Kisah Seorang Petani Tua dan Pencuri Pepaya

Fiksiana0 Dilihat
Sumber gambar: Samudrabibit.com

 

Alkisah, tersebutlah seorang petani tua dengan istrinya yang hidup secara sederhana di sebuah desa. Ia memiliki sebidang tanah yang ditanami puluhan pohon Pepaya. Suatu sore, ia memeriksa kebun Pepayanya, dan tampak beberapa buah pepaya sudah mulai menguning, yang artinya sudah tua dan hampir masak. Ia putuskan akan memetik beberapa buah pepaya itu esok pagi.

Keesokan paginya, sesuai rencana ia bergegas menuju kebun Pepayanya untuk memetik beberapa buah Pepaya yang mulai masak. Namun apa yang terjadi?, beberapa buah Pepaya yang mulai menguning telah lenyap dari pohonnya. “Kemana buah Pepaya yang kemaren ku lihat sudah mulai menguning?, apakah ada yang mencurinya?”, gumamnya dalam hati.

Dengan wajah sedih, ia kembali bergegas pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, sang isteri melihat kepulangannya dengan wajah murung, lantas bertanya. “Ada apa pak?, kenapa kau tampak sedih begitu?”. Lantas Petani Tua tersebut menceritakan akan hal yang dilihatnya di kebun, dimana beberapa buah Pepayanya telah hilang dari pohonnya.

Sang istri kemudian menghiburnya,“sudahlah pak, tidak perlu dibawa sedih, bukankah buah Pepaya yang hilang hanya beberapa saja, sedangkan yang tersisa masih banyak”. “Yang aku sedihkan bukan buah Pepaya yang telah hilang bu. Namun yang aku pikirkan adalah, mengapa sampai ada orang yang bersusah payah mengambil buah Pepaya malam-malam dan belum lagi pohonnya cukup tinggi”. Timpal si Petani Tua tersebut kepada istrinya.

Segera si Petani Tua tersebut bergegas ke belakang rumahnya untuk mengambil tangga. “Untuk apa tangga itu, pak?, tanya istrinya. “Tangga ini akan kusandarkan di pohon Pepaya,bu’. Jawab sang Petani Tua .

Tak lama kemudian, sang Petani Tua kembali menuju kebun Pepayanya untuk menyandarkan tangga tersebut di pohon Pepaya. “Aku berharap orang yang akan mengambil buah Pepaya ini malam-malam tidak perlu bersusah payah untuk mengambilnya, karena sudah ada tangga untuk memanjatnya”, Kata Petani Tua tersebut.

Akhirnya malampun tiba menyelimuti suasana pedesaan yang cukup sejuk itu. Tanpa terasa waktupun sudah kembali pagi. Seperti biasanya setiap pagi, Petani Tua itu selalu melihat-lihat kebun Pepayanya.

Ia berharap beberapa buah Pepayanya sudah dipetik oleh orang yang kemaren malam, dengan agak mudah karena sudah ada alat bantu tangga. Setelah ia amati, ternyata tidak ada satupun buah pepayanya yang kembali dipetik oleh orang misterius tersebut, padahal ia sudah niatkan mempermudahnya dengan adanya tangga pada pohon pepaya tersebut.

Menjelang siang hari, Petani Tua tersebut kedatangan tamu seorang yang tak ia kenal. Tamu tersebut tampak membawa dua kantong besar buah Pepaya yang sudah mulai menguning. “Permisi, Pak Tua!, kata tamu tersebut.

“Ada apa anak muda, siapa kamu ini?”. 

” Maafkan saya pak, sebenarnya saya ini telah mencuri beberapa buah Pepaya milik bapak  kemaren malam, kemudian di malam kedua saya hendak mengambil kembali tanpa ijin”. Jawab anak muda tersebut.

Lantas mengapa kamu tidak mengambil kembali buah Pepaya itu di malam berikutnya?,bukankah aku sudah siapkan tangga agar kamu mudah memetiknya”, tanya si Petani Tua tersebut.

“Justru itu, pak. Saya merasa malu, padahal saya sudah mencuri, namun bapak justru berbuat baik kepada saya dengan menyiapkan tangga dan tidak berburuk sangka sedikitpun kepada saya”. 

 Saya mohon bapak berkenan memaafkan saya, dan ini sekedar upaya permohonan maaf saya !”. Ucap si anak muda tersebut sambil menyerahkan dua kantong besar buah Pepaya sebagai tebusan atas kesalahannya.

“Sebenarnya tidak ada maksud bapak untuk mengaharapkan ini semua, bapak hanya sedih melihat ada orang yang terpaksa mencuri malam-malam dengan susah payah hanya untuk mengambil buah Pepaya yang tidak seberapa harganya ini”. Kata si Petani Tua kepada tamunya itu. 

“Anak muda, kalau memang kamu menyesali perbuatanmu ini, bapak dengan lapang dada telah memaafkan kamu, dan dua kantong besar buah Pepaya ini, bapak terima dan sebagiannya akan bapak berikan ke beberapa orang lain yang membutuhkan”.

Demikianlah cerita pendek ini, kita harus belajar untuk memiliki kebersihan dan keikhlasan hati, walaupun terhadap orang yang telah mencuri sebagian harta benda yang kita miliki. Selebihnya kita serahkan kepada yang Kuasa, biarlah Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang akan menentukan dan mencatat setiap amal baik kita.***

Tinggalkan Balasan