah film bulanan komunitas KOMiK Kompasiana, “KO-Magz Volume I”, Sedangkan dua buku solo yaitu “Tarian Kucing di Bulan Purnama” dan “Kisah-Kisah Perjalanan: Bukan Sekadar Berwisata”.
Awalnya agak pesimis bisa bikin buku sendirian. Tapi dengan adanya Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan dengan nahkoda Pak Thamrin Dahlan beserta tim seperti Pak Dian Kelana dan mas Nuryadi, maka menerbitkan buku solo tak sekadar impian.
Dulu pengalaman pertama membuat buku adalah waktu kuliah. Ada dua buku yang saya buat sendiri. Caranya? Saya cetak isi bukunya dengan mesin printer, lalu saya fotokopi dan potong-potong. Setelah saya susun baru deh dijilid. Proses pemberian covernya saya lakukan sendiri. Hehehe prosesnya ribet. Tapi setelah jadi dan dijual, rasanya menyenangkan.
Buku yang saya terbitkan sendiri berjudul “Cyber Club” dan “Pacar Instant”. Yang “Cyber Club” saya serius mencetak dan menjualnya ke teman-teman. Harganya murah, hanya Rp 5 ribu. Seingatku aku hanya untung sekitar Rp1 500,- per bukunya. Ketika laku 200 buah rasanya senang banget. Sayangnya untuk “Pacar Instant” aku tak sempat nyetak dan jual karena sudah sibuk dengan pekerjaan. Buku masternya dibeli seseorang dan aku hanya punya versi kopiannya. Entah filenya di mana kedua bukuku itu.
Setelah lama bekerja, keinginan punya buku sendiri masih di awang-awang. Akhirnya aku rajin mengikuti lomba-lomba nulis dengan hadiah juara atau artikel yang lolos akan diterbitkan dalam bentuk antologi. Ini hal menyenangkan dan aku beberapa kali mengikutinya.
Aku juga rajin ikut proyek menulis. Biasanya kami mengeluarkan modal sekitar Rp 50 hingga Rp 300 ribu untuk ikut proyek tersebut. Hasilnya nanti adalah kami mendapat 1-4 buku karya tulisan kami keroyokan.
Berkat YPTD Bisa Menulis Buku Solo
Pak Thamrin sering bilang mahkota penulis adalah buku. Buku adalah tujuan akhir dari proses menulis. Buku bisa dibuat dari banyak hal, menulis konsisten selama 40 hari atau lebih atau mengumpulkan artikel yang terserak.
Dua-duanya ini kulakukan. Yang pertama aku mengumpulkan tulisanku bertema kucing. Wah rupanya ada banyak yang mencuri beberapa tulisanku tersebut untuk ditaruh di blognya. Ini sungguh mengesalkan karena tulisannya plek diambilnya. Meskipun ada namaku yang ditulis kecil), tapi hal ini membuatku kesal.
Cara kedua yaitu aku menulis konsisten selama empatpuluh hari dalam bentuk kisah perjalanan. Setiap hari aku sempatkan menulis artikel sepanjang 300-500 kata. Jika dikumpulkan hasilnya lumayan banyak.
Dengan bantuan YPTD aku dibantu untuk mengurus ISBN dan juga #terbitkanbukugratis
Menulis Bikin Kecanduan
Setelah berhasil menyusun dua buku solo dan ikut membidani majalah komunitas hingga sembilan volume, maka ada keinginan untuk membuat lagi dan lagi. Dari blogku di blog pribadi dan blog keroyokan sepertinya sudah ada sekitar 5 ribu tulisan, bahkan lebih.
Tulisan tersebut bisa kupilah-pilah sesuai tema dan jika kurang bagus masih bisa kuperbaiki. Andaikata dari 5 ribu tulisan ada 10 persennya saja yang layak atau 500 buah artikel maka bisa jadi sekitar 10 buku. Belum lagi tulisan lainnya yang kubuat tiap hari. Wah bisa ada begitu banyak buku.
Ya, menulis lalu membuat buku itu bisa jadi candu. Adiksi yang sifatnya positif. Tapi jangan keasyikan menulis, jangan lupa makan, minum, bersosialisasi, berolah raga, belajar, membaca, dan jalan-jalan.
Salam literasi🙂