Jodoh Sebuah Tulisan dan Ketika Tulisan Minim Pembaca

Buku
Ulasan buku ini awalnya minim pembaca,tapi kemudian terus bertambah (dokpri)



Pernahkah Kalian merasa kecewa karena jumlah pembaca tulisan yang sedikit? Sedih dan kecewa itu wajar, apalagi jika tulisan dibuat sepenuh hati dan melalui proses yang panjang. Tapi jangan terus berkecil hati, suatu ketika tulisan akan bertemu jodohnya.

Berbulan-bulan ini aku sedih melihat nasib tulisanku. Tulisan lebih dari 500 kata hanya dibaca segelintir. Padahal aku membaca sekian banyak referensi dulu sebelum menulis untuk menguatkan opiniku. Tapi hingga seminggu pembaca tak sampai 50. Aku pun pesimis.

Nasib tulisanku lainnya malah lebih ngenes. Ada yang hanya dibaca 11 kali, rata-rata sulit mencapai angka 50, apalagi 100. Aku jadi kurang termotivasi.

Ya, salah satu apresiasi bagi penulis ketika tulisannya banyak dibaca dan dikomentari. Ketika tulisan sepi pembaca tentu ada tanya bagi penulis, apakah tulisanku buruk, apakah topiknya tidak ngetren dan bukan jenis topik favorit, dan sebagainya.

Dari tulisanku yang minim pembaca, aku pun kemudian melakukan evaluasi. Rupanya ada beberapa hal yang bisa jadi penyebab tulisanku minim pembaca.

 

Penyebab Minim Pembaca

Yang pertama adalah topik yang tidak hits dan tidak mainstream. Rata-rata tulisan yang banyak pembaca adalah sesuai dengan situasi masa itu. Misalnya ramai tentang kabar selamatkan hutan Papua. Maka sebaiknya menulis tentang hutan Papua, penyebab kebakaran, dan hal-hal berkaitan. Menulis hal yang ngetren lebih berpeluang menarik pembaca.

Yang kedua judulnya tidak menarik. Karena banyaknya distraksi, pembaca sekarang rata-rata tak suka tulisan panjang. Bahkan kadang-kadang hanya membaca judul. Jika judulnya tak menggelitik bisa jadi tak dilirik sama sekali.

Yang ketiga adalah gaya bahasa. Gaya bahasa kasual akan lebih disukai anak muda. Populasi generasi alpha dan milenial yang mengonsumsi internet jauh lebih banyak dibandingkan generasi lainnya. Sehingga topik bertema anak muda, literasi keuangan, dan idola anak muda akan jauh lebih menarik, demikian juga dengan gaya bahasa yang digunakan.

Keempat adalah waktu unggah. Aku suka mengunggah jelang tengah malam, jelang waktu tidur, itu sebabnya sepi pembaca. Coba pas jam prime time atau saat sore hari selepas pulang kerja, peluang keterbacaan akan lebih tinggi.

Di luar hal-hal tersebut, percayalah tulisan akan menemukan jodohnya. Bisa jadi prosesnya lama. Aku menjumpai beberapa tulisanku yang melejit setelah beberapa bulan setelah tayang. Topik tulisannya ternyata ngetren lagi. Nah rupanya ada siklus topik, jadi topik yang tidak populer hari ini bisa akan banyak dibicarakan lagi sekian bulan atau sekian tahun mendatamg.

Tinggalkan Balasan