Berpikir, Wujud Eksistensi Seorang Manusia

Humaniora, Sosbud0 Dilihat

Sumber gambar: MuslimObsession.com

 

Menurut Khodijah dalam buku Psikologi Belajar, secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Namun, tidak semua proses berpikir manusia dilandasi oleh hal-hal yang logis dan sesuai dengan nalar yang benar. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan Tuhan yang terbentang di alam jagad raya.

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Seekor kera tahu mana pisang yang enak dan yang tidak. Seekor anak tikus tahu mana kucing yang ganas dan yang tidak. Anak tikus itu tentu saja diajari induknya untuk sampai pada pengetahuan bahwa kucing itu berbahaya.

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia di pilih Tuhan menjadi khalifah di muka bumi untuk menjaga harmonisasi alam agar selayaknya surga tempat tinggal bapak moyang manusia dahulu.

Manusia mampu mengembangkan pengetahuan disebabkan dua hal utama. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.

Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.

Secara garis besar cara berpikir seperti itu disebut Penalaran. Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar.

Sejak awal penciptaan manusia, Tuhan telah mengenalkan manusia dengan “Pohon Pengetahuan”. Pohon tersebut akan tumbuh dengan baik manakala berasal dari bibit yang baik, dirawat dengan baik, dan dijaga dari serangan virus dan penyakit.

Lambut laun pohon itu akan tumbuh besar, tinggi menjulang, akarnya menghujam ke dalam bumi, batangnya menjulang tinggi ke langit, dan menghasilkan buah-buahan yang akan menggembirakan penananmnya dan semua ummat manusia.

Sumber pengetahuan yang utama pada dasarnya adalah berasal dari Tuhan, melalui wahyu dan firman-Nya kepada para manusia pilihan. Sumber pengetahuan tersebut adalah sumber yang paling objektif, karena berasal dari Zat yang tidak mempunyai kepentingan sama sekali terhadap eksistensi manusia.

Kemudian Pengetahuan itu membimbing manusia dalam menentukan nilai kebenaran dari sebuah pengalaman empiris. Ada dua tipe manusia dalam menyikapi Pengetahuan dari Tuhan ini. Ada yang menerima begitu saja tanpa banyak berpikir untuk selanjutnya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada pula yang berproses dari sebuah rasionalitas berpikir dan terkesan meragukan kebenaran dari pengetahuan tersebut. Namun, keraguannya bukan justru menjauhkannya dari Sumber Pengetahuan tersebut, justru sebaliknya ia gunakan logikanya untuk menguak kebenaran Pengetahuan yang masih tersembunyi dan ia padukan dengan pengalaman empirisnya.

Alhasil, kita saksikan banyak manusia yang menggunakan akal pikirannya yang sehat akan menemukan hakikat kebenaran yang sesungguhnya dan kembali kepada sumber Kebenaran dan Pengetahuan yaitu Tuhan pencipta alam semesta.

Sementara banyak manusia lain yang tidak menggunakan akal dan rasionya, asyik dengan praktek-praktek ritual yang ia tidak ketahui hakikat yang sebenarnya.

Sehingga yang terjadi adalah pesan Pengetahuan Tuhan yang sebenarnya hanya sampai pada dogma dan tidak berimbas pada harmonisasi dalam kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

Berpikir adalah wujud eksistensi seorang manusia. Awal dari berpikir adalah kemauan seorang manusia untuk membaca, baik membaca sesuatu yang tersurat berupa kitab wahyu atau buku-buku pengetahuan, maupun membaca yang tersirat berupa segala hal yang terjadi dan terbentang di alam semesta.

Dengan berpikir secara mendalam kita akan mengetahui hakikat sebenarnya siapa kita, untuk apa kita diciptakan, dan pada akhirnya mau kemana tujuan akhir perjalanan hidup kita. ***

Referensi :

Jujun S. Suriasumantri.1993:FILSAFAT ILMU SEBUAH PEGANTAR POPULER. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan

Tinggalkan Balasan